Di Bawah Bayang-bayang Amien Rais
Rekam jejak kongres PAN tak bisa dilepaskan dari faktor Amien Rais. Sebagai pendiri partai, pengaruhnya besar dalam menentukan figur pengisi kursi ketua umum PAN. Apakah faktor Amien ini akan berlanjut di Kongres V PAN?
Semarak kompetisi dalam mengisi kursi ketua umum Partai Amanat Nasional bukan hal yang baru. Sejak Kongres I PAN tahun 2000 atau hampir dua tahun sejak partai didirikan, fenomena tersebut sudah terjadi dan berulang di setiap kongres PAN.
Meskipun Amien Rais berhasil menang telak pada kontestasi pertama pada tahun 2000, pendiri PAN tersebut harus bersaing dengan kandidat lain, yaitu AM Fatwa dan Faisal Basri.
Lima tahun setelahnya, bursa kontestasi diisi oleh pengusaha Soetrisno Bachir dan politikus senior Fuad Bawazier. Kemudian, pada 2015, mantan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan bersaing dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian periode 2009-2014 sekaligus Ketua Umum PAN periode 2010-2015 Hatta Rajasa.
Pemilihan secara aklamasi hanya sekali terjadi, yaitu pada 2010 ketika Hatta Rajasa berhadapan dengan ekonom, pengusaha, sekaligus anggota Fraksi PAN di DPR pada 2004-2009, Dradjad Wibowo. Dradjad mengundurkan diri pada hari H Kongres III PAN di Batam, Kepulauan Riau, 9 Januari 2010, setelah menyampaikan visi dan misinya di hadapan peserta kongres (Kompas, 10/1/2010). Keduanya lantas berbagi kekuasaan, yaitu Hatta sebagai ketua umum, sedangkan Dradjad menjadi wakilnya.
Baca juga: Jejak Politik Meliuk PAN
Faktor Amien
Meskipun ada persaingan terbuka, pemenang kontestasi tidak pernah jauh dari dukungan Amien Rais. Sekalipun telah berkomitmen menjabat posisi ketua umum hanya satu periode, yaitu 2000-2005, pengaruh sang tokoh reformasi di dalam dinamika partai berlambang matahari putih itu tak mudah pudar.
Sebut saja Soetrisno Bachir, pengusaha asal Pekalongan, Jawa Tengah, yang berhasil menjadi nakhoda partai setelah memperoleh dukungan terbuka dari Amien. Keduanya berhubungan erat sebagai sesama pegiat organisasi kemasyarakatan Islam, Muhammadiyah. Soetrisno juga disebut sebagai salah satu pihak yang mendukung Amien secara finansial saat mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pemilu 1999 (Kompas, 11/4/2005).
Peran Amien juga diduga kuat ada di balik aklamasi Hatta dan mundurnya Dradjad pada 2010. Sebelum memutuskan untuk mengakhiri kontestasi, keduanya bertemu dengan Amien.
Dalam pertemuan itu, Amien duduk di antara kedua kandidat. Hatta berada di sebelah kanan, sedangkan Dradjad di sebelah kiri Amien. ”Saya lalu menyanyikan lagi lagu Sam Bimbo, ’matahari di sebelah kanan dan rembulan di sebelah kiri’, dan seterusnya,” kata Amien (Kompas, 10/1/2010). Melalui lagu tersebut, Amien meminta Dradjad legowo duduk di posisi wakil ketua umum. Namun, Dradjad tak mengakuinya. Ia berdalih, hal itu tak perlu dibesar-besarkan.
Baca juga: Panitia Kongres PAN Mengusulkan Sesi Debat Calon Ketua Umum
Pola serupa terjadi lima tahun setelahnya. Amien mendukung secara terbuka Zulkifli Hasan yang juga merupakan besannya. Pada salah satu pidatonya, Amien sempat mengemukakan keyakinan bahwa Zulkifli akan dimenangkan oleh Allah karena ia orang yang berani berinfak.
Amien juga menyampaikan, jika kemenangan itu terjadi, Hatta yang kembali mencalonkan diri menjadi lawan Zulkifli akan ditempatkan sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Partai. Sementara itu, Amien sendiri akan mempersiapkan diri mendidik para kader (Kompas, 20/1/2015).
Kini, menjelang Kongres V PAN di Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin-Rabu (10-12/2/2020), ada empat kader yang masuk bursa kontestasi dan diprediksi bersaing ketat. Tiga di antaranya sudah mendaftarkan diri secara resmi ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN pada Sabtu (8/2/2020), yaitu Dradjad yang kini menjabat anggota Dewan Kehormatan PAN, Ketua DPP PAN Mulfachri Harahap, dan Wakil Ketua Umum PAN sekaligus mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur.
Calon lainnya, petahana ketua umum, Zulkifli Hasan, belum mendaftarkan diri. Menurut rencana, ia mendaftar di arena kongres pada Senin (10/2/2020).
Baca juga: Amien Rais Tolak Musyawarah Mufakat dalam Pemilihan Ketum PAN
Meskipun tidak ada tradisi memohon restu Amien dalam pencalonan ketua umum, rekam jejak kemenangan orang yang didukungnya menjadi bekal tersendiri bagi salah satu calon.
