Riset vaksin Covid-19 masih dilaksanakan oleh sejumlah negara dan lembaga riset. Beberapa menargetkan akan merilis vaksin pada September mendatang. Sambil menanti, kebutuhan pangan menjadi isu yang harus dijawab.
Oleh
Iwan Santosa
·5 menit baca
Pemerintah mulai dari pusat hingga daerah mulai melancarkan pemeriksaan massal dengan metode PCR yang hasilnya bisa diperoleh dalam hitungan singkat. Pemerhati kesehatan masyarakat, Benedictus Adhi Sanjaya, yang terlibat dalam berbagai proyek kesehatan paru-paru, menceritakan, saat ini sudah mulai dioperasikan mesin tes berikut reagen yang diimpor Pemerintah Indonesia dari Swiss.
”Mesin tersebut buatan pabrikan medis Roche yang di Indonesia dikenal lewat produk suplemen Calcium D Redoxon dan berbagai produk lain. Mesin itu, Cobas 6800, ada 18 unit yang masing-masing bisa melakukan 1.300 tes per hari atau total 122.400 tes per hari. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan FDA Amerika Serikat merekomendasikan mesin tersebut,” kata Adhi Sanjaya.
Menurut dia, masih ada beberapa alat tes yang dipesan Pemerintah Indonesia, seperti 10 mesin Magnapure 96 dengan kapasitas masing-masing 1.000 tes per hari, 16 mesin Lightcycle 480 dengan kapasitas masing-masing 500 tes per hari, dan dua Lightcycle 96 dengan kapasitas masing-masing 500 tes per hari.
Mesin-mesin tersebut akan ditempatkan di beberapa rumah sakit milik BUMN di kota besar di Indonesia. Upaya pemeriksaan juga dibantu oleh laboratorium di luar Kementerian Kesehatan, seperti laboratorium di bawah Kementerian Pertanian dan IPB University.
Adhi Sanjaya menambahkan, adanya mobile lab buatan dalam negeri juga turut membantu upaya penanganan pandemi Covid-19. PMI dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggunakan sarana tersebut.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan sejumlah daerah juga mengupayakan pelaksanaan tes untuk menapis penderita Covid-19 dengan berbagai gejala, yakni ringan, sedang, berat, termasuk yang tidak bergejala.
Pada saat sama, WHO dalam rilisnya menjelaskan ada 70 lembaga riset yang sedang melakukan riset vaksin Covid-19. Faisal Assegaf dari media Al Balad yang mewawancarai Migal Institute Israel menulis, Israel akan mengadakan uji klinis (tes vaksin ke manusia) pada awal Juni 2019.
Mereka menargetkan akan merilis vaksin Covid-19 pada September 2019. Migal Institute sudah melakukan riset terkait virus korona dari berbagai tipe sejak beberapa tahun terakhir.
Tidak mau ketinggalan, Universitas Oxford menargetkan merilis vaksin Covid-19 pada September 2020, seperti diberitakan Bloomberg.com dalam laporannya, 11 April 2020.
Adapun Amerika Serikat sudah mengadakan uji klinis vaksin Covid-19 tanggal 17 Maret 2020 di kota Seattle, Washington. Hanya berselang sehari, China melakukan uji serupa di kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, 18 Maret 2020.
Pabrikan medis Moderna di Amerika Serikat menargetkan merilis vaksin Covid-19 pada Januari 2021. Sedangkan dalam laporan South China Morning Post 6 Maret 2019 disebutkan, vaksin darurat sudah disiapkan di China pada April ini.
Berbagai kabar optimistis soal riset vaksin yang dilakukan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, tentunya mendorong penanggulangan pandemi Covid-19 agar semakin terpadu dalam penanganan pasien, pengobatan, pencegahan, penerapan protokol kesehatan hingga kebijakan pangan, sambil menunggu ditemukannya obat yang efektif dan juga vaksin Covid-19.
Ekonomi melambat
Di tengah upaya penanganan kesehatan yang dilakukan saat ini, ekonomi di Indonesia dan seluruh dunia melambat. Banyak rakyat harus kehilangan pekerjaan, padahal mereka harus tetap makan.
