logo Kompas.id
Bebas AksesSelamat Tinggal Petani Tebu
Iklan

Selamat Tinggal Petani Tebu

Jika harga gula petani anjlok lagi musim giling kali ini, kita mendapati kegagalan ganda tahun ini, gagal di hilir dan hulu. Anjloknya harga gula di hulu menjauhkan kita dari cita-cita berdaulat di sektor pergulaan.

Oleh
Mukhamad Kurniawan
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/1zayjVQQAxuJ57ILtQ6LRpf34N4=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F3c437cbc-9b05-4f1c-aaf0-669d7481d600_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja mengawasi pembongkaran gula mentah asal Filipina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (18/2/2020).

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perdagangan Gula Kristal Rafinasi sejatinya melarang gula rafinasi dijual di pasar eceran. Produsen gula rafinasi juga dilarang menjual hasil produksinya ke distributor, pedagang pengecer, atau konsumen, tetapi langsung ke industri pengguna melalui kontrak kerja sama.

Akan tetapi, dengan alasan mengatasi kelangkaan dan menstabilkan harga, aturan itu dilanggar sendiri oleh pemerintah dengan mengalokasikan 250.000 ton gula rafinasi untuk diolah menjadi gula konsumsi dan digelontorkan ke pasar. Sebanyak 99.000 ton di antaranya dijadwalkan mengalir ke ritel modern dan pasar tradisional mulai 29 April 2020 (Kompas, 29/4/2020).

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000