Gerakan kemanusiaan terus bergulir di tengah pandemi Covid-19. Gerakan ini harus terus dipertahankan karena pandemi Covid-19 belum akan berakhir dalam waktu dekat
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gerakan kemanusiaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat terus bergulir di tengah pandemi Covid-19. Ketahanan warga diharapkan menjadi ”vaksin” sementara untuk bertahan mengingat pandemi belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Kasus Covid-19 yang tercatat di laman worldmeters.info, per Rabu (1/7/2020), mencapai 10,59 juta kasus di 215 negara dan wilayah. Jumlah kematian tercatat mencapai 514.020 orang, sementara pasien sembuh sebanyak 5,7 juta orang.
Di Indonesia, kasus positif Covid-19 juga terus mencatatkan pertumbuhan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, total ada 56.385 kasus per 30 Juni 2020. Kasus meninggal mencapai 2.876 orang dan yang sembuh 24.806 orang.
Salah satu wujud solidaritas kemanusiaan kembali dilakukan Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena). Kali ini, inisiasi yang dilaksanakan berupa pengobatan gratis bagi 1.000 warga di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Operational Manager Graisena, Rifqi Ulinnuha, menyampaikan, inisiasi diawali dari keinginan untuk membantu warga yang perlu pengobatan, tetapi kesulitan mendapatkannya di fasilitas kesehatan, khususnya puskesmas. Harapannya, orang-orang yang butuh pengobatan dapat tetap menerimanya.
”Selain gratis, pengobatan akan diberikan dengan mendatangi langsung rumah orang yang membutuhkan untuk mengantisipasi terjadinya kerumunan. Saat ini, ada dua dokter umum dan empat perawat yang menyatakan kesediaannya untuk membantu,” kata Ulin saat dihubungi Kompas.
Kolaborasi juga dilakukan dengan puskesmas-puskesmas yang ada di setiap wilayah. Saat ini, sudah ada sekitar 4 puskesmas di Depok, Jawa Barat, yang menyatakan bersedia berkolaborasi dengan Graisena.
Selain itu, kata Ulin, para relawan sedang mendata warga di masing-masing wilayah yang membutuhkan bantuan pengobatan. Gerakan direncanakan berjalan selama tiga bulan ke depan.
”Gerakan ini sifatnya fleksibel, jadi bagi warga yang membutuhkan tapi belum terjangkau oleh kami bisa langsung hubungi saya di nomor 0853-3333-6166. Nanti akan kami data dan tindaklanjuti,” kata Ulin.
Sebelum gerakan pengobatan gratis, Graisena juga sudah melakukan sejumlah gerakan kemanusiaan lainnya. Beberapa di antaranya gerakan ketahanan pangan yang digelar pada 20 Maret-30 Juni 2020.
Melalui gerakan ini, ada lebih dari 2.000 kepala keluarga yang telah menerima paket bantuan bahan pokok. Para penerima bantuan berada di wilayah Jabodetabek, Solo, Cirebon, dan Tegal.
Adapun gerakan desinfeksi fasilitas publik di kota-kota yang terdampak Covid-19, yaitu di Solo, Yogyakarta, Cirebon, dan Banda Aceh. Serta gerakan memberi nafkah Rp 20.000 per hari selama 14 hari yang telah diterima 58 keluarga terdampak Covid-19.
Sementara itu, melalui laman Kitabisa.com, total donasi yang terkumpul sudah mencapai Rp 166,8 miliar dari 844.618 donatur. Sebesar Rp 134,4 miliar dari dana yang terkumpul sudah dilakukan penyaluran secara bertahap.
Penyaluran digunakan untuk berbagai kebutuhan melawan Covid-19. Selama 16 Maret-14 Mei 2020, beberapa jenis bantuan yang disalurkan, antara lain 38.872 alat pelindung diri, 2.585 pelindung wajah, 35.071 masker N95, 12.000 masker KN95, 69.600 masker bedah, 252.920 pasang sarung tangan medis, dan 21.846 paket sembako.
Belum akan berakhir
Inisiator platform LaporCovid-19.org, Irma Hidayana menyampaikan, pemerintah memegang peranan terpenting dalam masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Keberhasilan Indonesia melawan Covid-19 sangat bergantung pada keputusan pemerintah, sementara masyarakat akan mengikutinya.
”Situasi saat ini sebenarnya bisa dinilai cukup berbahaya karena angka pertambahan kasus positif Covid-19 juga terus naik. Pada saat yang bersamaan, masyarakat sudah kembali beraktivitas, sudah keluar rumah,” kata Irma.
Untuk itu, penting bagi pemerintah dalam membuka transparansi data terkait statistik peningkatan kasus Covid-19. Secara khusus, data tentang jumlah pasien yang meninggal, baik yang sudah dinyatakan positif maupun pasien dalam pengawasan dan orang dalam pemantauan.
”Yang harus dikendalikan itu penyakitnya, jangan sampai ada rekayasa statistik kasus Covid-19 sehingga seolah-olah sudah ada penuruan kasus. Kalau begitu, ditakutkan akan ada peledakan kasus, semakin banyak yang terinfeksi,” ujar Irma.
Keadaan penambahan kasus positif Covid-19 tidak hanya dialami oleh Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga kembali menyatakan, kasus Covid-19 di dunia belum akan berakhir dalam waktu dekat.
”Kita semua ingin ini (Covid-19) berakhir. Kita semua ingin melanjutkan hidup kita. Namun kenyataan yang sulit adalah Covid-19 bahkan belum akan berakhir dalam waktu dekat ini,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus.
Untuk saat ini, kata Tedros, penyebaran virus memang belum dapat dihentikan, tetapi dapat ditekan. Semua ini bergantung pada keseriusan pemerintah dalam menanganinya melalui setiap keputusan yang dibuat, termasuk masyarakat dalam menjalankannya.
Langkah selanjutnya, Tedros mengatakan, minggu depan WHO akan mengirimkan tim ke China. ”Harapannya kita bisa memahami bagaimana awal keberadaan virus ini dan apa yang bisa kita lakukan untuk persiapan di masa mendatang,” kata Tedros.