Pandemi Covid-19 Jangan Sampai Hentikan Imunisasi Anak
Di tengah pandemi Covid-19, anak-anak tetap memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan imunisasi. Pemberian layanan imunisasi bisa dilakukan dengan menerapkan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi serta jaga jarak.
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Situasi pandemi Covid-19 tidak boleh menghentikan pelayanan imunisasi terhadap anak-anak di seluruh Tanah Air. Terhentinya pelayanan imunisasi akan berdampak besar bagi kesehatan anak-anak di masa mendatang. Bahkan, pandemi saat ini berisiko besar pada kesehatan anak ke depan.
“Imunisasi tidak bisa dihentikan. Jangan sampai habis pandemi Covid-19 ini ada pandemi berikutnya yaitu pandemi penyakit yang (seharusnya) dapat dicegah dengan imunisasi. Itu yang harusnya kita angkat dan ingatkan semua pihak,” ujar R Vensya Sitohang, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada seri diskusi daring bertema “Imunisasi, Penuhi Hak Sehat Anak di Masa Pandemi” yang dilaksanakan UNICEF Indonesia dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Selasa (2/6/2020).
Diskusi yang dibuka Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto ini juga menghadirkan pembicara Spesialis Kesehatan untuk Program Imunisasi UNICEF Indonesia Kenny Peetosutan dan Sekretaris III Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Catharine M Sambo.
Vensya mengingatkan agar risiko terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) pada Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tidak terjadi, perlu ada komunikasi antara orang tua dengan petugas kesehatan, serta dukungan semua pihak. “Kita tahu kalaupun harus ditunda tentunya ada kesempatan untuk mendapatkan kembali perlindungan tersebut,” katanya.
Sebab imunisasi merupakan upaya untuk memberikan kekebalan/imunitas spesifik terhadap PD3I pada anak, sehingga pelayanan imunisasi tidak boleh dihentikan, walau di tengah wabah Covid-19. Imunisasi tetap bisa dilakukan dengan menerapkan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi serta tetap menjaga jarak aman 1-2 meter.
Pelayanan imunisasi harus dilakukan, karena KLB PD3I yang terjadi pada masa pandemi Covid-19 akan menjadi beban ganda bagi pemerintah, petugas kesehatan dan masyarakat. Apalagi, dari Analisa situasi tahun 2019 menunjukan masih ada beberapa kabupaten/kota yang memiliki cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) dan imunisasi lanjutan rendah
“Jika pelayanan imunisasi ditunda atau dihentikan, maka kesempatan anak untuk mendapatkan perlindungan dari PD3I akan berkurang. Hal ini tentu meningkatkan risiko terjadinya KLB PD3I. Dengan menurunnya cakupan imunisasi rutin lengkap, maka semakin turun pula tingkat kekebalan komunitas terhadap PD3I,” ucap Vensya.
Karena kekebalan komunitas tidak bisa dicapai jika imunisasi cakupannya masih dibawah 90 persen. “Kita tahu kalau cakupan imunisasi menurun, itu yang terjadi adalah tinggal menunggu waktu, bahaya dari KLB atau wabah lainnya,” tambahnya.
Ratusan ribu anak
Hingga 11 Mei 2020, jumlah anak yang tidak diimunisasi karena dampak pandemi Covid-19 mencapai ratusan ribu, bahkan ada selisih angka sebanyak 245.000 anak jika dibandingkan dengan jumlah anak yang diimunisasi periode yang sama tahun 2019. Dari semua daerah, Papua termasuk daerah yang cakupan IDLnya rendah, bahkan masuk zona merah.
Achmad Yurianto mengingatkan di masa pandemi dan menghadapi kehidupan normal baru, semua pihak tidak bisa lagi menggunakan cara-cara biasanya seperti ke Pos Pelayanan Terpadu (posyandu), tetapi harus ada cara baru dan terobosan dalam pelayanan imunisasi. “Mari kita bersama-sama mulai membuka cara berpikir yang tidak biasa. Karena hanya yang mampu beradaptasi yang akan bertahan, tetap produktif, dan anak tetap sehat karena diproteksi dengan imunisasi,” katanya.
Mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap layanan imunisasi, Kemenkes bersama UNICEF Indonesia pada 20-29 April 2020 melakukan survei cepat yang disebar ke seluruh puskesmas di Indonesia, dengan responden utama vaksinator dan koordinator imunisasi sebanyak 5.329 responden.
Dari survei tersebut terlihat ada perubahan layanan imunisasi. Bahkan 80 persen responden mengakui ada perubahan layanan imunisasi di puskesmas dan posyandu. Namun yang paling terdampak adalah layanan di posyandu.
Menurut Kenny, dari hasil survei tersebut terlihat bagaimana petugas takut terinfeksi dan mereka juga mengkhawatirkan anak dan orang tua pengasuhnya ikut terinfeksi dari tempat layanan imunisasi. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat, antara lain, banyak orang tua/pengasuh yang tidak memahami arti “jarak fisik” yang benar dan tidak melakukan langkah pencegahan, salah satunya dengan memakai masker.
Selain itu, orang tua bayi atau anak yang akan diimunisasi juga cemas akan infeksi SARS-COV-2. Akibatnya, ketakutan mereka jauh melebihi manfaat dari imunisasi sendiri.
“Banyak orang tua atau pengasuh yang tidak memberikan informasi secara jujur tentang riwayat paparan mereka dengan pasien Covid-19 dan keluarganya. Banyak dari mereka baru kembali dari daerah zona merah, tanpa isolasi mandiri 14 hari,” kata Kenny.
Ketika ditanya apakah ada keraguan orangtua/pengasuh datang ke puskemas untuk datang imunisasi anaknya karena takut terinfeksi, hampir sebagian besar responden (74,4 persen) mengakui khawatir.
Imunisasi harus lengkap
Sementara itu, Catharine menegaskan imunisasi harus diberikan kepada anak-anak sejak lahir, karena bermanfaat melindungi bayi dan anak dari penyakit berbahaya, mencegah terjadinya sakit berat, cacat, atau kematian, mencegah meluasnya penyakit tertentu, serta memberantas penyakit-penyakit tertentu.
“Apabila jumlah anak yang diimunisasi cukup banyak dan program yang diimunisasi sudah berlangsung cukup lama, maka secara tidak langsung kita juga melindungi pada kelompok usia lanjut yang di rumah,” tegasnya.
Karena itu, lanjut Catharine, imunisasi harus lengkap sesuai usia walaupun risiko sakitnya kecil. Ia mencontohkan saat ini, ada ada bahteri atau virus yang berkeliaran yang mengancam anak-anak. “Anak yang tidak terproteksi tetap masih bisa terinfeksi dan ada kemungkinan dia menjadi sakit yang berat. Apabila anak menerima imunisasi lengkap secara usia, dia juga bisa melindungi anak-anak di sekitarnya,” paparnya.