Virus korona baru bermutasi sehingga menyebar dengan mudah dari manusia ke hewan. Adapun mutasi ini membuat Covid-19 lebih sulit dikendalikan dibandingkan dengan wabah penyakit lain.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mutasi pada virus korona jenis baru dinilai menyebabkan virus menyebar dengan mudah dari hewan ke manusia. Peneliti pun menduga mutasi membuat Covid-19 tidak terdeteksi pada tubuh manusia. Akibatnya, Covid-19 lebih sulit dikendalikan dibandingkan dengan penyakit lain.
Para peneliti dari Duke University, Amerika Serikat, menemukan mutasi diam (silent mutation) pada 30.000 kode genetik virus korona jenis baru atau SARS-CoV-2. Mutasi diam adalah perubahan basa nitrogen—salah satu pembentuk struktur RNA—tanpa mengubah asam amino suatu entitas. Mutasi ditemukan pada virus di area Nsp4 dan Nsp16.
Menurut peneliti, mutasi tersebut mencakup kemampuan RNA atau asam ribonukleat ”melipat” dirinya menjadi bentuk tiga dimensi dalam sel manusia. Peneliti belum tahu apabila perubahan struktur RNA ini jadi membedakan SARS-CoV-2 dengan virus korona lain.
Kendati demikian, perubahan ini diduga memengaruhi kemampuan virus untuk menyebar. Hal ini menjelaskan luasnya penyebaran SARS-CoV-2 dan banyaknya kasus Covid-19 asimtomatik. Ini sekaligus menjelaskan alasan pandemi Covid-19 lebih sulit dikendalikan dibandingkan dengan wabah SARS pada 2003.
Di sisi lain, penelitian ini dapat mengarah pada temuan target molekuler baru. Penulis utama penelitian ini, Alejandro Berrio, mengatakan, ini dapat mengobati dan mencegah Covid-19.
”Nsp4 dan Nsp16 ada di antara molekul RNA pertama yang diproduksi ketika virus menginfeksi seseorang. Protein paku (pada virus) tidak tampak sampai nanti. Jadi, mereka bisa membuat target terapeutik karena mereka muncul di awal siklus virus,” kata Berrio kepada ScienceDaily, Jumat (16/10/2020).
Penelitian ini dilakukan Berrio dan kawan-kawan, kemudian dipublikasi di PeerJ, Jumat. Penelitian diberi tajuk Positive Selection within the Genomes of SARS-CoV-2 and Other Coronaviruses Independent of Impact on Protein Function.
Para peneliti menggunakan metode statistik untuk mengidentifikasi perubahan adaptif yang muncul pada genom SARS-CoV-2 di manusia. Namun, ini tidak berkaitan erat dengan virus korona pada kelelawar dan trenggiling. Kedua hewan itu dinilai sebagai reservoir virus korona baru.
”Kami masih mencari tahu apa yang membuat virus ini sangat unik,” ucap Berrio.
Prediksi penyakit mendatang
Berrio berpendapat bahwa virus akan terus bermutasi dan berevolusi. Dengan mengetahui perubahan genetik virus, para peneliti berharap bisa memprediksi penyakit zoonotik di masa depan. Ini penting agar wabah bisa dicegah.
Perubahan ini diduga memengaruhi kemampuan virus untuk menyebar. Hal ini menjelaskan luasnya penyebaran SARS-CoV-2 dan banyaknya kasus Covid-19 asimtomatik. Ini sekaligus menjelaskan alasan pandemi Covid-19 lebih sulit dikendalikan dibandingkan dengan SARS pada 2003.
”Mungkin saja ada virus korona jenis baru yang mampu menginfeksi hewan-hewan lain, kemudian berpotensi menyebar ke manusia seperti SARS-CoV-2. Kita perlu mengenalinya dan berupaya menahannya sejak dini,” ucap Berrio.
Sebelumnya, penelitian dari Laboratorium Nasional Departemen Energi AS pun mengungkap mutasi virus korona. Peneliti menemukan perubahan kecil pada genom SARS-CoV-2 sehingga Covid-19 lebih mudah menular. Virus varian ini punya perbedaan pada paku (spike) protein di tubuh virus sehingga mudah menginfeksi sel manusia (Kompas, 4/7/2020).
Persiapan vaksin
Hingga kini Indonesia masih berupaya memproduksi vaksin dalam negeri, salah satunya vaksin produksi PT Bio Farma yang saat ini sudah masuk uji klinis tahap ketiga. Per Jumat (16/10/2020), ada 1.620 sukarelawan yang mendapat suntikan vaksin dosis pertama, 1.074 sukarelawan mendapat suntikan vaksin kedua, dan 671 sukarelawan telah diambil sampel darahnya.
”Mudah-mudahan semua selesai akhir tahun ini atau awal Januari 2021. Laporan uji klinis akan kami gunakan untuk mendapat emergency use authorization dari BPOM,” kata Corporate Secretary PT Bio Farma Bambang Heriyanto melalui siaran langsung kanal Youtube BNPB, Senin (19/10/2020).
Ia mengatakan, sementara ini Sinovac menyuplai konsentrat vaksin Covid-19 ke Bio Farma sebanyak 260 juta dosis. Produksi vaksin akan dimulai setelah Bio Farma mendapat izin BPOM. Jika izin diperoleh, Bio Farma akan memproduksi vaksin selama bertahap dengan kapasitas 16 juta-17 juta dosis per bulan.
Adapun harga vaksin masih tentatif. Namun, Bambang menyebut hingga kini vaksin diberi kisaran harga Rp 200.000.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiki Adisasmito mengatakan, gelombang pertama pemberian vaksin akan memprioritaskan kelompok berisiko tinggi terhadap Covid-19. Kelompok itu mencakup, antara lain, tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik. Vaksin akan diberi begitu uji klinis selesai dan vaksin dinyatakan aman serta efikasinya terbukti.
”Namun, adanya vaksin bukan berarti protokol kesehatan berhenti dilakukan. Tetap harus menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Meningkatkan imunitas tidak hanya dengan vaksin, tetapi juga berolahraga cukup, istirahat cukup, dan konsumsi makanan bergizi seimbang,” ujar Wiku.