Pukulan pandemi Covid-19 cukup keras bagi jenama lokal yang sebagian besar berskala usaha mikro, kecil, dan menengah. Penjualan produk mereka anjlok. Namun, tak ada kata mundur, lelah, dan menyerah.
Oleh
Maria Paschalia Judith
·4 menit baca
Pukulan pandemi Covid-19 cukup keras bagi jenama lokal yang sebagian besar berskala usaha mikro, kecil, dan menengah. Penjualan produk mereka anjlok. Namun, tak ada kata mundur, lelah, dan menyerah.
Jenama atau merek lokal menyapa masyarakat yang sedang bekerja dan belajar di rumah di tengah pandemi. Promosi dan berjualan secara dalam jaringan dikemas dalam bentuk Hari Belanja Brand Lokal, yang berlangsung mulai Sabtu (25/4/2020) hingga Senin (27/4/2020) ini.
Hari Belanja Brand Lokal merupakan ajang berbelanja bagi masyarakat sekaligus mempromosikan produk-produk dengan jenama lokal. Tak hanya diikuti 1.152 jenama lokal, ajang ini juga didukung bank dan laman pasar daring. Masyarakat bisa mencermati satu demi satu merek lokal yang kualitasnya berkelas. Atau, mungkin menyadari, merek yang selama ini dikira merek asing ternyata karya industri kreatif Tanah Air.
Hari Belanja Brand Lokal juga bermitra dengan pihak lain, misalnya Shopee dan Lazada, untuk memberi wadah bagi pemilik jenama yang belum berjualan daring. Jouska juga digandeng untuk memberikan pelatihan finansial bagi pemilik merek dan Haistar yang memberi jasa sewa gudang gratis.
Mengutip penjelasan di lamannya, brandlokal.online, inisiatif ini menyatukan merek lokal untuk menghadirkan promo spektakuler. Menurut Ketua Panitia Hari Belanja Brand Lokal, Achmad Alkatiri, masyarakat antusias menyambut Hari Belanja Brand Lokal 2020. ”Ekspektasinya, Senin menjadi puncak dari Hari Belanja Brand Lokal karena ada pencairan gaji,” katanya saat dihubungi, Minggu (26/4/2020), dari Jakarta.
Antusiasme itu terlihat dari 600.000 pengunjung pada Sabtu (25/4/2020). Menurut Achmad, dari 15 pemilik jenama yang didata, penjualan dalam festival belanja ini berkisar 600-700 persen dibandingkan rata-rata penjualan harian dalam dua pekan terakhir. Tane Hadiyanto (26), yang melirik Instagram Hari Belanja Brand Lokal 2020, tergoda untuk ambil bagian dalam ajang itu.
”Barangnya lucu-lucu. Ini membuktikan, produk Indonesia tak kalah menarik dibandingkan dengan produk buatan luar negeri,” ujarnya. Tane berencana membeli hadiah untuk ibunya di festival belanja daring ini. Untuk ibu, hadiahnya tentu barang yang spesial. Kali ini, barang yang spesial itu adalah karya anak bangsa yang kreatif.
”Soal harga, saya tidak keberatan jika tergolong agak mahal. Apalagi melihat produk-produk di sini, khususnya yang berbahan kain, punya kearifan lokal tersendiri, misalnya dari sisi motif,” tuturnya. Bagi Giska (24), konsumen lainnya, ajang belanja ini bagai memindahkan mal ke gawainya. ”Ada merek yang selalu menjadi incaran saya di mal,” ujarnya. Giska tergoda promosi dan diskon yang, menurut dia, menggiurkan.
Cara seperti ini bisa jadi magnet bagi masyarakat Indonesia untuk belanja produk lokal secara daring. Konsumen seperti Tane dan Giska, yang menghargai produk dalam negeri, dibidik penyelenggara Hari Belanja Lokal Online. Target transaksi ajang ini Rp 130 miliar.
Unjuk gigi
Acara ini merupakan wujud gagasan beberapa orang, yakni pendiri Hypefast Achmad Alkatiri, pendiri Brodo Muhammad Yukka Harlanda, pendiri Torch.id Ben Wiriawan, Managing Director Ria Miranda Pandu Rosadi, dan pendiri Cottonink Carline Darjanto. Mereka bergandengan tangan, menyatukan semangat untuk menjaga kelangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) industri kreatif Indonesia.
Menurut Ben, pandemi Covid-19 membuat penjualan jenama lokal anjlok hingga lebih dari 30 persen. Padahal, selama ini, pelaku UMKM merek lokal lebih banyak menggunakan bahan baku dan vendor dari dalam negeri. ”Kami tidak ingin merumahkan karyawan yang hidup dari merek lokal,” katanya.
Namun, saat mencermati, ternyata dampak pandemi tak signifikan bagi platform penjualan daring. Kendati ada yang penjualannya turun tak lebih dari 10 persen. Penjualan sebagian merek justru naik. Maka, ajang belanja daring dipilih sebagai momentum merek lokal untuk unjuk gigi.
”Keuntungan yang diperoleh dari penjualan merek lokal ada di Indonesia. Hal ini yang dapat membuat perekonomian Indonesia berdaya tahan di tengah pandemi Covid-19,” ujarnya. Public Relation and Media Relation Hari Belanja Brand Lokal Indonesia, Bonita Ayularas, menambahkan, produk jenama lokal mengandalkan penjahit, jasa pengemasan, bahkan tenaga administrasi dalam negeri. Oleh sebab itu, mempertahankan perputaran ekonomi produk jenama lokal merupakan langkah krusial.
Sebagai salah satu mitra pembayaran Hari Belanja Brand Lokal 2020, Head of Digital Banking PT Bank BTPN Tbk Irwan Tisnabudi menuturkan, produk BTPN, Jenius, mendukung kolaborasi dan inisiatif kolektif pemilik jenama dalam negeri. Terutama, berkolaborasi dalam mendorong kesadaran menjaga eksistensi dan penjualan daring produk merek lokal Indonesia di tengah pandemi Covid-19.
Sementara itu, Head of Brands Management Shopee Indonesia Daniel Minardi berpendapat, perusahaan berbasis teknologi, khususnya penyelenggara perdagangan secara elektronik atau e-dagang, berperan penting sebagai wadah dan dukungan bagi penjual dengan jenama lokal yang tengah kesulitan. Shopee Indonesia, kata Daniel, berharap kolaborasi ini membantu merek lokal untuk memperkuat kehadiran mereka secara daring, mendekatkan diri dengan konsumen, dan menjangkau pasar luas.
VP Marketing and Brand Strategy Buttonscarves Kanya Trihapsari menuturkan, keikutsertaannya dalam ajang ini untuk membagi pengalaman belanja dengan konsumen. Banyak cara dalam menghadapi pukulan pandemi Covid-19. Namun, satu hal penting bagi UMKM, tak ada kata mundur, lelah, dan menyerah.