Pedoman normal baru di sektor pendidikan harus segera disiapkan baik ketika sekolah dibuka kembali maupun pembelajaran jarak jauh dilanjutkan lagi.
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kegiatan belajar-mengajar ke depan dipastikan akan berlangsung di tengah pandemi Covid-19, baik ketika sekolah dibuka kembali maupun ketika pembelajaran jarak jauh dilanjutkan. Pedoman untuk normal baru di sektor pendidikan diperlukan agar kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung efektif dan kesehatan guru serta siswa tetap terlindungi.
Pedoman untuk normal baru di sektor pendidikan tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dan sekolah untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang aman di masa pandemi ini. Banyak yang harus dipenuhi ketika sekolah dibuka kembali, demikian pula banyak hal yang harus dibenahi ketika pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilanjutkan.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) dan Ikatan Guru Indonesia (IGI) mengusulkan paling tidak empat hal yang harus disiapkan dalam normal baru pendidikan. Empat hal itu meliputi aspek anggaran; infrastruktur; kesiapan guru, siswa, dan juga orang tua siswa; serta peraturan teknis di sekolah untuk menjalankan protokol kesehatan.
Jika sekolah dibuka kembali, menjalankan normal baru di bidang pendidikan berarti melengkapi sekolah dengan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang diperlukan guru dan siswa untuk menjalankan protokol kesehatan di sekolah. Pengadaannya tidak bisa selalu mengandalkan dana sekolah, demikian juga dari dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang selama ini juga untuk membayar gaji guru honorer.
”Pembiayaan untuk pengadaan alat pelindung diri, cairan pembersih tangan, tempat untuk cuci tangan, dan juga air seharusnya ada dari pemerintah daerah. Perlu diingat juga, kita sekarang berhadapan dengan musim kemarau. Beberapa daerah kesulitan air bersih saat kemarau,” kata Ketua Umum IGI R Ramli Rahim ketika dihubungi Kompas, Jumat (5/6/2020).
Selain akses dan infrastruktur untuk menunjang kesiapan melaksanakan protokol kesehatan, menurut peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Anggi Afriansyah, aspek budaya juga penting. Pola hidup sehat berbasis protokol hidup kesehatan dapat dilaksanakan ketika ada struktur dan kultur yang sama-sama kokoh.
”Guru, orangtua, dan siswa juga harus dipersiapkan untuk menghadapi berbagai risiko yang terjadi dalam beberapa bulan ke depan entah terus-menerus dengan belajar dari rumah, atau masuk ke sekolah dengan berpegang pada ketaatan protokol kesehatan,” kata Anggi.
Belajar mengajar
Kesiapan guru, menurut Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriwan Salim, juga menyangkut kesiapan mengajar ketika PJJ dilanjutkan. Berpijak dari pelaksanaan PJJ selama hampir tiga bulan ini, guru harus disiapkan untuk mengelola pembelajaran daring dengan lebih optimal.
Jika PJJ dilanjutkan, harus ada perbaikan-perbaikan pula dengan fokus pada daerah-daerah yang tidak terlayani.
”Jika PJJ dilanjutkan, harus ada perbaikan-perbaikan pula dengan fokus pada daerah-daerah yang tidak terlayani. Memang harus ada upaya ekstra, misalnya fasilitas internet gratis. Mungkin di beberapa daerah tetap akan ada guru kunjung, tetapi ini bisa difasilitasi agar bisa lebih efektif. Misalnya, balai desa dijadikan pusat belajar dengan dilengkapi fasilitas internet dan komputer,” kata Satriwan.
Perbaikan infrastruktur pendukung pendidikan, seperti jaringan internet, komunikasi, dan sebagainya, yang membuat proses pendidikan dapat berjalan optimal, kata Anggi, mutlak dilakukan untuk menjangkau siswa yang rentan. Jangan sampai mereka tertinggal lagi ketika PJJ dilanjutkan.
”Birokrasi pendidikan harus lebih efisien, cepat, fleksibel dan transparan untuk menyikapi kondisi normal baru yang serba tidak ajek. Jika tidak, hak anak untuk mendapatkan pendidikan semakin sulit diperoleh,” kata Anggi.
Dari semua persyaratan tersebut, menurut Ramli, pembukaan sekolah dengan prinsip-prinsip normal baru sebaiknya dilakukan setelah normal baru di sektor-sektor lain, yaitu sektor ekonomi dan sosial, sukses dijalankan. ”Jika belum, jangan buka sekolah dulu, meski dengan sistem shif. Satu jam ke sekolah saja seperti menjemput virus ke sekolah,” katanya.