RI Terus Upayakan APD dan Ventilator meski Dunia ”Memperebutkannya”
Negara-negara di dunia tengah ”berebut” untuk mendapatkan APD dan ventilator. Di sisi lain, Indonesia terus berupaya melobi China dan Korea Selatan untuk mendapatkan bahan baku APD.
Oleh
cyprianus anto saptowalyono
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kamar Dagang dan Industri Indonesia terus mendorong produksi alat pelindung diri di dalam negeri. Hal itu penting mengingat di tengah pandemi Covid-19 saat ini, negara-negara di dunia telah ”berebut” mendapatkan alat pelindung diri dan ventilator.
”Kami lebih mendorong produksi di dalam negeri. Rebutan barang dengan negara-negara lain besar. Jadi, yang sekarang diperebutkan itu alat pelindung diri (APD) dan ventilator,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani ketika dihubungi di Jakarta, Senin (6/4/2020).
Menurut Rosan, Kadin telah mendorong pengusaha tekstil lokal membuat APD yang memenuhi standar pemerintah dan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Pemain-pemain besar, seperti Sritex dan Pan Brother, sudah mulai memproduksi.
Kadin telah meminta mereka untuk tidak mengambil keuntungan. Setidaknya ada pemasukan bagi kas perusahaan untuk menjaga keberlangsungan usaha dan biaya produksi.
”Saat ini ada juga pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang turut memproduksi APD. Namun, APD buatan mereka itu masih harus dites terlebih dahulu untuk memastikan keselamatan paramedis. Jangan sampai APD yang dikenakan tidak sesuai standar,” katanya.
Terkait impor bahan baku APD, lanjut Rosan, mulai berproduksinya pabrik di China belakangan ini cukup membantu. Pabrik bahan baku APD di China mulai jalan dan kapasitasnya mendekati penuh.
Mulai berproduksinya pabrik di China belakangan ini cukup membantu. Pabrik bahan baku APD di China mulai jalan dan kapasitasnya mendekati penuh.
Namun, untuk ventilator masih ada kendala karena semua negara membutuhkan. Akibat tingginya permintaan ventilator di dunia, jika dapat mengimpor pun Indonesia hanya akan mendapat sedikit.
”Kendati ada yang menyebutkan industri dalam negeri ada yang bisa membuat ventilator, sampai sejauh Kadin belum mendapatkan informasi kalau ada yang benar-benar bisa membuat,” katanya.
Kendala pengangkutan
Rosan menambahkan, kendala lain untuk mendapatkan ventilator adalah di sektor transportasi pembawanya. Apabila mau menggunakan Garuda Indonesia, maskapai nasional itu juga tidak bisa mengangkutnya karena belum mendapatkan izin barang-barang yang dianggap berbahaya. Ini karena ventilator ada baterainya.
Ada pengusaha yang terkendala untuk memasukkan 120 ventilator. Ventilator itu tidak dapat diangkut menggunakan Garuda. ”Kami masih berupaya untuk mengusahakannya agar bisa masuk ke Indonesia,” kata Rosan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil mengatakan, saat ini produksi APD terus berjalan di dalam negeri. Produksi masker nonmedis sekarang terus berlangsung.
”Kami diminta 1 juta masker, kami salurkan melalui Palang Merah Indonesia (PMI),” katanya.
Menurut Rizal, tidak semua industri garmen di dalam negeri mampu membuat APD. Saat ini ada 20 lebih anggota API yang memiliki kemampuan memproduksi APD. Total kapasitas produksi APD di dalam negeri mencapai 17 juta potong per bulan.
Bahan baku APD ada yang berasal dari dalam negeri, tetapi ada juga yang diimpor. ”APD yang mau kami bikin itu minimal standarnya adalah water repellent (tidak mudah tembus air) dan antibakteri dengan pola jahit standar seamless, bukan jahit benang biasa,” ujarnya.
Rizal juga menuturkan, saat ini tidak ada kendala teknis mengimpor bahan baku APD, apalagi pemerintah pun merelaksasi regulasi impor. Impor bahan baku APD itu antara lain dari China dan Korea Selatan.
”Kendalanya paling hanya soal harga karena dollar AS sedang tinggi. Taruhlah biasanya bisa dapat 10 bahan baku, sekarang ini (dengan biaya pembelian sama) hanya dapat delapan bahan baku,” katanya.
API, lanjut Rizal, berharap agar distribusi APD bisa berjalan lancar. Pusat industri pembuatnya berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Tangerang (Banten).
Melobi China dan Korsel
Secara terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, saat ini dunia sedang membutuhkan APD. Ketersediaan bahan baku juga terbatas.
Untuk itu, BKPM juga telah berkoordinasi dengan industri, pabrik, dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Fokus dari koordinasi itu adalah bagaimana upaya mendapatkan bahan baku.
”Sekarang kita butuh dari dua negara, yaitu Korea Selatan dan China,” kata Bahlil menjawab pertanyaan media dalam telekonferensi di Jakarta, Senin.
Fokus dari koordinasi itu adalah bagaimana upaya mendapatkan bahan baku. Sekarang kita butuh dari dua negara, yaitu Korea Selatan dan China.
Sementara Menteri BUMN Erick Tohir menambahkan, pemerintah terus berupaya membeli ventilator. Di sisi lain, pemerintah juga terus mendorong perguruan tinggi, industri otomotif, dan industri pertahanan untuk membuat terobosan membuat ventilator sendiri.
”Kalau memang nanti kita bisa memproduksi ventilator sendiri, kenapa tidak? Tapi tentu saya tidak mau bicara sesuatu yang belum saya lihat secara nyata dan berapa juga kapasitasnya,” ujar Erick.