Penyebaran Virus Korona Meluas, Kasus Positif Capai 1.285 Orang, Meninggal 114 Orang
Jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia, Minggu (29/3/2020) sore, mencapai 1.285 orang dengan 114 orang di antaranya meninggal. Jumlah itu merupakan hasil pemeriksaan dari 6.500 spesimen.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah kasus terkonfirmasi positif korona di Indonesia hingga Minggu (29/3/2020) siang mencapai 1.285 orang dengan 114 orang di antaranya meninggal. Jumlah itu merupakan hasil pemeriksaan spesimen dari 6.500 orang di semua laboratorium di Indonesia. Penularan virus korona baru terus meluas karena pembatasan sosial dan jarak belum berjalan otpimal.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu sore, menyebutkan, kasus positif bertambah 130 orang dari 1.046 orang menjadi 1.285 orang. Jumlah kasus kematian pun bertambah 12 orang dari 87 orang menjadi 114 orang. Pasien yang sembuh atau dua kali mendapatkan hasil negatif dari pemeriksaan mencapai 64 orang atau bertambah lima orang dari sebelumnya 59 orang.
”Ini menandakan di luar sana masih ada yang membawa penyakit dan belum melaksanakan isolasi di rumah,” katanya.
Menurut Yurianto, bertambahnya angka kasus terkonfirmasi positif menunjukkan, pembatasan sosial dan imbauan agar masyarakat menjaga jarak belum berjalan maksimal. Masih banyak orang dalam pemantauan (ODP) yang belum menjaga jarakn dengan orang-orang di sekitarnya. ”Kekuatan terbesar memutus mata rantai (wabah) ini ada di masyarakat. Dengan mematuhi protokol yang ada, saya yakin, ini bisa kita hadapi dan kita lewati bersama-sama,” ujarnya.
Yurianto menjelaskan, pembatasan sosial merupakan salah satu upaya yang harus dijalankan setiap orang karena virus mematikan mudah menular melalui percikan air yang keluar saat bersin dan batuk. Bahkan, jika percikan itu menempel di barang, kemudian dipegang orang lain, virus dengan cepat juga berpindah atau menular kepada siapa pun yang memegangnya.
Kondisi itu membuat pemerintah tak berhenti mengingatkan masyarakat untuk selalu beribadah, bekerja, dan belajar di rumah. Namun, imbauan itu pun tak cukup. Masyarakat perlu terus diajak bersama-sama untuk menjaga jarak di berbagai tempat, termasuk di rumah.
”Lindungi yang sehat agar tidak sakit, mari melindungi yang sakit agar bisa sembuh dan tidak menularkan ke orang lain. Siapa pun yang ada di sekitar kita tetap harus berpikir untuk menjaga jarak,” katanya.
Terdapat beberapa jenis karantina yang ditawarkan pemerintah untuk ODP ataupun PDP, yaitu mencakup karantina mandiri, karantina di rumah sakit darurat atau Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta, dan karantina di rumah sakit rujukan. Karantina mandiri bisa dilakukan di rumah, khususnya untuk orang dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala.
Karantinda di rumah sakit darurat bisa dilakukan dengan mengunjungi Wisma Atlet, khususnya untuk mereka yang mengalami gejala ringan hingga sedang dan sudah terkonfirmasi positif. Jika mengalami gejala berat, karantina dilakukan di rumah sakit rujukan di tiap daerah.
Selain Wisma Atlet, lanjut Yurianto, beberapa hotel juga akan dijadikan rumah sakit darurat untuk penanganan Covid-19. Tenaga kesehatan yang kurang akan ditambah melalui sukarelawan kesehatan yang sampai saat ini sedang dihimpun.
Hingga kini sudah 5.816 orang mendaftarkan diri sebagai sukarelawan Covid-19 terhtung sejak pendaftaran dibuka secara daring pada Rabu (25/3/2020) hingga Sabtu (28/3/2020). Sebagian besar sukarelawan tersebut mendaftarkan diri untuk tenaga nonmedis, yakni 4.008 orang. Adapun sukaelawan medis dan tenaga medis sebanyak 1.808 orang.
”Total sukarelawan yang sudah mendaftar per tanggal 28 Maret 2020 pukul 17.00 sebanyak 5.816 orang,” kata Ketua Umum Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) Dandi Prasetia dalam konferensi pers yang sama.
Dandi menyebutkan, para sukarelawan tersebut mendaftar dari sejumlah wilayah di Indonesia. Provinsi Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah pendaftar terbanyak, yakni mencapai 1.445 orang. Berikutnya dari wilayah Jawa Timur sebanyak 559 orang, Banten 402 orang, dan Jawa Tengah 348 orang. ”Terbanyak kedua dari DKI Jakarta, yakni sebanyak 1.384 orang,” ujarnya.
Dari grafik usia, para sukarelawan yang paling banyak mendaftar berasal dari kelompok usia produktif, yakni 19-30 tahun, sebanyak 2.364 laki-laki dan 1.856 perempuan.
Kelompok usia kedua, yakni dari 31 tahun sampai dengan 30 tahun, sebanyak 636 laki-laki dan 225 perempuan. Selanjutnya, kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 275 laki-laki dan 68 perempuan. Sementara dari kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 75 laki-laki dan 25 perempuan. ”Kelompok usia di atas 60 tahun juga ada, lima laki-laki,” katanya.
BNPB sebagai Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 telah membuka pendaftaran untuk para sukarelawan sejak tanggal 25 Maret 2020. Pendaftarannya bisa dilakukan melalui situs resmi BNPB dengan nama Desk Relawan.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, tim sukarelawan berperan penting dalam mengatasi wabah virus korona jenis baru tersebut. ”Tim sukkarelawan penting bagi kami hari ini karena konsepsi dalam penanganan wabah Covid-19 ini, pemerintah tidak mungkin berdiri sendiri,” kata Doni.