Kalangan seniman dan pemerintah daerah mulai turun tangan membantu pekerja seni yang terdampak secara ekonomi akibat pembatasan sosial saat pandemi Covid-19. Inisiatif ini muncul untuk solidaritas.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
Kalangan seniman mulai menggalang solidaritas untuk membantu sesama pekerja seni yang terdampak secara ekonomi akibat pembatasan sosial saat pandemi Covid-19. Solidaritas itu mendapat dukungan pemerintah daerah. Mereka bergerak saat pemerintah pusat masih menyiapkan skema bantuan jaring pengaman.
Yuyun Sulastri, anggota Dewan Kesenian Kota Malang, Jawa Timur, dalam Webinar ”Koalisi Seni: Menjaga Nyala Seni Semasa Pandemi”, Senin (6/4/2020), di Jakarta, menceritakan, di Kota Malang, Dewan Kesenian mendata seniman dengan berbagai latar belakang kategori seni melalui jaringan komunitas. Untuk seniman seni tradisi, bahkan, pendataan dilakukan secara langsung, seperti mendatangi rumah.
”Pemerintah Kota Malang telah menyiapkan dana bantuan sosial kepada pekerja yang terdampak secara ekonomi akibat pembatasan sosial saat pandemi Covid-19. Pekerja yang dimaksud mencakup pula seniman dan pekerja museum,” ujarnya.
Selama pendataan, Yuyun mengaku kesulitan terbesar adalah memverifikasi profil seniman. Sebagai contoh, ada seorang seniman karawitan, tetapi punya mata pencarian tetap sebagai guru. Identitas guru tertera di kartu tanda penduduk (KTP).
Kesulitan berikutnya adalah memasukkan data yang telah terverifikasi ke dashboard sistem pemerintah kota. Saat jaringan internet anjlok, misalnya, anggota Dewan Kesenian perlu mengulang proses.
”Data sementara kami menunjukkan, ada 200-an seniman yang paling terdampak secara ekonomi. Para seniman tersebut sejauh ini tidak rewel mempertanyakan kapan dana cair. Mereka merasa senang berapa pun nominal yang diterima karena hal terpenting pemerintah kota mendukung,” katanya.
Secara terpisah, koreografer Heri Lentho menceritakan, di Surabaya, Jawa Timur, tumbuh juga solidaritas membantu sesama seniman. Para seniman mengumpulkan donasi lalu dibagikan ke seniman lain yang paling terdampak secara ekonomi.
Dia mencontohkan kelompok seniman ludruk. Saat ini, mereka umumnya tidak memiliki penghasilan sama sekali karena tidak ada pentas. ”Solidaritas ini seperti kunang-kunang bagi seniman,” katanya.
Solidaritas ini seperti kunang-kunang bagi seniman.
Di luar seniman seni pertunjukan, Heri mengatakan, sejumlah seniman bidang lain pun aktif di aplikasi pesan instan untuk membagikan pemikiran atau ide kreatif. Beberapa ide bahkan dia teruskan ke Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) di Jakarta.
Di Jakarta, M Bloc Space menggelar penggalangan donasi untuk membantu para pekerja kreatif harian dan tenaga medis melalui kitabisa.com/kreatifdisaatsulit. Inisiatif ini sudah berjalan sekitar sepekan. Ajakan donasi ini disampaikan pula melalui bincang-bincang (talkshow)dan konser musik dalam jaringan yang melibatkan kreator, seniman, dan wirausaha. Saat ini, total donasi terkumpul 3,8 juta dari target Rp 200 juta.
Hafez Gumay, Koordinator Advokasi Koalisi Seni, menyampaikan, berdasarkan hasil pendataan Koalisi Seni, sampai 3 April terdapat 181 acara seni yang dibatalkan atau ditunda. Jumlah itu mencakup produksi, rilis, dan festival film (21), konser, tur, dan festival musik (98), acara sastra (1), pameran seni rupa (18), pertunjukan tari (9), serta pentas teater, pantomim, wayang, boneka, dan dongeng (34). Dia meyakini, jumlah yang tidak terdata lebih besar.
”Data kami tersebut baru sampai Maret-April 2020. Kami mendapat informasi sudah ada sejumlah kegiatan seni sampai setelah Lebaran, bulan Mei, ikut ditunda atau dibatalkan,” katanya.
Hafez menekankan, hal yang patut dipahami pemerintah sekarang adalah banyak pekerja, di luar seniman, yang menggantungkan hidupnya dari dunia seni.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid mengatakan, sejak pendataan pekerja seni yang terdampak secara ekonomi dibuka Jumat (3/4/2020), terkumpul 35.252 responden. Pendataan masih dibuka sampai 8 April 2020. Sekitar 57,4 persen di antaranya memiliki penghasilan kurang dari Rp 5 juta per bulan. Mereka berasal dari berbagai kategori seni, seperti musik, pertunjukan, dan seni rupa.
Menurut dia, Kemdikbud telah membagi responden menjadi dua kelompok penerima bantuan. Kelompok pertama memiliki kriteria penghasilan di bawah Rp 10 juta, tidak punya pekerjaan lain selain bidang seni, sudah berkeluarga, dan belum mendapatkan bantuan program Keluarga Harapan. Total penerima kelompok ini mencapai 10.689 orang. Kemdikbud berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Sementara kategori kedua mempunyai persyaratan sama, tetapi kriteria belum mendapatkan bantuan program Keluarga Harapan diganti dengan Kartu Prakerja. Total penerima 8.367 orang. Di kategori ini, Kemdikbud berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
”Di luar kedua skema bantuan itu, kami berharap pemerintah provinsi pun ikut menyokong. Kami juga membantu dengan cara mengajak mereka mengajar ataupun berkarya secara daring melalui akun Youtube Budaya Saya. Kami siapkan dana untuk itu,” kata Hilmar.