Barbeku Bersama David Benoit di Rumah Tony Prasetiantono
Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono meninggal dunia di Jakarta, Rabu 916/1/2019). Banyak kenangan yang bisa diingat dari ekonom yang tergila-gila pada jazz sejak ia masih berstatus mahasiswa di Yogyakarta. Setelah menjadi dosen di UGM, hasrat jiwanya pada jazz semakin menggila.
Ia menggelar hajatan Economics Jazz sejak 1987 hingga 2018 sebanyak 24 kali. Gelaran itu berhasil menghadirkan musisi-musisi jazz dunia seperti Casiopea, Lee Ritenour, Dave Koz, Michael paulo, Bob James, Patty Austin, Peabo Bryson, Phil Perry, dan David Benoit. Selain itu, ia juga menghadirkan banyak musisi Indonesia di hajatan Economics Jazz.
Setiap kali menggelar hajatan Econonic Jazzs, Tony selalu antusias mengabarkannya kepada kolega, mahasiswa, dan para wartawan. Ketika ia berhasil menghadirkan David Benoit pada Economics Jazz 2012, ia terlihat sangat girang. Dia bilang, "David Benoit itu salah satu musisi favorit saya. Nanti malam dia mau datang ke rumah saya untuk makan malam," kata Tony kepada wartawan Kompas, Budi Suwarna, yang menemuinya saat konferensi pers di UGM sehari sebelum konser yang digelar 6 Oktober 2012.
Malamnya, Kompas hadir dalam acara makan malam itu. ”Saya hampir tidak percaya pada suatu waktu David Benoit datang ke rumah saya dan makan malam bersama," kata Tony.
Kompas menuliskan acara makam malam yang hangat itu dengan judul "Barbeku Bersama David Benoit" pada rubrik Aku dan Rumahku, Kompas Minggu edisi 28 Oktober 2012.
Berikut tulisan tentang acara makan malam tersebut yang sekaligus merekam jejak-jejak jazz di rumah Tony.
David Benoit, pianis jazz itu menikmati berbeku di rumah ekonom Tony Prasetiantono di Yogyakarta, awal Oktober lalu. Sebuah makan malam yang ”jazzy”.
Lagu ”Moon Through the Window” milik David Benoit mengalun lembut dari pemutar cakram di ruang keluarga Tony di kompleks Pesona Merapi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sambil menunggu tetamu istimewanya, Tony duduk di teras samping rumahnya ”Tidak ada hari tanpa musik jazz di rumah ini,” kata pegiat hajatan jazz Economics Jazz di lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada itu.
Sekitar pukul 20.00, tamu yang ditunggu-tunggu tiba. Salah seorang di antaranya adalah David Benoit si pemilik lagu yang sedang diputar Tony. Musisi jazz fusion berambut perak itu tersenyum lebar di pintu rumah Tony. Di sampingnya ada beberapa musisi lain termasuk Idang Rasjidi.
Kebersamaan malam itu mereka buka dengan bersulang, tertawa, dan berbincang-bincang akrab. Selain musisi jazz, hadir pula beberapa sahabat Tony seperti Direktur Utama Bank Permata David Fletcher dan sejumlah mahasiswa Tony di UGM. Ketika waktu makan malam tiba, mereka berpindah ke halaman samping rumah Tony yang temaram untuk menikmati aneka hidangan barbeku nan lezat. Makan malam dinaungi alunan jazz.
Sepanjang malam itu, wajah Tony terlihat ceria. Perjumpaannya dengan musisi jazz favoritnya, David Benoit, saja sudah menyenangkan, apalagi bersantap malam bersamanya. ”Saya hampir tidak percaya pada suatu waktu David Benoit datang ke rumah saya dan makan malam bersama,” ujar Tony di hadapan David.
Musisi asal California, Amerika Serikat, itu membalas sanjungan itu dengan berkata, ”Terima kasih sudah membuka pintu rumah Anda untuk kami.”
Makan malam itu adalah bagian dari penyambutan terhadap musisi jazz yang tampil di konser Bank Permata-UGM Economics Jazz yang digelar Tony setiap tahun sejak 1987. Makan malam berlangsung dengan landasan pertemanan antarpribadi. Bukan sebuah makan bersama yang diperjualbelikan.
Itu sebabnya, suasana makan malam di rumah Tony terasa sangat akrab. David seperti teman lama Tony yang tidak sungkan melihat-lihat ruangan-ruangan yang ada di rumah Tony termasuk kamar tidur. ”Buat orang Asia mungkin tidak umum masuk ke ruang tidur orang lain. Tapi di AS, seorang sahabat dekat biasa melihat-lihat sampai kamar pribadi,” tutur Tony.
Rumah Merapi
Tony tinggal di rumah tersebut sejak tahun 2006 sepulang dari tugas kuliah di Australia. Sebelumnya, dia tinggal di kompleks Merapi View yang terletak di sebelahnya. ”Saya pindah ke sini karena rumah yang lama saya kontrakkan,” kata Tony.
Rumah yang dia tempati sekarang berupa bangunan dua lantai berukuran 480 meter persegi di atas tanah seluas 600 meter persegi. Rumah tanpa pagar itu terasa asri dengan rumput hijau dan tetanaman hias yang tertata apik. Udara masih segar karena kompleks perumahan itu terletak sekitar 17 kilometer dari kawasan wisata Kaliurang di lereng Gunung Merapi.
Namun, segala kenyamanan tersebut sempat terusik ketika Merapi meletus tahun 2010. Abu letusan Merapi mengguyur sekujur rumah Tony. ”Waktu puncak letusan Merapi, rumah ini bergetar keras. Kami sekeluarga bersama pembantu memilih mengungsi ke hotel. Serem,” kenang Tony.
Masa-masa menegangkan itu telah lewat, dan rumah Tony rapi, bersih, dan nyaman seperti sedia kala. Di ruang tamu ada piano mini dan sofa empuk. Ruang tamu menyatu dengan ruang keluarga yang dindingnya dihiasi aneka cendera mata dari luar negeri.
Di samping ruang keluarga ada home theater tempat Tony dan keluarga menonton atau mendengarkan musik. Namun, kata Tony, ruangan itu jarang dipakai karena dia lebih senang mendengarkan musik di kamarnya di lantai dua. ”Ruangan ini akhirnya menjadi tempat karaoke keluarga,” tambah Tony.
Ia punya koleksi CD dan DVD yang jumlahnya sekitar 1.000 keping. Koleksi yang disimpan rapi di lemari khusus itu dia kumpulkan selama beberapa tahun. ”Setiap saya ke luar negeri pasti saya cari CD atau DVD jazz yang bagus,” ujar Tony yang sangat senang karena David, idolanya, memuji koleksi CD/DVD jazz miliknya.
Ruangan keluarga berbatasan langsung dengan halaman samping yang asri. Rumput dan tanaman hias bersanding serasi dengan tembok rumah yang dihiasi batu alam hitam dan krem. Di halaman, malam itu, aroma harum daging sapi dan ikan salmon panggang menyeruak dan menggedor selera makan. Aneka makanan dan minuman ditata rapi di meja panjang.
David mengambil sepotong daging dan menyantapnya dengan nikmat. Setelah itu dia bergabung lagi dengan para sahabat Tony untuk bersulang.
Ketika malam mulai larut, David dan para musisi jazz lainnya berpamitan dan kembali ke hotel, dan mempersiapkan diri untuk konser esok malamnya. Kalau saja David tahu Tony sebentar lagi berulang tahun mungkin dia akan memainkan sebuah lagu, ”Happy Birthday” Tony.