JAKARTA, KOMPAS—Hujan ekstrem dengan intensitas di atas 200 milimeter terekam di Jayapura, sehingga menjadi salah satu pemicu banjir bandang yang menewaskan puluhan orang. Tingginya curah hujan terutama dipicu oleh pertumbuhan awan yang sangat masif. Fenomena ini masih bisa berlangsung hingga sepekan ke depan.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dua lokasi pengukuran curah hujan di Kabupaten dan Kota Jayapura menunjukkan hujan esktrem atau di atas 200 milimeter (mm) per hari, yaitu Stasiun Geofisika Angkasa yaitu 233,1 mm per hari dan di DOK II 207 mm per hari. Di Pelabuhan Jayapura setinggi 180 mm per hari dan Sentani 114 mm per hari.
“Pemusatan awan multi sel (meso scale convective system) yang sangat masif di atas Kota dan Kabupaten Jayapura dan secara umum di Papua timur bagian utara didukung oleh terbentuknya belokan angin (wind shear) yang membawa massa udara basah1 Samudera Pasifik Barat utara Papua dan konvergensi dengan massa udara dari Laut Banda,” kata Kepala Subbidang Produksi Iklim dan Kualitas Udara Badan BMKG Siswanto, di Jakarta, Minggu (17/3/2013).
Siswanto mengatakan, intensitas hujan juga diperkuat oleh aliran gelombang atmosfer tropis skala submusiman Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah yang saat ini berada di atas Laut Banda, Laut Arafuru dan Papua. Faktor lainnya, suhu permukaan laut di perairan sekitar Papua saat ini lebih hangat 1,5 - 3 derajat Celcius dari normalnya, sehingga memicu penguapan.
“Sejumlah faktor ini juga dikuatkan dengan peningkatan kecepatan vektor angin di Laut Banda menuju Papua yang diakibatkan perkembangan pusat tekanan rendah di Kepulauan Ngerulmud di Samudera Pasifik Barat utara Papua timur jauh Filipina,” kata Siswanto.
Menurut Siswanto, selain Papua, daerah rentan hujan tinggi berpotensi di Jawa Tengah - Jawa Timur bagian selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. “Jayapura berpotensi hujan terus sampai tanggal 25 Maret mendatang, apakah extrem atau sangat lebat ketidakpastiannya masih besar,” ujarnya.