Enggak Usah Mudik, Nak. Yang Penting Uangnya ”Pulang”...
Pandemi Covid-19 memaksa siapa pun untuk tinggal di rumah. Namun, sebagian masyarakat kesulitan mematuhi kebijakan ini. Sebagian kaum muda memproduksi video ajakan tinggal di rumah secara menghibur.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·3 menit baca
”Mbok, aku pulang kampung, ya.” Seorang pemuda di kota menelepon ibunya di kampung, memberi kabar kalau dirinya mau mudik. Dengan menggunakan bahasa Jawa, seorang perempuan berusia lanjut—yang dipanggil Mbok—malah melarang anaknya pulang. ”Jangan pulang, Nak!” ujarnya.
Namun, pemuda itu ngotot ingin pulang karena rindu. ”Kalau cuma kangen, aku kirimi foto,” balas ibunya. Mbok berswafoto saat sedang di dapur kemudian mengirimkannya lewat telepon genggam seraya bertanya, ”Gimana, cantik, kan?”
Pemuda itu berusaha meyakinkan bahwa dirinya sehat. Namun, Mbok mengingatkan, kalau mudik, nanti malah membawa virus. ”Gak usah pulang, Nak. Yang penting uangnya ’pulang’,” kata Mbok.
Adegan dan dialog dalam bahasa Jawa itu terangkum dalam video ”Rasah Mulih, Le. Penting, Duite Mulih” karya @ucup_jbsklaten yang beredar di media sosial pada pertengahan April 2020 ini. Akun @ucupklaten di Youtube mengunggah video ini pada 22 April 2020 dan dilihat 9.874 kali dengan 308 komentar.
Video lain yang tak kalah menarik diunggah oleh akun @karribeng di Youtube sejak awal April lalu dan dilihat 1.244 kali. Video karya Eka Gustiwana ini berisi lagu imbauan agar kita di rumah saja. Lagu ini terasa unik karena hasil kompilasi dari pemuda-pemudi dari sejumlah pelosok Indonesia yang mengatakan ”di rumah aja” dengan berbagai bahasa daerah. Semua itu disatukan dan diberi iringan musik.
Lewat kanal Twitter, seorang komika Bintang Emon turut mengingatkan masyarakat akan bahaya virus korona jenis baru lewat video kocak. Melalui Twitter, ia mengunggah video berdurasi 2 menit 20 detik itu, yang merekam dirinya sedang menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat Indonesia tentang betapa bahayanya virus korona.
Komika mengingatkan masyarakat Indonesia yang masih ke luar rumah dan mengabaikan social distancing. Ia juga menyindir masyarakat Indonesia yang mendapat anjuran bekerja dan belajar dari rumah, tetapi memanfaatkannya untuk berlibur ke tempat wisata. ”Lu enggak ke puncak sekarang juga puncak enggak bakal jadi pendek, tetep aja kita kalau ke sana nanjak-nanjak juga,” katanya.
Video itu dibanjiri tanda suka, disebarkan ulang ribuan kali, dan menarik komentar masyarakat. ”Ngakak tapi please memang harus banget digasin orang Indonesia bandel banget,” komentar @meowieb.
Sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, pekan lalu, mengatakan, tayangan dari berbagai kelompok masyarakat itu merupakan contoh kreatif cara berkomunikasi untuk mengedukasi masyarakat. ”Tayangan itu jadi bagian dari hiburan dan mempunyai pesan yang mudah dipahami oleh masyarakat dalam situasi bencana yang sedang kita alami ini. Tayangan itu menjaga psikologis masyarakat untuk tetap dalam kondisi baik dan bahagia,” ujarnya.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang unik karena menyukai canda tawa. Oleh karena itu, berbagai materi edukasi yang semula serius, apabila diolah dengan cara menyenangkan dapat lebih mudah dipahami masyarakat. Selain itu, fenomena munculnya banyak tayangan kreatif juga menunjukkan meskipun secara fisik masyarakat berada di dalam rumah, tetapi kreativitas bisa melalang buana ke mana saja. Apalagi, saat ini banyak platform yang dapat dimanfaatkan untuk membagikan konten-konten menarik.
Imam menyarankan pemerintah agar selanjutnya dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dapat lebih memanfaatkan kelompok-kelompok muda yang kreatif dan inovatif. Imbauan untuk tetap tinggal di rumah dan menjaga jarak sosial apabila disampaikan dengan cara kreatif oleh orang-orang muda yang mempunyai jaringan luas dapat lebih berdampak.
Pemerintah juga bisa melibatkan kelompok masyarakat adat, kelompok keagamaan, seperti remaja masjid dan remaja gereja, karang taruna, dan perkumpulan perempuan-perempuan di pedesaan untuk menghimbau masyarakat tetap di rumah saja.
Konten yang disampaikan juga tidak hanya terbatas pada menjaga jarak aman atau pentingnya mencuci tangan. Pesan yang disampaikan bisa berkaitan dengan anjuran untuk tetap di rumah saja selama bulan puasa dan Lebaran. ”Kita bisa mulai memopulerkan bagaimana halalbihalal bisa dilakuakn secara virtual. Silaturahmi tidak harus dilakukan bertemu secara fisik, tetapi bisa juga dengan digital,” katanya.