Bantuan Pembaca Harian ”Kompas” Mengalir ke Warga dan Mahasiswa
Bantuan kemanusiaan dari pembaca harian ”Kompas” untuk masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 terus mengalir. Jumat (17/4/2020), Yayasan DKK yang mengelola bantuan pembaca menyalurkan 4.000 paket bahan pokok.
Oleh
Haris Firdaus
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas kembali menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa 4.000 paket bahan pokok di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Bantuan dari pembaca Kompas tersebut dibagikan kepada masyarakat yang rentan penularan Covid-19 dan pekerja informal yang terdampak akibat pemberlakuan kebijakan pembatasan sosial berskala besar.
Total bantuan kemanusiaan sumbangan pembaca Kompas yang disalurkan hari itu secara total berjumlah 4.000 paket bahan pokok. Pemberangkatan bantuan kemanusiaan itu berlangsung di Jalan Palmerah Selatan Nomor 26-28 Jakarta Pusat, depan kantor Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK). Acara itu juga dihadiri mitra Yayasan DKK, yakni pengurus Yayasan Foodbank of Indonesia dan pengurus Berani Jaga Bumi Foundation. Selain itu, hadir pula perwakilan warga penerima bantuan.
Ketua Yayasan DKK Rusdi Amral menjelaskan, penyaluran bantuan pembaca Kompas ini adalah penyaluran bantuan gelombang keempat. Sebelumnya bantuan gelombang pertama hingga ketiga ditujukan kepada tenaga kesehatan. Bantuan gelombang keempat ditujukan untuk masyarakat prasejahtera dan yang terdampak kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
”Kita tahu, dengan PSBB ini, ruang gerak masyarakat sangat terbatas sehingga dengan bantuan ini diharapkan bisa membantu pengadaan bahan pokok untuk rumah tangganya,” kata Rusdi. Bantuan itu selanjutnya diserahkan oleh mitra kepada warga di beberapa wilayah di Jabodetabek.
Presiden Yayasan Foodbank of Indonesia Wida Septarina mengatakan, mereka terus bergerak membantu masyarakat rentan, seperti orang lanjut usia, anak-anak, dan pekerja informal yang rentan terdampak Covid-19. ”Kita tidak bisa bekerja sendiri, harus bahu-membahu, terutama untuk urusan pangan karena itu kebutuhan primer. Kami mengimbau masyarakat yang berkelebihan untuk membantu,” ujar Wida.
Mahasiswa terdampak
Secara terpisah, bantuan kemanusiaan untuk mahasiswa diserahkan pengurus Yayasan DKK dan pengurus Yayasan Food Bank of Indonesia kepada Social Trust Fund (STF) UIN di Ciputat, Tangerang Selatan. Bantuan berupa 1.000 kilogram beras, 200 kaleng sarden, 200 botol minyak goreng, teh, kental manis, dan sirup.
Pada hari yang sama, bantuan kemanusiaan untuk mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) diserahkan perwakilan redaksi harian Kompas kepada perwakilan manajemen UNY dalam bentuk 600 paket bahan pokok. Satu paket berisi 2 kilogram beras, mi instan, telur, dan sarden.
Ketua STF UIN Amelia Fauzia menyampaikan terima kasih atas bantuan bahan pokok dari pembaca harian Kompas kepada mahasiswa UIN Jakarta yang kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari seiring kebijakan penjarakan sosial dan PSBB.
Saat ini, tercatat 1.351 mahasiswa UIN Jakarta yang mendapat bantuan makanan siap santap dan bahan pokok dari pihak kampus sejak 30 Maret. Mayoritas penerima bantuan adalah mahasiswa perantau yang memilih bertahan di Ciputat. Selain itu, ada 92 mahasiswa asing UIN Jakarta dari beberapa negara, seperti Afghanistan, Somalia, dan Nigeria, yang juga menerima bantuan serupa.
”Bantuan ini membuat kami bisa bernapas lega. Setiap hari kami deg-degan juga, khawatir tidak punya dana lagi untuk memenuhi kebutuhan mereka,” ujar Amelia.
Pihak STF UIN bekerja sama dengan beberapa warung menyiapkan 500 lebih paket makanan siap santap untuk mahasiswa penerima bantuan. Dana untuk membiayai bantuan itu berasal dari sumbangan dosen UIN Jakarta, alumnus, para dermawan, dan lembaga.
DI Yogyakarta, Rektor UNY Sutrisna Wibawa mengapresiasi bantuan dari pembaca harian Kompas yang disalurkan melalui DKK. Pemberian bantuan ini sangat berguna untuk membantu para mahasiswa selama pandemi Covid-19. ”Atas nama adik-adik mahasiswa dan keluarga UNY, kami ucapkan terima kasih atas kepedulian dari pembaca harian Kompas,” ujarnya.
Selama pandemi Covid-19, lanjut Sutrisna, banyak mahasiswa UNY asal luar daerah yang tetap berada di Yogyakarta meski kegiatan perkuliahan tatap muka di kampus diliburkan. Mereka tidak pulang ke kampung halaman karena berbagai alasan. Misalnya, di kampung mereka tidak ada akses internet, padahal mereka harus mengikuti perkuliahan secara virtual. Ada pula yang tidak pulang karena takut membawa virus korona baru ke kampung halaman.
Sebagian dari mereka ternyata mengalami kesulitan ekonomi selama terjadinya pandemi Covid-19. Sutrisna menyebut, beberapa waktu lalu, manajemen UNY telah memberikan bantuan bahan pokok kepada para mahasiswa. Bantuan tersebut dibeli dengan uang hasil iuran para dosen dan karyawan UNY.
Kepala Biro Umum, Perencanaan, dan Keuangan UNY Sukirjo mengatakan, jumlah mahasiswa UNY yang membutuhkan bantuan sekitar 1.000 orang. ”Semula data awal itu sekitar 300 orang, tetapi kemudian ada data tambahan menjadi 1.000 orang,” katanya.
Sukirjo menambahkan, manajemen UNY akan bertanggung jawab penuh untuk menyalurkan bantuan tersebut hingga sampai ke mahasiswa. Dalam penyaluran bantuan itu, manajemen UNY juga akan bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) UNY.
Kepala Departemen Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga BEM KM UNY Dzaki Abdurrahman mengatakan, bantuan dari pembaca Kompas akan diberikan kepada para mahasiswa UNY yang belum mendapatkan bantuan pada periode sebelumnya. (BSW/BUR)