Semangat gotong royong menjadi kunci pada masa sulit ini. Di Bogor, Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim memuji langkah sukarelawan dari Tiska Catering yang menghimpun sumbangan masyarakat untuk mengirimkan makan siang bagi tenaga kesehatan di berbagai rumah sakit di Kota Bogor yang kewalahan menangani pasien, baik umum maupun yang terkait Covid-19.
Pegiat sosial lainnya, Guntur Santoso, bersama jejaring masyarakat Bogor dan berbagai satuan TNI AD juga membuka dapur umum serta menyalurkan makanan bagi warga masyarakat yang digelar hingga Mei 2020 ini.
Di Jakarta, Hani Fibianti dan beberapa temannya mengoordinasi sumbangan makan siang bagi rumah sakit dan berbagai klinik di Jakarta. Beragam inisiatif serupa digelar masyarakat, seperti dalam gerakan Kitabisa.
Dalam kesempatan lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, pekan lalu, langsung menghubungi warga petani di Kabupaten Semarang yang sudah dua pekan kesulitan menjual produk pertanian karena tutupnya berbagai pasar.
Dalam kondisi krisis saat ini, menjaga kelangsungan pasokan logistik dari desa ke kota sembari tetap memenuhi protokol kesehatan sangatlah penting. Gubernur Ganjar dalam hitungan hari menyelesaikan persoalan tersebut.
Sayangnya, belum ada basis data terpadu yang mengacu pada mahadata (big data) BPJS, nomor induk kependudukan, registrasi nomor telepon seluler, dan aplikasi berbayar daring yang jika dipadukan dapat memudahkan penyampaian bantuan langsung kepada para penerima.
Ketahanan pangan dan perut rakyat harus tetap terisi, tetapi kesehatan juga harus dijaga. Memasuki Mei hingga Juni, Indonesia memasuki masa panen raya.
Dalam data Badan Pusat Statistik tahun 2019, produksi beras nasional 31,31 juta ton atau turun 2,63 juta ton dibandingkan dengan 2018. Namun, kebutuhan beras tahun 2019 hanya 29,6 juta ton. Dengan demikian, ada surplus beras pada 2019 sebesar 1,71 juta ton dan 4,37 juta ton pada 2018.
Dalam laman Kementerian Pertanian disebutkan, kebutuhan konsumsi beras per kapita di Indonesia pada 2017 sebesar 111,58 kilogram per tahun. Dukungan produksi di luar Jawa dan penanaman varietas padi gogo yang tahan pada musim kering sangatlah penting.
Data Kementerian Pertanian, seperti dikutip dari Kompas.id, target produksi padi berupa gabah kering giling tahun 2020 mencapai 59,15 juta ton atau setara 33,92 juta ton beras.
Jika perkiraan konsumsi mencapai 30,25 juta ton beras, secara kumulatif dari tahun 2018 sampai akhir 2020 akan ada surplus 9,57 juta ton beras.
Sebagai rencana darurat, Indonesia dalam kerja sama ASEAN sebetulnya bisa mendatangkan cadangan beras dengan mengimpornya dari Thailand, Kamboja, dan Vietnam yang mengalami surplus beras.
Berbagai perusahaan daerah dan pengolahan produk pangan pun dapat dimobilisasi, semisal mengolah daging ayam yang saat ini harganya jatuh dan menggunakannya sebagai cadangan pangan yang disimpan di berbagai perusahaan daerah atau swasta dan kelak dapat disalurkan melalui jaringan perdagangan daring ataupun pasar-pasar di bawah pemerintah daerah, seperti di PD Pasar Jaya dan pasar-pasar di Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.
Setelah penapisan massal, penanganan pasien, dan mitigasi Covid-19, menjaga ketahanan pangan dan bantuan sosial sangatlah penting. Terlebih Indonesia mau tidak mau harus menyesuaikan dengan tenggat dikeluarkannya vaksin untuk mengatasi pandemi Covid-19. Hingga saatnya kita semua mampu bangkit kembali, semangat gotong royong dan kerja sama semua pihak menjadi kunci dalam mengatasi krisis saat ini....