Pandemi Covid-19 Mengubah Rutinitas Warga Apartemen
Kebiasaan hidup warga berubah saat pandemi Covid-19 terjadi. Perubahan ini turut berperan dalam menekan penyebaran virus korona baru penyebab penyakit ini. Salah satunya ada di masyarakat yang menempati hunian vertikal.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 turut mengubah pola hidup warga yang tinggal di apartemen. Pembatasan fisik dan sosial membuat mereka harus beradaptasi dengan meninjau ulang kegiatan rutin.
Penghuni apartemen di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Novia Mardesya (27), Selasa (31/3/2020), menjelaskan, gagang pintu di apartemen lebih sering dibersihkan sejak Covid-19 melanda Indonesia. Cairan antiseptik bertebaran di sejumlah lokasi.
Selain itu, binatu tidak lagi beroperasi. Akibatnya, dia harus membawa pakaian kotor ke binatu yang berada di luar apartemen. ”Ojek daring yang mau mengantar makanan tidak diizinkan lagi mengantar makanan hingga lobi. Disiapin meja di depan lobi, jadi kita mengambil makanan di situ,” katanya.
Kendati demikian, sejumlah kolam renang dan fasilitas kebugaran masih dibuka. Berhubung kedua tempat itu masih ramai, terutama oleh orang asing, perempuan yang bekerja di pabrik manufaktur ini memilih untuk tidak ke fasilitas kebugaran. Ia khawatir tertular virus korona baru di tempat publik itu.
Padahal, sebelumnya, dia biasa menggunakan fasilitas kebugaran setiap menjelang berangkat kerja. Agar badan tetap sehat, ia berolahraga setiap akhir pekan di ruangan terbuka. Tetapi, kebiasaan baru ini membuat berat badannya naik lantaran berolahraga tidak seintens biasanya. ”Naik 2 kg ha-ha-ha,” ujar perempuan yang sudah 2,5 tahun tinggal di hunian vertikal ini.
Sekar (23), penghuni salah satu apartemen di Jakarta Selatan, memantau perubahan perilaku dari warga apartemen. Tidak banyak lagi orang yang duduk-duduk di lobi. Biasanya, ada sekitar 20 orang yang duduk di ruang tunggu itu. ”Kini, tak sampai lima orang,” ujarnya.
Rasa bosanku ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan mereka yang kesulitan karena korona. Aku masih dapat tempat tinggal nyaman, mau makan gampang, belanja masih bisa, masa kalah sama rasa bosan.
Dia melanjutkan, ada warga yang memanfaatkan lorong apartemen sebagai tempat olahraga lantaran tempat kebugaran ditutup. Padahal, dalam situasi normal, tak pernah ada orang berolahraga di tempat itu. Sementara bapak-bapak yang biasanya sering main catur di tepi kolam renang juga sudah tak terlihat lagi. Kolam renang di tempat apartemen Sekar juga tidak beroperasi.
Bagi Sekar, berada dalam situasi seperti itu memang sedikit membosankan. Akan tetapi, kebosanan itu tidak sebanding dengan orang-orang yang tetap bekerja di lapangan di tengah merebaknya virus korona.
”Rasa bosanku ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan mereka yang kesulitan karena korona. Aku masih dapat tempat tinggal nyaman, mau makan gampang, belanja masih bisa, masa kalah sama rasa bosan,” ujarnya.
Penghuni Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan, Ikhda Rizka Annisa (27), menyatakan, jam operasi di pusat perbelanjaan di kawasan Kalibata City dibatasi. Kios-kios hanya beroperasi hingga pukul 21.00.
”Kita yang belanja pun dianjurkan untuk langsung dibawa atau pesan daring, tak boleh ada kerumunan,” katanya.
Pekerja di industri film ini mengaku tidak masalah dengan sejumlah pembatasan itu. ”Sejauh ini belum menyusahkan dan masih sangat do-able,” ujarnya.
Sejak seminggu lalu, dia yang berprofesi sebagai sales & marketing asistant ini sudah bekerja dari rumah. ”Karena aku bekerja di industri film yang juga sangat terpengaruh dengan adanya virus korona ini, jadi tidak banyak kendala untuk kerja di rumah. Sudah biasa melakukan semuanya secara mobile,” ujarnya.
Kepala Badan Pusat Statistik DKI Jakarta Buyung Airlangga menjelaskan, di Jakarta terdapat 307 apartemen dengan 1.300 tower. Sementara jumlah penghuni apartemen belum tercatat.
Oleh sebab itu, penghuni apartemen menjadi salah satu target BPS dalam sensus daring yang diperkirakan berlangsung hingga 29 Mei 2020. BPS pun sudah bekerja sama dengan pengelola apartemen mengenai hal ini.
Di sisi lain, kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Hingga 31 Maret pukul 15.32, sebanyak 1.414 orang positif Covid-19. Sebanyak 75 orang sembuh dan 122 meninggal.
Perubahan kehidupan di apartemen yang membuat penghuninya rela menghabiskan waktu di dalam unit sedikit-banyak ikut berperan menekan penyebaran virus ini. Apalagi, hunian vertikal kian marak saat ini.