Krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 mengancam jurnalisme yang selama ini mengisi ruang publik dan menjaga demokrasi. Media massa mulai menggalang solidaritas publik untuk turut merawat jurnalisme.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
“Jurnalis, khususnya surat kabar, tidak pernah menghadapi masa yang lebih menantang dan menakutkan. Mereka membutuhkan dukungan kita. Republik ini membutuhkan mereka dan pekerjaan yang mereka lakukan,” tulis akun bernama Robert yang memberi sumbangan 25 dollar AS untuk gerakan penggalangan dana "Virginia is for Journalists" melalui aplikasi Gofundme.
Penggalangan dana publik (crowdfunding) tersebut diinisiasi oleh serikat buruh tiga surat kabar di Virginia, Amerika Serikat. Tujuannya, untuk membantu para wartawan dan pekerja media di Virginia yang dipotong gaji, cuti tanpa dibayar, hingga diberhentikan karena bisnis media terdampak krisis keuangan akibat pandemi Covid-19.
Dimulai pada 1 April 2020, hingga 20 Mei lalu gerakan ini berhasil menggalang dana sebesar 21.227 dollar AS atau lebih dari Rp 316 juta dari 278 donatur yang masing-masing menyumbang 5 dollar AS hingga 1.000 dollar AS. Semula, penggalangan dana ini hanya menargetkan 2.000 dollar AS.
Terima kasih kepada semua jurnalis karena memberi kami informasi dengan fakta-fakta
Jumlah donatur tersebut memang tidak banyak, tetapi lebih dari itu, ini menunjukkan kesadaran publik akan pentingnya peran wartawan dan media massa dalam menyediakan informasi ke publik. Seperti dikatakan akun bernama Marry Kasandra yang menyumbang 50 dollar AS, “Terima kasih kepada semua jurnalis karena memberi kami informasi dengan fakta-fakta.”
Penggalangan dana publik juga dilakukan wartawan Seattle Times, Paige Cornwell, untuk membantu wartawan di AS yang diberhentikan. Bermula dengan mengunggah gerakan ini di media sosialnya dan berlanjut melalui aplikasi Gofundme, Cornwell berhasil mengumpulkan dana sebesar 38.000 dollar AS. Sebanyak 110 wartawan telah mendapatkan bantuan dana ini.
Baru-baru ini berdiri American Journalism Project, organisasi filantropi yang memobilisasi gerakan untuk mendukung berita lokal di AS. Tujuannya untuk membantu media massa yang kini terancam tidak dapat menyediakan informasi ke publik karena krisis ekonomi akibat Covid-19. Di AS, sekitar 13.000 wartawan terdampak, dan sudah 30 media lokal tutup karena krisis ini.
Terbatas
Di Indonesia, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggalang donasi untuk wartawan yang terdampak pandemi Covid-19. Penggalangan donasi ini masih dilakukan secara terbatas, yaitu disebarkan ke jaringan-jaringan Whatsapp serta mitra kerja AJI.
Donasi ini, menurut Sekretaris Jenderal AJI Pusat Revolusi Riza, juga masih terbatas untuk internal anggota AJI yang total berjumlah 1.800 wartawan. Meskipun begitu, tidak tertutup kemungkinan bantuan ini diperluas untuk wartawan di luar anggota AJI. AJI masih mengkaji kemungkinan ini.
Namun yang jelas, seiring berjalannya masa pandemi Covid-19, semakin banyak wartawan yang terdampak. Dampak itu mulai dari penundaan gaji, pemotongan gaji, juga sejumlah kontributor yang kehilangan pendapatan karena pembatasan pengiriman berita ke kantor pusat.
Data Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers yang membuka posko pengaduan jurnalis terdampak Covid-19 bersama AJI Jakarta, saat ini lebih dari 80 wartawan yang mengadukan hal tersebut. Kondisi riil wartawan yang terdampak pandemi Covid-19 di Indonesia bisa jauh lebih banyak dari itu.
Penggalangan dana juga dilakukan perusahaan media besar di Inggris, the Guardian. Di setiap akhir artikel di edisi digital the Guardian, ada tawaran kepada pembaca untuk berdonasi.
“Kami membutuhkan dukungan Anda untuk dapat memberikan jurnalisme berkualitas yang transparan dan independen. Setiap kontribusi pembaca, betapapun besarnya atau kecilnya, sangat berharga. Dukung Guardian mulai dari 1 pounsterling…,” demikian tawaran yang disampaikan the Guardian.
The Guardian menyatakan memilih pendekatan yang berbeda untuk menggalang dana pembaca, selain berlangganan konten premium. Dengan menjanjikan berita yang tetap berkualitas tinggi, the Guardian menyatakan sumbangan pembaca tersebut untuk melindungi independensi jurnalisme yang kini di bawah ancaman karena krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Intervensi
Krisis ekonomi akibat pandemi saat ini melemahkan bahkan mengancam bisnis media massa. Tanpa ada intervensi ekonomi, mengacu hasil survei Serikat Perusahaan Pers (SPS), media massa yang kini di ambang daya hidupnya terancam tidak dapat menjalankan fungsinya karena tutup atau harus memberhentikan wartawan yang menjadi ujung tombak jurnalisme.
Padahal, dalam masa pandemi ini tuntutan kepada media massa justru tinggi, lebih dari sebelumnya. Saat ini, masyarakat membutuhkan informasi yang akurat dan kredibel soal pandemi ini, berikut analisis terpercaya yang dapat dijadikan pijakan untuk menilai situasi dan memutuskan tindakan antisipatif.
Media massa juga mempunyai tugas penting memastikan sumber daya publik disalurkan ke masyarakat dengan cara transparan dan bertanggung jawab. Selain itu, media massa berperan menjembatani proses komunikasi dan arus informasi sehingga masyarakat terhindar dari simpang siur informasi atau infodemik terkait Covid-19.
Di ambang daya hidupnya akibat disrupsi teknologi dan kini pandemi Covid-19, justru media massa tidak boleh berhenti menjalankan fungsi-fungsi komunikatif dan informatif tersebut. Menggalang solidaritas publik, meski masih terbatas, membantu merawat jurnalisme untuk menjaga fungsi-fungsi tersebut. Karena, mengutip American Journalism Project, berita adalah barang publik yang tidak akan disediakan pasar.