Bangkitnya rasa kemanusiaan, persaudaraan, dan persatuan dari segala penjuru adalah kekuatan bangsa yang membuat Presiden Joko Widodo optimistis, pandemi Covid-19 akan bisa diatasi bersama-sama.
Oleh
ANITA YOSSIHA
·4 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengikuti acara Doa Kebangsaan dan Kemanusiaan yang digelar secara daring dari Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (14/5/2020). Selain meminta masyarakat untuk tetap berdisiplin menjalankan protokol kesehatan, Presiden mengajak seluruh anak bangsa untuk selalu menumbuhkan optimisme, empati, dan solidaritas sosial.
”Saya mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menghilangkan rasa cemas, menjauhkan diri dari ketakutan yang berlebihan. Hidupkan optimisme, bangkitkan empati, tumbuhkan solidaritas sosial,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan.
Doa Kebangsaan dan Kemanusiaan yang diselenggarakan Kementerian Agama dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga diikuti Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Agama Fachrul Razi, Kepala BNPB Doni Monardo, dan para menteri. Ketua MPR Bambang Soesatyo, Ketua DPR Puan Maharani, dan Ketua DPD La Nyalla Mattalitti juga mengikuti acara itu.
Selain itu, sejumlah pemuka agama turut hadir, seperti KH Quraish Shihab, Ignatius Kardinal Suharyo, Ronny Mandang, Ida Pedanda Nabe Gede Bang Buruan Manuaba, Sri Panyavaro Mahatera, serta Budi S Tanuwibowo.
Mengawali sambutannya, Presiden menyampaikan bahwa saat ini masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia, tengah menghadapi ujian dan cobaan berupa pandemi Covid-19. Pandemi penyakit yang disebabkan virus SARS-Cov-2 telah membuat seluruh bangsa mengalami masa-masa sulit dan terus berjuang agar segera bebas dari pandemi.
Dalam waktu yang relatif cepat, Covid-19 telah menyebar ke lebih dari 213 negara dan menginfeksi hampir 4,4 juta orang di seluruh dunia. Sampai saat ini masih banyak orang yang terbaring di rumah sakit karena terpapar virus korona baru, melakukan isolasi mandiri, bahkan tidak sedikit pula yang meninggal dunia. Tetapi, tentu banyak pula mereka yang sembuh dari Covid-19.
Meski kondisi serba sulit, kata Presiden, semua anak bangsa tidak boleh pesimistis, apalagi berputus asa. Berikhtiar menjadi sebuah keharusan, berusaha sekuat tenaga untuk melindungi diri, keluarga, kerabat, bangsa, dan negara dari penularan Covid-19. Ikhtiar diwujudkan dengan tetap disiplin dalam menjaga kesehatan, meningkatkan imunitas, dan menjalankan semua protokol kesehatan.
”Disiplin untuk cuci tangan memakai sabun, disiplin untuk menjaga jarak aman, disiplin untuk memakai masker, disiplin untuk tidak mudik, disiplin bekerja dari rumah, disiplin sekolah dan beribadah dari rumah,” tuturnya.
Selain ikhtiar lahiriah, lanjut Presiden, sebagai umat beragama, wajib pula melakukan ikhtiar batiniah. Masyarakat diajak untuk terus berdoa, memohon pertolongan Allah SWT agar seluruh bangsa dan umat manusia segera terbebas dari pandemi.
Dengan mengutip pernyataan Ibnu Sina, cendekiawan Muslim ahli kedokteran, Presiden mengajak masyarakat menghadapi pandemi ini dengan tenang dan sabar. ”Karena kepanikan adalah separuh dari penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah titik tolak kesembuhan,” tutur Presiden mengutip nasihat Ibnu Sina, ribuan tahun lalu.
Kepanikan adalah separuh dari penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah titik tolak kesembuhan.
Kepedulian sosial
Dalam kesempatan itu, Presiden juga menyampaikan rasa syukur karena kesulitan justru menumbuhkan solidaritas dan kepedulian sosial.
Seluruh masyarakat dari berbagai lapisan bergerak cepat, saling membantu, mengulurkan tangan, menolong masyarakat yang membutuhkan. Tidak sedikit masyarakat, tanpa melihat suku maupun agama, bergerak bersama menjadi sukarelawan untuk berbagi kebahagian, kebaikan, dan kepedulian.
Kenyataan itulah yang membuat Presiden meyakini, bangsa Indonesia akan mampu mengatasi pandemi Covid-19 bersama-sama.
”Bangkitnya rasa kemanusiaan, bangkitnya rasa persaudaraan, dan bangkitnya rasa persatuan dari segala penjuru adalah sebuah kekuatan mahabesar yang menambah keyakinan saya bahwa musibah ini, insya Allah, akan mampu kita atasi bersama sama,” tuturnya.
Bangkitnya rasa kemanusiaan, bangkitnya rasa persaudaraan, dan bangkitnya rasa persatuan dari segala penjuru adalah sebuah kekuatan mahabesar.
Karena itulah, Presiden mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk terus menghidupkan optimisme dan solidaritas sosial. Pandemi ini mesti menjadi momentum untuk membantu dan bergotong royong meringankan beban sesama anak bangsa.
Sementara dalam sambutannya, Menteri Agama Fachrul Razi menjelaskan, doa kebangsaan dan kemanusiaan juga digelar sebagai bagian dari pelaksanaan seruan doa bersama seluruh umat beragama di dunia pada 14 Mei. Seruan doa bersama seluruh umat beragama di dunia yang meminta agar Covid-19 dihilangkan itu, diinisiasi oleh Grand Syaikh atau Imam Besar Al Azhar Mesir Ahmad Al-Tayeb dan pemimpin umat Katolik Paus Fransiskus.
Menteri Agama mengatakan, serangkaian upaya lahiriah, seperti penanganan kesehatan, sosial, ekonomi, dan keamanan, telah ditempuh untuk menanggulangi Covid-19. Upaya batiniah melalui doa juga sudah dilakukan oleh setiap umat beragama. Meski begitu, ikhtiar batiniah harus terus dilakukan.
”Mari kita bersama mengetuk pintu langit untuk kemanusiaan, khususnya agar Tuhan berkenan mencabut ujian dan cobaan Tuhan yang bernama Covid-19,” katanya.
Dalam doa bersama itu, sejumlah kepala lembaga tinggi negara, yakni Ketua MPR Bambang Soesatyo, Ketua DPR Puah Maharani, dan Ketua DPD La Nyalla Mattalitti, juga menyampaikan doa dan harapan mereka. Melalui puisi, mereka mengharapkan agar pandemi segera berlalu.
Para menteri Kabinet Indonesia Maju juga turut menyampaikan doa dan harapan. Mereka adalah Menteri Koordinator (Menko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menko Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, serta Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.