Gempa M 6,2 di Minahasa dari Zona Subduksi Laut Maluku
Gempa berkekuatan M 6,2 mengguncang wilayah Minahasa, Sulawesi Utara, Senin (20/1/2020) pukul 01.58 Wita. Gempa akibat subduksi lempeng Laut Maluku ini dipastikan tidak memicu tsunami.
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa berkekuatan M 6,2 mengguncang wilayah Minahasa, Sulawesi Utara, Senin (20/1/2020) pukul 01.58 Wita. Gempa kuat ini berpusat di laut dan dipicu oleh subduksi Laut Maluku. Sekalipun daerah ini memiliki sejarah panjang tsunami, gempa kali ini tidak cukup kuat untuk memicu naiknya air laut.
Informasi awal Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa ini berkekuatan M 6,6. Namun, berikutnya dikoreksi menjadi M 6,2.
Sumber gempa berada di 0,20 Lintang Selatan dan 123,89 Bujur Timur di bawah laut dengan kedalaman 95 kilometer. Pusat gempa ini berjarak sekitar 57 km arah Selatan Kota Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, pada kedalaman 126 kilometer. Gempa dipastikan tidak memicu tsunami.
”Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis menengah akibat subduksi lempeng laut Maluku. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono.
Gempa dengan mekanisme ini, yang dipicu oleh subduksi, kerap kali memicu tsunami. Meski demikian, analisis pemodelan yang dilakukan BMKG menunjukkan, gempa ini tidak diikuti tsunami. Selain kekuatannya relatif kecil, sumber gempa juga cukup dalam.
Analisis pemodelan yang dilakukan BMKG menunjukkan, gempa ini tidak diikuti tsunami. Selain kekuatannya relatif kecil, sumber gempa juga cukup dalam.
”Sumber gempa relatif dalam sehingga kemungkinan tidak berdampak,” kata Kepala Subbidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
Subduksi ganda
Zona kegempaan antara Sulawesi dan Maluku Utara ini diketahui sangat aktif. ”Lempeng Laut Maluku mengalami subduksi ganda. Satu bagian menunjam ke arah timur di bawah Halmahera. Bagian lainnya ke barat ke bawah lengan Manado atau Sangihe. Gempa kali ini dipicu oleh subduksi yang menunjam ke barat,” kata Daryono.
Sebelumnya, Jumat (15/11/2019) pukul 00.17 Wita, zona kegempaan Laut Maluku juga dilanda gempa bumi berkekuatan M 7,1. Gempa saat itu dipicu subduksi yang ke timur dengan pusat di kedalaman 73 kilometer dengan koordinat 1,67 Lintang Utara dan 126,39 Bujur Timur atau 137 kilometer barat laut Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara.
Catatan sejarah menunjukkan, Laut Maluku beberapa kali mengalami gempa lebih kuat dan merusak dibandingkan dengan saat ini. Gempa itu antara lain gempa Sangir (1 April 1936), gempa Pulau Siau (27 Pebruari 1974), dan gempa Sangihe-Talaud (22 Oktober 1983). Adapun gempa yang memicu tsunami terjadi pada 1858, 1859, 1871, 1889, 1907, dan 1936. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Nasional 2017 menyebutkan, potensi gempa dari zona subduksi di Laut Maluku bisa mencapai maksimal M 8,2.