UMKM, sang pahlawan ekonomi negeri ini, kini sedang terluka akibat dampak pandemi. Masalah telah terpetakan. Saatnya merealisasikan dukungan atau stimulus bagi UMKM di semua tahapan usaha mereka yang tengah tertekan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Saat krisis moneter pada 1997-1998, usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia berperan strategis menopang perekonomian. Ketika banyak perusahaan skala lebih besar limbung atau tumbang, sektor UMKM tetap mampu bertahan.
UMKM bahkan menjadi pahlawan dalam penciptaan lapangan kerja di masa berat itu. Torehan peran lain yang tercatat di Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah adalah peningkatan ekspor hingga 350 persen dari kalangan UMKM saat krisis moneter terjadi.
Nilai tukar rupiah yang melemah dibandingkan dengan dollar AS memberikan peluang eksportir, termasuk dari kalangan UMKM, menangguk pundi devisa ekspor. Akibat selisih kurs, harga produk atau komoditas yang dihasilkan di dalam negeri berlipat nilainya ketika diekspor.
Kondisi itu terjadi ketika perdagangan secara global kala itu tak terguncang seperti sekarang. Krisis 1997-1998 relatif hanya terjadi di beberapa negara, terutama Indonesia, Thailand, dan Korea Selatan yang terdampak parah. Selepas krisis finansial 2008 pun UMKM masih menunjukkan ketangguhan.
Merujuk data Kemenkop dan UKM (2018), peran strategis UMKM dalam menopang perekonomian antara lain ditunjukkan melalui kemampuannya menyerap 97 persen tenaga kerja dan menyumbang 61,1 persen terhadap produk domestik bruto berlaku di negeri ini.
Namun, pada tahun ini, krisis ekonomi dipicu persoalan kesehatan. Virus korona baru yang menyebabkan Covid-19 menyebar dan menjangkiti penduduk dunia. Semua negara terdampak di berbagai aspek kehidupan.
Annus horribilis. Tahun yang mengerikan. Covid-19 telah mengakibatkan ratusan ribu orang di banyak negara meninggal. Perekonomian global pun ikut gonjang-ganjing.
Pandemi Covid-19 memberikan tekanan di sisi pasokan ataupun permintaan. UMKM di berbagai belahan dunia pun menjadi salah satu sektor yang terdampak paling berat.
Paparan berbagai pemangku kepentingan di berbagai seminar daring yang merujuk pada berbagai sumber pun menggarisbawahi dampak serius pandemi Covid-19 terhadap UMKM. Kajian Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) April 2020 menyebutkan, 50 persen lebih UMKM di dunia tidak akan bertahan dalam beberapa bulan ke depan.
Adapun survei Laboratorium Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran terhadap UMKM di Jawa Barat, pada April-Mei 2020, menunjukkan, sebanyak 47 persen UMKM berhenti beroperasi. Selain itu, 85 persen UMKM mengalami penurunan pendapatan sebesar 30 persen lebih, 59 persen telah merumahkan 30 persen lebih pegawai untuk menekan biaya operasional, dan 81 persen mengalami masalah arus kas pada satu hingga empat bulan ke depan.
UMKM, sang pahlawan ekonomi negeri ini, kini sedang terluka akibat dampak pandemi. Masalah telah terpetakan. Saatnya merealisasikan dukungan atau stimulus bagi UMKM di semua tahapan usaha mereka yang tengah tertekan.
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan pun mencatat beragam dampak pandemi Covid-19 terhadap UMKM di Indonesia. Dampak tersebut mencakup aspek mulai dari bahan baku, produksi, hingga pemasaran. Efek pandemi Covid-19 bagi UMKM pun mewujud berupa penurunan omzet penjualan, kesulitan distribusi barang produksi, kesukaran akses modal usaha, penurunan dan bahkan penghentian sementara produksi.
UMKM, sang pahlawan ekonomi negeri ini, kini sedang terluka akibat dampak pandemi. Masalah telah terpetakan. Saatnya merealisasikan dukungan atau stimulus bagi UMKM di semua tahapan usaha mereka yang tengah tertekan.
Penanganan yang tepat dan cepat mutlak dibutuhkan agar sektor UMKM mampu bertahan dan kembali menopang perekonomian negeri ini. Saatnya bersinergi. Jangan lelah berjuang dalam peperangan melawan pandemi Covid-19. Leluhur kita telah mewariskan keteladanan dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tekanan atau krisis.
Meskipun krisis bertubi, menggoyang dan meluluhlantakkan berbagai sendi, kebersamaan akan memastikan kita tetap teguh berdiri. Mari membekali perjuangan kita agar tetap bersemangat dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini dengan untaian seruan Bung Karno: ”Digembleng, hancur lebur, bangkit kembali.”