Menjelang kongres yang kelima, Mulfachri Harahap mengklaim dirinya telah mengantongi dukungan Amien. Untuk lebih menguatkan dukungan Amien, dia menggandeng putra kandung Amien, yaitu Hanafi Rais. Jika kelak terpilih, Hanafi akan menjabat sekretaris jenderal PAN.
Untuk lebih menguatkan dukungan Amien, dia menggandeng putra kandung Amien, yaitu Hanafi Rais.
”Melepaskan” Amien
Dradjad yang sebelumnya dikenal sebagai loyalis Amien mengatakan, calon yang mengantongi dukungan Amien memang berpotensi lebih besar untuk menang. Sebab, Ketua MPR periode 1999-2004 itu masih menempati posisi yang dihormati di partai sehingga petunjuk dan pilihan politiknya selalu menjadi acuan bagi kader. Ia pun mengakui, kini dukungan Amien mengarah pada Mulfachri.
Meski demikian, Dradjad tak gentar. Ia dibantu kelompok berisi 7-11 orang telah bergerilya menawarkan visi dan misi untuk menjadikan PAN sebagai partai reformis dan sumber solusi kebijakan untuk persoalan bangsa guna menarik dukungan pemilik suara. ”Saya maju dengan dukungan teman-teman peserta kongres, itu saja,” ujar Dradjad.
Baca juga: Sikap Politik Bakal Calon Ketua Umum PAN Berbeda-beda
Asman pun meyakini, PAN merupakan partai modern, demokratis, yang lahir dari rahim reformasi. Meski ada sejarah dukungan Amien akan memberikan pengaruh besar pada keterpilihan calon, ia menyandarkan pilihan kepada hati nurani 590 pemilik suara di kongres.
”Aturan kongres sudah dibuat. (Kemenangan) itu ditentukan oleh pemilik suara. Tidak ada hubungan dengan dukungan si A, B, atau siapa pun,” kata Asman Abnur.
Aturan kongres sudah dibuat. (Kemenangan) itu ditentukan oleh pemilik suara. Tidak ada hubungan dengan dukungan si A, B, atau siapa pun.
Dia yakin, dengan bekal pengalaman lebih dari 20 tahun menjadi politikus, cukup untuk membuat para pemilik suara memilihnya. Ia juga mengklaim sudah mendapatkan dukungan tertulis dari sejumlah pemilik suara. Hal itu merupakan hasil dari safari politiknya, menyampaikan visi dan misi kepada semua pengurus cabang selama empat bulan terakhir.
Baca juga: Elite PAN Saling Sindir
Sejak beberapa bulan lalu, Zulkifli Hasan juga mengindikasikan keinginan untuk maju tanpa dukungan Amien. Terlebih setelah insiden saling sindir di antara keduanya saat pembukaan Rapat Kerja Nasional PAN, awal Desember lalu. Petahana ketua umum itu mengklaim, pencalonannya didorong keinginan para pengurus cabang. Dan, ia akan maju dengan modal suara para peserta kongres.
Fenomena khas
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Firman Noor mengatakan, keterkaitan partai politik dengan tokoh tertentu merupakan fenomena khas di Indonesia.
Tak hanya PAN, sejumlah partai lain pun masih bergantung pada unsur ketokohan yang biasanya berhubungan dengan sejarah dan berperan sebagai pemersatu faksi-faksi yang ada di partai. Oleh karena itu, posisinya tak bisa dinihilkan begitu saja.
Keberpihakan Amien pada salah satu calon nantinya, menurut Firman, memang memberikan nilai lebih. Pandangannya masih menjadi acuan kader dalam mengambil keputusan.
Akan tetapi, faktor tersebut tidak akan menjadi satu-satunya pertimbangan. Pertimbangan lain, seperti kapabilitas calon, diyakininya akan dipertimbangkan pula oleh para pemilik suara.
Baca juga: Upaya PAN Keluar dari Stagnasi
Terlepas dari siapa pun yang terpilih dalam Kongres V PAN, peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menilai, penting bagi ketua umum terpilih untuk membawa PAN kembali ke khitah sebagai partai reformis yang berada di poros tengah.
Hal itu dinilainya lebih cocok dengan segmen pemilih di Indonesia yang cenderung moderat, terbuka, dan inklusif. ”Ceruk besar itu berada di tengah. Kalau reposisi isu bisa dilakukan dengan kembali ke nilai dasar PAN sebagai partai terbuka, reformis, dan progresif, hal itu akan membuat PAN sukses,” ujarnya.
Hal ini disinggung Arya karena dia melihat identitas PAN bergeser beberapa tahun terakhir. PAN bukan lagi partai modernis yang segmentasinya masyarakat kelas menengah perkotaan, tetapi partai aliran yang menyasar basis pemilih tradisional. Pelunturan identitas ditambah ketiadaan inovasi partai menjadi penyebab menciutnya basis pemilih yang menyebabkan raihan suara partai menurun di Pemilu 2019.