Intensitas penelusuran terhadap orang-orang yang berpotensi terinfeksi Covid-19 sekaligus berisiko menyebarkannya ditingkatkan. Ini terutama pada mereka yang pernah berdekatan dengan 19 pasien positif Covid-19.
Oleh
FX LAKSANA AS
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan meningkatkan intensitas penelusuran terhadap orang-orang yang berpotensi terinfeksi virus korona baru atau Covid-19 sekaligus berisiko menyebarkannya. Mereka adalah orang-orang yang minimal secara fisik pernah berdekatan dengan 19 pasien yang telah ditetapkan positif terjangkit Covid-19 di dalam negeri.
”Sekarang yang betul-betul kita lakukan dengan kencang adalah contact tracing. Sebab, bagaimanapun, cara menghentikan penyebaran ini adalah dengan menemukan kasus positif sebagai sumber yang harus segera diisolasi. Kalau tidak, dia akan menjadi sebaran di masyarakat sekitarnya,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus korona, Achmad Yurianto, menjawab pertanyaan wartawan dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Dalam empat hari terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 di dalam negeri. Per Sabtu pekan lalu, Kementerian Kesehatan menyatakan empat orang positif dan 11 orang terduga. Sehari kemudian atau Minggu, pasien positif bertambah menjadi enam orang dan pasien terduga bertambah menjadi 21 orang. Selanjutnya pada Senin (9/3/2020), pasien positif melonjak menjadi 19 orang dan pasien terduga sebanyak delapan orang.
Guna memutus rantai penyebaran Covid-19, Yurianto melanjutkan, penelusuran orang-orang yang secara fisik pernah berdekatan dengan mereka yang positif terjangkit menjadi perhatian utama.
”Sekarang yang kita kejar betul adalah tracing. Dan tracing lebih baik dilakukan dengan cara tidak terbuka. Sebab, kalau terbuka, kabur duluan. Dinas kesehatan tahu prosedurnya. Didatangi dan diajak bicara dengan baik. Tetapi, kalau diumumkan, sebagaimana salah satu yang terjadi kemarin, begitu diumumkan ada yang pindah ke luar kota. Akhirnya kita mengejarnya juga setengah mati,” tutur Yurianto.
Meski demikian, dia menekankan, tidak semua orang yang pernah berdekatan secara fisik dengan pasien positif virus korona pasti terjangkit virus korona.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan bersama dinas kesehatan di daerah melakukan serangkaian tahapan pemeriksaan untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan. Mereka yang kemudian termasuk dalam kategori pasien dalam pengawasan akan segera diisolasi untuk kemudian dipantau spesimennya.
”Kasus yang kita temukan belakangan, gejalanya minimal sehingga kita tingkatkan penelusuran. Dinas kesehatan daerah sedang melakukan penelusuran. Setiap kasus positif segera dilakukan penelusuran oleh dinas kesehatan di daerah,” kata Yurianto.
Terkait dengan spesimen, sampai saat ini pemeriksaan masih dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta. Guna mempercepat pemeriksaan spesimen, Kementerian Kesehatan tengah menyiapkan Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan yang tersebar di beberapa daerah yang sudah memiliki fasilitas dan sumber daya manusia yang kompeten. Balai-balai tersebut juga sudah dilengkapi laboratorium virologi.
Saat ini, menurut Yurianto, para petugas di daerah tengah menjalani pelatihan di Balitbangkes di Jakarta. Setelah pelatihan selesai, diperkirakan pekan ini mereka akan kembali ke daerah masing-masing.
Sejalan dengan itu, Kementerian Kesehatan sedang menunggu kiriman 10.000 paket polymerase chain reaction (PCR) yang sudah dibeli dari luar negeri. Sebagian PCR akan didistribusikan ke Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan di daerah-daerah. Stok PCR di dalam negeri saat ini tinggal 500 paket.
PCR atau reaksi berantai polimerase adalah suatu teknik atau metode perbanyakan DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dalam hal ini, metode tersebut digunakan untuk mengecek betul atau tidaknya seseorang terinfeksi Covid-19.
Masih terkait dengan penyiapan Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan di daerah-daerah, Yurianto menambahkan, pihaknya akan mengecek kesiapan bio safety level (BSL). BSL merupakan salah satu instalasi yang disyaratkan dalam menangani virus. Gunanya antara lain untuk memastikan para peneliti tidak tertular sekaligus memastikan agar jangan sampai virus lepas ke dunia luar.
”BSL tipe III seperti Balitbangkes, bentuknya gedung. Tetapi, di Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan, bentuknya kabinet. Oleh karena itu, harus betul-betul dicek lagi apakah kabinetnya masih berfungsi atau tidak. Kemudian SDM-nya juga harus dipastikan masih bisa mematuhi standarnya,” kata Yurianto.
Intensifkan pencegahan
Di tempat terpisah, Ketua MPR Bambang Soesatyo mengingatkan pemerintah untuk lebih mengintensifkan upaya-upaya pencegahan menyusul bertambahnya pasien positif Covid-19 menjadi 19 orang.
”Kami juga mendorong pemerintah untuk berkomitmen dalam memutus mata rantai penularan Covid-19 di Indonesia, dengan meningkatkan pengawasan terhadap orang dalam pemantauan serta melakukan upaya-upaya pencegahan secara masif,” ujarnya.
Selain itu, Bambang kembali mengingatkan pemerintah untuk lebih intensif menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai langkah-langkah yang tepat agar terhindar dari Covid-19. Langkah itu di antaranya perlunya penggunaan masker bagi yang merasa tidak sehat, cara mencuci tangan yang baik sesuai dengan langkah yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat, serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang belum diketahui kebenarannya.
”Jika mengalami gejala-gejala terinfeksi Covid-19, harus berani memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan terdekat agar dapat segera ditanggulangi,” tambahnya.