Ketum IDI: Kekebalan Diharap Mengurangi Jatuhnya Korban Tenaga Kesehatan
Program vaksinasi Covid-19 yang dimulai pada Rabu ini diharapkan mampu memberi kekebalan dan membentuk daya tahan sehingga mampu melindungi tenaga kesehatan yang berada di garis depan penanganan pasien Covid-19.
Oleh
Nina Susilo
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia Dokter Daeng M Faqih menjadi orang kedua yang menerima vaksin Covid-19 setelah Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta. Vaksinasi perdana tersebut diikuti 21 orang, mulai dari Presiden, sejumlah tokoh dan pejabat serta pengusaha.
Vaksin pertama diberikan kepada Presiden Jokowi, disusul Ketum IDI Daeng M Faqih, kemudian diikuti oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Aziz, serta Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Amirsyah Tambunan, dan Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ahmad Ishomuddin.
Vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia telah melalui prosedur penelitian uji klinis panjang. Adapun penilaian juga sudah dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
”Senin kemarin, kesimpulan akhir sudah didapat, dinyatakan aman, efektif, suci dan halal,” kata dr Daeng.
Oleh karenanya, vaksinasi diharapkan bisa secepatnya mendorong kekebalan tubuh terbentuk. Infeksi Covid-19 pun diharap tidak terjadi.
”Khusus untuk dokter dan tenaga kesehatan, kalau kekebalan terbentuk dan terhindar dari Covid-19, kita akan mengurangi angka gugurnya dokter dan tenaga kesehatan yang sekarang sudah lebih dari 500 di seluruh Indonesia,” tutur Daeng.
Khusus untuk dokter dan tenaga kesehatan, kalau kekebalan terbentuk dan terhindar dari Covid-19, kita akan mengurangi angka gugurnya dokter dan tenaga kesehatan yang sekarang sudah lebih dari 500 di seluruh Indonesia.
Proses vaksinasi dilakukan melalui empat tahapan. Peserta awalnya ke meja pertama untuk melakukan pendaftaran dan verifikasi data. Di meja kedua, petugas melakukan anamnesis, pemeriksaan kesehatan sederhana sekaligus memberikan tambahan edukasi mengenai vaksinasi Covid-19.
Di meja ketiga, peserta menerima suntikan vaksinasi. Di meja keempat, petugas meminta peserta vaksinasi menunggu selama 30 menit untuk memantau kemungkinan adanya reaksi alergi.
Dalam pemeriksaan sederhana di meja kedua, misalnya, petugas mengecek tekanan darah Presiden Joko Widodo. ”Memang enggak boleh kalau tekanan darah tinggi?” tanya Presiden di meja pemeriksaan kedua.
Petugas pun menjawab, untuk peserta dengan tekanan darah di atas 140, vaksinasi tidak bisa dilakukan. Setelah pemeriksaan tekanan darah, disebutkan tekanan darah Presiden Jokowi 120/60. Presiden pun dinyatakan sehat.
Selain itu, masih ada beberapa pertanyaan yang perlu dikonfirmasi kepada Presiden Jokowi, seperti apakah pernah terkonfirmasi Covid-19, pernah mengalami gejala batuk, sesak napas, memiliki penyakit jantung, dan lainnya. Setelah dikonfirmasi aman, Presiden Jokowi disuntik vaksin oleh Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof dr Abdul Muthalib Sp-PD-KHOM. Prof Abdul adalah juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun berharap program vaksinasi ini bisa membentuk kekebalan imunitas setelah 70 persen warga Indonesia mendapatkan vaksin. Suntikan vaksin ini akan dilakukan dalam dua dosis dengan selang waktu 14 hari.