Tak Ada Shalat Jumat di Masjid Istiqlal dalam Dua Pekan
Masjid Istiqlal meniadakan shalat Jumat selama dua pekan ke depan. Hal itu dilakukan untuk mencegah pandemi Covid-19.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masjid Istiqlal, Jakarta, meniadakan shalat Jumat selama dua pekan ke depan. Hal itu dilakukan untuk mencegah pandemi Covid-19 akibat virus korona baru.
”Hari ini untuk dua Jumat yang akan datang, Masjid Istiqlal tidak digunakan untuk shalat Jumat,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Jakarta, Jumat (20/3/2020).
Umar mengungkapkan, terdapat dua alasan untuk meniadakan shalat Jumat di Masjid Istiqlal, yakni alasan obyektif dan subyektif.
Alasan obyektif, lanjut Umar, karena adanya Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait ibadah di wilayah dengan potensi penyebaran Covid-19 yang tinggi. Selain itu, adanya imbauan dari Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk tidak melakukan ibadah massal atau berkerumun.
Secara subyektif, kata Umar, pihaknya melihat perkembangan penyebaran penyakit tersebut di Iran, Korea Selatan, dan Italia yang memprihatinkan. ”Kami imbau juga untuk daerah yang penyebarannya (virus) tinggi untuk tidak menggelar shalat Jumat,” katanya.
Ancaman wabah harus dipahami oleh seluruh warga Indonesia.
Umar juga mengimbau umat Islam khususnya di DKI Jakarta untuk tetap berikhtiar dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan mengambil bagian dalam upaya pencegahannya. ”Jangan sampai Tanah Air seperti negara lainnya. Kami imbau di daerah lain yang banyak kasus korona untuk tidak menggelar shalat Jumat,” ujarnya.
Kasus terus meningkat
Kasus Covid-19 di Indonesia kian memprihatinkan. Hingga 19 Maret 2020 pukul 12.00, juru bicara pemerintah terkait penanganan korona, Achmad Yurianto, menyampaikan, total kasus positif korona berjumlah 309 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan sehari sebelumnya yang sebanyak 227 orang.
Penambahan kasus tertinggi terjadi di wilayah DKI Jakarta dengan 52 kasus baru. Jumlah pasien yang sembuh pun baru 15 orang dan total yang meninggal sudah mencapai 25 orang.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo yang hadir dalam konferensi pers yang sama mengungkapkan, ancaman wabah harus dipahami oleh seluruh warga Indonesia. Warga harus mengenal potensi ancaman dari wabah tersebut.
”Kalau kita semua bisa menjalankan ini (pembatasan sosial) dengan baik, kita bisa menjadi pahlawan-pahlawan kemanusiaan. Ikuti protokolnya,” kata Doni.