Indonesia Amankan 100 Juta Vaksin AstraZeneca dan Novavax
Pemerintah Indonesia mengamankan pasokan vaksin Covid-19 sebanyak 100 juta dosis dari AstraZeneca dan Novovax. Penambahan vaksin tersebut diharapkan bisa meningkatkan akses masyarakat terhadap vaksin tersebut.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia telah mengamankan pesanan vaksin dari AstraZeneca dan Novavax masing-masing 50 juta dosis. Pesanan vaksin dari Inggris dan Kanada ini melengkapi vaksin Sinovac buatan China yang sudah didatangkan sebelumnya.
Pada Kamis (31/12/2020) akan ada tambahan vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China, sebanyak 1,8 juta dosis. ”Dengan ketibaan ini, maka sudah 3 juta vaksin Sinovac berada di Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam konferensi pers di Kantor Bio Farma, Bandung, yang disiarkan secara daring, Rabu (30/12/2020).
Sebelumnya Indonesia menandatangani kontrak untuk membeli vaksin Sinovac dari China sebanyak 125 juta dosis. Selain itu, ”Kita berhasil mengamankan suplai vaksin yaitu dari AstraZeneca dan Novavax masing-masing sebesar 50 juta dosis,” ujarnya.
Kita berhasil mengamankan suplai vaksin yaitu dari AstraZeneca dan Novavax masing-masing sebesar 50 juta dosis.
Pemerintah juga terus mengawal pengadaan vaksin melalui mekanisme multilateral. Salah satunya lewat kerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Global Alliance Vaccines and Immunization (GAVI). Diperkirakan, Indonesia akan memperoleh 3-20 persen dari jumlah penduduk.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kita berkejaran dengan waktu untuk atasi pandemi dan rencana vaksinasi rakyat merupakan salah satu upayanya. ”Alhamdulillah, ada perkembangan signifikan, penandatanganan perjanjian pembelian 50 juta dosis vaksin antara AstraZeneca dan Bio Farma serta 50 juta vaksin Novavax dengan Indofarma,” katanya.
Menurut Budi, pembelian vaksin Novavax dari Kanada dan AstraZeneca dari Inggris ini memberikan variasi cukup atas ketersediaan vaksin Covid-19 untuk Indonesia. Berdasarkan keterangan pers Budi sebelumnya, vaksin dari Novavax akan tiba di Indonesia pada Juni 2021 sampai Maret 2022, dan vaksin AstraZeneca akan tiba di Indonesia kuartal kedua 2021 sampai kuartal satu 2022.
Pemberian vaksin
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia menetapkan enam jenis vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Enam jenis vaksin itu diproduksi oleh enam lembaga berbeda, yaitu PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer-BioNTech, dan Sinovac Biotech. Namun, sejauh ini baru Sinovac yang sudah tersedia di Indonesia.
Penetapan itu tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor H.K.01.07/Menkes/9860/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan ditandatangani Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada Kamis (3/12/2020).
Berdasarkan SK Menkes tersebut, vaksin Covid-19 akan bisa dipakai setelah mendapatkan izin edar atau persetujuan penggunaan pada masa darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Kepala BPOM Peny Lukito mengatakan, apek mutu, keamanan, dan khasiat menjadi pertimbangan utama dikeluarkannya otorisasi penggunaan darurat (EUA) untuk Sinovac.
”Kami sudah inspeksi di fasilitas pembuatan di Beijing, menunjukkan nilai yang baik. Kami juga sudah memberikan sertifikat perizinan untuk pembuatan obat yang baik di Bio Farma untuk produksi 100 juta vial per tahun dan ruang penyimpanan vaksin. Akan ada perluasan lebih jauh sampai 250 juta dosis per tahun,” ujarnya.
Untuk penerbitan EUA, kata Penny, masih akan menunggu hasil uji klinis di Bandung, selain juga membandingkannya dengan hasil uji klinis di Brasil dan Turki. ”Telah didapatkan data yang konsisten dengan data di Bandung. Sudah lakukan registrasi untuk EUA, berdasarkan hasil dari data yang diberikan dari uji klinik, setelah penyuntikan kedua,” tuturnya.
Untuk aspek keamanan, tidak ada efek samping serius dan konsisten dengan hasil fase satu dan dua. ”Sekarang tim peneliti bersama litbangkes menyelesaikan data analisis untuk efikasi, terlihat dari kadar antibodi dan bagaimana itu bisa menetralisasi jika terpapar Covid-19. Data menunjukkan hasil baik. Namun, kami masih menunggu data interm tiga bulan, yang akan diberikan ke BPOM pada minggu pertama Januari,” katanya.
Penny menambahkan, vaksin Sinovac hanya untuk orang dengan berusia 18-59 tahun. "Namun saat ini Sinovac lagi uji klinis fase dua untuk lanjut usia. Ini sedang dilakukan di Brasil dan China. Setelah itu lakukan analisis ekstrapolasi. Kalau aman, baru akan dikeluarkan UEA untuk lansia," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil mengatakan, penyuntikan dua dosis untuk peserta uji klinis fase tiga sudah selesai pada 16 November 2020. ”Semua subyek dipantau efek samping. Terbanyak reaksi lokal, nyeri pada tempat suntikan dan pegal pada otot ringan,” katanya.
Pengambilan darah tiga bulan setelah penyuntikan telah dilakukan dan pemeriksaan antibodi tengah dilakukan. ”Laporan pasca-suntikan tiga bulan akan diberikan ke BPOM awal Januari 2021,” kata Kusnandi.