Perilaku Konsumen Berubah, Pusat Perbelanjaan Beradaptasi
Perubahan perilaku konsumen, yang secara massal beralih ke ”online” selama pandemi, mulai dilirik sebagai peluang oleh pengelola pusat perbelanjaan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pusat perbelanjaan berupaya menyesuaikan diri dalam menghadapi tatanan normal baru. Kolaborasi dengan penyediaan layanan dalam jaringan dimungkinkan untuk menyesuaikan perubahan perilaku konsumen yang banyak berubah.
Mengolaborasikan layanan di luar jaringan (offline) dan dalam jaringan (online) akan dicoba oleh pengelola pusat perbelanjaan Grand Indonesia Shopping Town di Jakarta Pusat. Hal itu disampaikan dalam webinar Kompas Talk, Kamis (4/6/2020).
General Manager Marketing Communication and Operations PT Grand Indonesia Kantoro Permadi berpendapat, perilaku berbelanja online, yang kini menjadi pilihan banyak masyarakat seiring adanya pandemi Covid-19, tidak bisa dikesampingkan.
”Dulu mal itu benar-benar offline. Sekarang, perbedaan offline dan online jadi sangat tipis, bahkan tidak ada lagi sehingga harus saling mendukung satu sama lain,” ujarnya.
Salah satu rencana Grand Indonesia adalah mengolaborasikan layanan berbelanja offline dan online dengan memberi hadiah poin bagi pelanggan yang berbelanja di toko ritel yang ada di mal tersebut secara online. Hal itu dimungkinkan jika peritel di mal mau bekerja sama membuka info penjualan.
Bentuk kolaborasi seperti itu, menurut dia, juga bisa menjadi adaptasi penyelenggaraan acara di mal, seperti undian belanja dan pertunjukan musik yang biasa menjadi hiburan untuk pengunjung.
Selain mengadaptasi perilaku masyarakat dalam berbelanja, pusat perbelanjaan juga telah bersiap mengadaptasi protokol pencegahan Covid-19 dalam normal baru. Hal ini disampaikan Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta Ellen Hidayat.
”Manajemen setiap pengelola pusat perbelanjaan punya kewajiban moral untuk mencegah penularan Covid-19. Untuk itu, setiap mal punya tim pengendali Covid-19 untuk mencegah dan menangani andai kata penularan terjadi di mal,” katanya pada kesempatan yang sama.
Tim tersebut, menurut dia, akan rutin memantau ketaatan setiap orang di dalam pusat perbelanjaan agar menjalankan protokol kesehatan. Protokol standar seperti pembatasan fisik, penggunaan masker, pemeriksaan suhu tubuh, dan disinfeksi secara rutin di waktu-waktu tertentu.
Protokol itu akan lebih dioptimalkan antara lain dengan mengatur pintu masuk terpusat yang dapat dipantau, pemberian penanda untuk menjaga jarak, edukasi melalui berbagai media, hingga merekayasa teknik berbasis sentuhan atau interaksi fisik.
”Kami akan menyempurnakan ini juga dengan metode touchless (tanpa sentuhan). Misalnya, hand sanitizer yang disediakan mal ditingkatkan dengan mesin sensor sehingga touchless,” kata Ellen.
Dalam mengoptimalisasi protokol pencegahan ini, Ellen berharap karyawan mal atau peritel dan masyarakat bekerja sama untuk menaati aturan.
Emmy Kuswandari, salah satu pelanggan mal, menanggapi positif kesiapan mal dalam tatanan normal baru. Ia berharap normal baru tidak akan disalahartikan masyarakat sehingga mal kembali diserbu dengan mengabaikan protokol yang ada.
”Mudah-mudahan protokol kesehatan bisa berlaku di berbagai kelas mal, tidak hanya oleh mal bagus, tetapi juga mal di level lainnya bisa mengikuti standar tersebut. Lalu, barangkali perlu ada rewardand punishment buat mal yang tertib dan tidak,” sarannya di acara sama.