Jangan Sampai Pandemi Covid-19 Menciptakan Bencana Kelaparan
Kasus positif Covid-19 hingga Sabtu (2/5/2020) mencapai 10.843 kasus dengan 831 di antaranya meninggal. Semua pihak perlu bekerja bersama untuk mengatasi pandemi ini, termasuk mencegah kerentanan bencana kelaparan.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penanganan pandemi Covid-19 diharapkan tidak menimbulkan bencana baru seperti kelaparan. Oleh karena itu, dalam penanganan wabah ini harus ada kepastian gizi masyarakat dapat terpenuhi, imunitas terjaga, dan roda perekonomian bergerak dengan tetap menjaga jarak fisik.
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, penanganan wabah harus memperhatikan psikologis masyarakat dan memastikan roda perekonomian tetap berjalan agar tidak menimbulkan bencana baru. ”Hungry man becomes angry man. Kita tidak ingin arahnya ke sana,” ujar Doni dalam rapat melalui telekonferensi bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta, Sabtu (2/5/2020).
Menurut data yang dikantongi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, ada 2,5 juta petani yang kesulitan menjual hasil pertanian dan perkebunan sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Doni berharap ada kolaborasi antara kementerian dan lembaga terkait, khususnya Kementerian Perindustrian, dan kepala daerah untuk memastikan roda ekonomi berjalan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Doni mencontohkan apa yang sudah dijalankan dengan baik di Jawa Tengah, Salatiga, dan Sumatera Barat. Di tiga daerah itu, pasar tradisional tetap beroperasi dengan aturan pedagang menjaga jarak aman sesuai protokol kesehatan. Pedagang juga bisa berjualan di luar ruangan dan diatur oleh pemerintah daerah setempat. Kemudian penjual diwajibkan memakai masker dan tetap menjaga jarak fisik dengan pembeli.
Juru bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengumumkan, pada Sabtu (2/5/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah 292 orang dibandingkan dengan satu hari sebelumnya sehingga menjadi 10.843 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 831 orang meninggal dan 1.665 pasien sembuh. Akumulasi orang dalam pemantauan sebanyak 235.035 orang dan pasien dalam pengawasan menjadi 22.545 orang. Data tersebut diambil dari 34 provinsi dan 321 kabupaten/kota di Tanah Air.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, Covid-19 tidak hanya berdampak pada dunia kesehatan, tetapi juga sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dibangun jaring pengaman sosial, ekonomi, dan medis untuk masyarakat.
Menurut Ganjar, ia sempat mempertimbangkan sejumlah kebijakan untuk diterapkan di daerahnya, seperti melakukan lockdown. ”Kalau kami melakukan lockdown, ekonomi tidak akan tumbuh, kriminalitas akan meningkat. Di negara lain, lockdown diikuti dengan mendukung ekonomi masyarakat. Namun, kami tidak punya uang sebanyak itu,” katanya.
Oleh karena itu, penerapan pembatasan fisik benar-benar dimaksimalkan. Jual beli di pasar, misalnya, tetap bisa dilakukan selama pedagang dan pembeli disiplin menjaga jarak fisik, seperti yang dilakukan di Salatiga. Dalam memberikan bantuan kepada masyarakat, ia juga tidak mempertimbangkan KTP asal masyarakat. ”Ketika memberi bantuan, jangan tanyakan apa KTP atau agamanya. Semua orang yang terkunci di wilayah Jawa Tengah harus diopeni (diperhatikan),” jelas Ganjar.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar berharap Covid-19 segera berlalu sehingga tidak perlu lagi diterapkan pembatasan sosial berskala besar. ”Kami sadar, semakin lama membatasi masyarakat, semakin besar peluang muncul tindakan-tindakan di luar kendali,” ujarnya.