Bangun Sistem Terintegrasi untuk Buka Data Covid-19
Transparansi dan sinkronisasi data terkait Covid-19 bisa mempermudah penangan wabah penyakit tersebut. Karena itu, pemerintah meluncurkan sistem data yang terintegrasi.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 meluncurkan sistem terintegrasi Bersatu Lawan Covid untuk membuka data dan informasi mengenai pandemi Covid-19. Dengan adanya keterbukaan data, hal itu diharapkan bisa membantu menekan laju pertumbuhan virus korona baru (SARS-CoV-2) penyebab penyakit Covid-19.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, peluncuran aplikasi itu berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo untuk menjamin transparansi dan keterbukaan data kepada publik. ”Maka Tim Pakar Gugus Tugas bersama kementerian dan lembaga terkait telah merancang sistem yang mampu mencatat dan mengintegrasikan data Covid-19,” katanya di Jakarta, Rabu (29/4/2020).
Tim Pakar Gugus Tugas bersama kementerian dan lembaga terkait telah merancang sistem yang mampu mencatat dan mengintegrasikan data Covid-19.
Doni menjelaskan, masyarakat dapat mengakses sistem itu melalui laman covid19.go.id. Informasi yang tersaji berasal dari input data di tingkat puskesmas, rumah sakit, laboratorium pemeriksa, dan dinas kesehatan di tingkat daerah dengan pendampingan dari TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Intelijen Negara (BIN), serta Dinas Komunikasi dan Informatika Kominfo di daerah.
”Sistem ini tercipta atas kerja sama antara Tim Pakar Gugus Tugas, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Siber dan Sandi Negara, dan Komisi Informasi Pusat,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Doni menjelaskan, sistem ini mampu memantau data sebaran kasus positif, pasien positif yang sembuh dan meninggal, orang dalam pemantauan (ODP), serta pasien dalam pengawasan (PDP). Selain itu, sistem ini juga dapat melihat gambaran kasus secara detail dan dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan logistik RS dan laboratorium dalam penanganan Covid– 19.
Melalui aplikasi ini, masyarakat dapat memantau peta sebaran kasus positif secara nasional ataupun per provinsi. Sebaran kasus itu juga dapat dilihat berdasarkan waktu sehingga masyarakat dapat melihat riwayat sebaran kasus sejak awal Indonesia mengumumkan kasus positif hingga data terbaru.
Aplikasi ini juga menampilkan grafik kasus kumulatif nasional dan provinsi. Grafik ini juga memperlihatkan grafik kasus meninggal, sembuh, dan perawatan harian secara nasional. Grafik sebaran kasus berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur, serta berdasarkan gejala awal dan kondisi penyerta juga ditampilkan.
Dasar kebijakan
Harapannya, data ini menjadi landasan dalam pembuatan kebijakan percepatan penanganan Covid-19. Aplikasi ini juga memungkinkan warga mengetahui kasus di wilayahnya, memantau lokasi rawan hingga tingkat kecamatan, diagnosis mandiri, serta pemantauan isolasi dan telekonsultasi. Aplikasi ini dapat diunduh melalui Playstore dan Appstore.
Menteri Komunikasi dan Informasi Johnny G Plate mengatakan, aplikasi ini menjadi media integrasi dan konsolidasi data yang dihimpun dari 514 kabupaten/kota dan 34 provinsi di Indoensia. ”Aplikasi ini sangat penting agar pemerintah dapat mengambil kebijakan terukur dan efektif,” ujarnya.
Sementara itu, juru bicara pemerintah terkait penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengumumkankasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah 260 kasus dibandingkan satu hari sebelumnya sehingga menjadi 9.771 kasus. Dari jumlah itu, 784 orang meninggal atau bertambah 11 orang dan 1.391 pasien sembuh atau bertambah 137 orang.
Saat ini sudah dilakukan 86.985 pemeriksaan dengan reaksi rantai PCR dari total 67.784 pasien. Akumulasi orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 221.750 orang dan pasien dalam pengawasan 21.653 orang. Covid-19 telah berdampak terhadap 34 provinsi dan 296 kabupaten/kota.
Yuri menjelaskan, 59 persen kasus positif adalah laki-laki, sisanya 41 persen kasus menimpa perempuan. Kasus meninggal paling banyak berada pada kelompok usia 30-59 tahun, yakni 356 orang. Kelompok kedua terbanyak meninggal berada pada rentang usia 60-79 tahun, yakni 311 orang. Kelompok ketiga terbanyak berusia di atas 80 tahun sebanyak 28 orang meninggal.