Tiap-tiap perunding memiliki jurus jitu. Kemampuan berempati, integritas, dan memiliki sudut pandang multiperspektif merupakan senjata utama. Mereka juga punya ”senjata” lain, yaitu batik, kopi, dan bahkan tempe.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
Di panggung perdagangan dunia, sejumlah perempuan dengan peran strategis berunding mewakili Indonesia. Ada yang membina relasi perdagangan, negosiasi perjanjian dagang, dan mengamankan perdagangan.
Sebagai perempuan, para perunding ini memiliki jurus jitu masing-masing. Kemampuan berempati, integritas, dan memiliki sudut pandang multiperspektif merupakan senjata utama. Namun, mereka pun memiliki bekal lain yang menguatkan senjata tersebut, seperti batik, kopi, dan bahkan tempe.
Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani kerap kali memimpin tim delegasi dalam misi bisnis ke sejumlah negara mitra. ”Perempuan memiliki keunggulan untuk berempati, peka terhadap situasi, serta memiliki pendekatan yang berorientasi pada toleransi, tenggang rasa, dan peduli terhadap lingkungannya,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (6/3/2020).
Dalam proses perundingan, lanjut Shinta, keunggulan-keunggulan tersebut membuat delegasi perempuan mampu mendengarkan perspektif dari beragam pihak yang terlibat. Hasilnya, perunding perempuan mampu berintegritas untuk mencapai win-win solution.
Dalam menjalankan perannya sebagai perunding perjanjian perdagangan bilateral, Direktur Perundingan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini mengatakan, kredibilitas dan profesionalisme menjadi asetnya sebagai perempuan. Dia tak tawar-menawar untuk menunjukkan kepribadian yang berkualitas pada delegasi dari negara mitra.
Made menambahkan, kemampuan negosiasinya di meja perundingan pun terasah karena menjadi seorang ibu di rumah yang kerap bernegosiasi dengan anaknya. ”Dampaknya, saya rasa, saya cukup tangguh untuk saling mendapatkan sikap saling menghormati atau mutual respect (dengan delegasi dari mitra dagang),” katanya.
Kesepakatan dagang yang diraih lewat misi bisnis dan perjanjian perdagangan pun perlu ”diamankan” dari proteksionisme. Bagi Direktur Pengamanan Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Pradnyawati, kemampuan perempuan dalam berkomunikasi, multitasking, dan pengamatan yang terperinci menjadi keunggulan untuk menangani kasus sengketa perdagangan.
Pradnyawati mengatakan, kemampuan-kemampuan itu dapat melahirkan solusi-solusi dari berbagai sudut pandang. Secara teknis, penyusunan argumen-argumen pembelaan perdagangan akan berisi rincian-rincian yang menyoroti kesesuaian hukum, perekonomian nasional, dan kepentingan publik.
Ketika menjadi mewakili pelaku usaha dan industri Indonesia dalam misi bisnis ke sejumlah negara mitra, Shinta bangga mengenakan batik. Menurut dia, pakaian batik itu dapat menjadi sarana promosi terhadap produk-produk Indonesia.
Produk dari Tanah Air yang turut menjadi kebanggaan ialah kopi. Made menceritakan, dirinya sering membawakan kopi Indonesia sebagai buah tangan yang diberikannya kepada delegasi negara mitra. Kopi turut menjadi bekal andalannya untuk mempererat relasi dengan mitra dagang di luar meja perundingan.
Tak disangka-sangka, tempe menjadi jurus pendekatan jitu ala Atase Perdagangan di Brussels Merry Astrid Indrisari dalam membina relasi dengan seorang perempuan perwakilan Uni Eropa (UE). Dia adalah seorang vegetarian.
”Suatu hari saya menggoreng tempe dengan bumbu seadanya, ketumbar dan garam. Begitu saya suguhkan, dia langsung ketagihan. Sejak saat itu, ketika ingin menemui pejabat UE, dia dengan senang hati membukakan jalan,” tuturnya.
Suatu hari saya menggoreng tempe dengan bumbu seadanya, ketumbar dan garam. Begitu saya suguhkan, dia langsung ketagihan.
Gebrak meja
Akan tetapi, tak jarang juga sejumlah perunding perempuan mengalami perlakuan tak mengenakkan di atas pentas perdagangan dunia. ”Saya pernah menggebrak meja saat di berdiri di atas podium, sekitar tahun 2016, untuk mendapatkan perhatian dari delegasi lain yang mayoritas laki-laki. Waktu itu, saya menangani kasus pengamanan perdagangan Indonesia di Malaysia,” kata Pradnyawati.
Pradnyawati menyadari, dirinya berada di garda terdepan pengamanan akses pasar ekspor Indonesia. Tantangan datang dari proteksionisme perdagangan melalui hambatan tarif dan nontarif dari sejumlah negara mitra meskipun telah ada pembukaan pasar.
Kementerian Perdagangan mencatat, Indonesia memenangkan sembilan sengketa perdagangan di delapan negara tujuan ekspor dengan nilai potensi ekspor yang diamankan sebesar 1,8 miliar dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2019. Pada periode 2014-2019, total potensi nilai ekspor yang berhasil diamankan mencapai 4,9 miliar dollar AS.
Pradnyawati mengharapkan kesempatan bagi perempuan untuk unjuk gigi di bidang pengamanan perdagangan semakin melebar. Menurut dia, rasa cinta kepada bangsa dapat diwujudkan dengan menjaga akses ekspor produk unggulan Indonesia.
Sementara itu, Shinta menceritakan, kemampuan negosiasinya terkadang dipandang sebelah mata karena ada sejumlah stereotip yang ditujukan pada perempuan berdasarkan pengalaman pribadinya. Namun, dia menjadikan tantangan tersebut sebagai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan pendekatan humanisnya, kemampuan mendengarkan, dan kemampuan berempati.
Shinta berpesan, perunding perempuan mesti terus mengembangkan kapabilitas diri sehingga mampu menciptakan legacy yang dapat meperluas ruang kontribusi bagi perempuan lainnya. ”Perunding perempuan tak hanya menyuarakan perspektif secara umum, tetapi juga pandangan yang menyokong kesetaraan hak perempuan,” ujarnya.
Dalam pidato Hari Perempuan Internasional 2020, Director-General Organisasi Perdagangan Dunia Roberto Azevêdo mengingatkan tentang The Buenos Aires Declaration yang mencita-citakan peningkatan pemberdayaan ekonomi perempuan dan melunturkan segala hal yang menghambat partisipasi perempuan dalam perdagangan global. Untuk mencapainya, perlu ada jembatan yang menghubungkan pemberdayaan perempuan dengan perdagangan global.
Sementara Direktur Eksektutif Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Jender dan Pemberdayaan Perempuan Phumzile Mlambo-Ngcuka mengatakan, kesenjangan ekonomi yang masih terjadi merupakan salah satu pendorong terciptanya kemiskinan yang berulang.
”Melalui Hari Perempuan Internasional 2020 yang dirayakan setiap 8 Maret, hambatan-hambatan yang bersifat jender-bias mesti ditangkal sebagai salah satu upaya akselerasi menciptakan keseteraan perekonomian,” ujarnya.
Nasib perdagangan Indonesia di panggung dunia berada dalam genggaman perempuan profesional dengan berbagai keunggulan dan kapasitas dirinya yang tetap tangguh walaupun terkadang masih dipandang sebelah mata. Selamat Hari Perempuan Internasional.