Penambahan hari libur nasional dan cuti bersama dinilai tak signifikan mendongkrak konsumsi dan pertumbuhan ekonomi. Perbaikan daya beli masyarakat justru jadi kunci. Kalau daya beli kuat, libur akan menambah konsumsi.
Oleh
Agnes Theodora, M Paschalia Judith, C Anto Saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi itu menambah jumlah hari libur dan cuti bersama dari 20 hari menjadi 24 hari tahun ini. Keputusan itu diharapkan bisa menggairahkan perekonomian.
Akan tetapi, penambahan hari libur diyakini tidak berdampak signifikan terhadap industri pariwisata. Selain terkait daya beli masyarakat, wabah Covid-19 membuat kunjungan wisata lesu.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia Pauline Suharno, saat dihubungi di Jakarta, Minggu (15/3/2020), mengatakan, minat orang bepergian menurun karena wabah Covid-19. Biro perjalanan, hotel, restoran, dan maskapai penerbangan sudah menawarkan promosi. Namun, jumlah orang yang membatalkan perjalanan tetap banyak.
Sejak Februari 2020, penurunan penjualan di berbagai biro perjalanan sudah mencapai 90 persen. Pembatalan penumpang juga mencapai 90 persen seiring penambahan jumlah pasien positif Covid-19 di berbagai wilayah di Indonesia.
”Awalnya sudah banyak yang memesan perjalanan untuk Lebaran, tetapi banyak yang batal. Kami mengandalkan perjalanan domestik untuk momentum Lebaran, tetapi (wisatawan) domestik pun tidak bisa mengangkat (kunjungan),” katanya.
Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani, berkaca pada pengalaman tahun 2018, penambahan hari libur tidak berdampak signifikan terhadap pariwisata. Apalagi, selain wabah penyakit, ada kendala daya beli.
”Kalau daya beli kuat, penambahan hari libur akan menambah pengeluaran. Namun, dalam situasi seperti saat ini, kami tak yakin efeknya (tambahan libur) begitu besar,” katanya.
Kalau daya beli kuat, penambahan hari libur akan menambah pengeluaran.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Mandey berpendapat, penambahan hari libur tidak serta-merta meningkatkan konsumsi masyarakat. Konsumsi akan meningkat jika ada tambahan penghasilan.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Fadjar Utomo mengatakan, libur Lebaran diharapkan bisa mendongkrak pergerakan wisatawan domestik. Setelah turun drastis, pergerakan wisatawan Nusantara saat Lebaran diharapkan mendongkrak total jumlah perjalanan tahunan.
Produktivitas
Keputusan pemerintah menambah hari libur nasional dan cuti bersama berdampak pada produktivitas perindustrian. Bagi pelaku industri manufaktur, terutama padat karya, penambahan hari libur justru bertolak belakang dengan upaya mendongkrak produktivitas. Penambahan libur berarti penurunan produktivitas.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, tambahan libur berdampak pada produktivitas industri manufaktur. Namun, insentif fiskal dan non-fiskal yang diberikan pemerintah untuk meredam dampak wabah Covid-19 bisa mengompensasi penurunan produktivitas.
Menurut Agus, insentif-insentif yang diberikan pemerintah dapat membuat pelaku industri manufaktur mendapatkan bahan baku untuk memastikan kelangsungan operasional perusahaan. Bahan baku atau bahan penolong yang terjangkau, termasuk dari sisi harga, penting bagi perindustrian.
Menurut peneliti Center of Investment, Trade, and Industry pada Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho, tambahan hari libur tak berdampak signifikan pada produktivitas industri manufaktur. Wabah Covid-19 yang mengganggu rantai pasok justru berdampak pada produktivitas industri.
Andry menambahkan, stimulus fiskal dan non-fiskal yang diberikan pemerintah kepada pelaku industri bisa menarik investasi. Namun, langkah ini perlu didukung kebijakan Bank Indonesia melalui penurunan suku bunga acuan sehingga biaya investasi jadi lebih murah.
Menurut Kepala Center of Macroeconomics and Finance Indef M Rizal Taufikurahman, dalam kondisi normal, tambahan hari libur dapat diharapkan mendongkrak pariwisata atau konsumsi. Namun, ketika sisi pasokan terguncang dan warga tidak bisa mengakses fasilitas pariwisata dalam kondisi wabah seperti saat ini, masyarakat justru harus menghindari kegiatan berkumpul di tengah banyak orang.