Tips Sukses Belajar Daring, Optimalkan 20 Menit Pertama dan Perhatikan Porsi Istirahat
Jalannya pembelajaran daring sangat ditentukan pada menit-menit awal. Guru harus bisa membuka pembelajaran secara menarik agar suasana hati siswa positif. 20 menit pertama pembelajaran daring sangat menentukan.
Oleh
Fajar Ramadhan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam pembelajaran daring, guru mesti bisa mengoptimalkan konsentrasi siswa pada 20 menit pertama. Jika tidak, mereka harus bersiap menghadapi siswa yang tidak bergairah sepanjang pelajaran.
Guru Bahasa Indonesia SMK Visi Media Indonesia Kabupaten Semarang, Ika Jani Sayekti, menilai jalannya pembelajaran daring sangat ditentukan pada menit-menit awal. Guru harus bisa membuka pembelajaran secara menarik agar suasana hati siswa positif.
Namun, hal itu tidak mudah mengingat interaksi dalam pembelajaran daring amat berbeda dengan pembelajaran tatap muka. ”Kalau tatap muka kita bisa mudah menilai siswa yang bersemangat dan yang kurang bergairah, tetapi kalau daring sangat sulit,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (3/7/2020).
Dalam Panduan Ergonomi Belajar dari Rumah yang dikeluarkan Perhimpunan Ergonomi Indonesia, guru dituntut mengoptimalkan konsentrasi siswa pada 20 menit pertama. Sebab, konsentrasi siswa cenderung menurun setelah itu.
”Setelah 20 menit, pembelajaran harus diselingi dengan permainan, diskusi, atau istirahat singkat,” kata Ketua Perhimpunan Ergonomi Indonesia Yassierli.
Untuk mengantisipasi kebosanan siswa, guru dapat menerapkan metode pembelajaran tatap muka interaktif dan pembelajaran mandiri secara bergantian. Metode tatap muka interaktif bisa dilakukan menggunakan aplikasi konferensi video, seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Teams, atau Cisco Webex. Sementara pembelajaran mandiri bisa melalui surel, Google Classroom, Instagram, dan WhatsApp.
Untuk mengantisipasi kebosanan siswa, guru dapat menerapkan metode pembelajaran tatap muka interaktif dan pembelajaran mandiri secara bergantian.
Guru Sejarah SMA Negeri 1 Geger Madiun, Galih Puji Mulyadi, cenderung memilih pembelajaran mandiri lewat video pembelajaran, latihan tugas, dan diskusi. Menurut dia, metode pembelajaran tatap muka interaktif hanya efektif diterapkan dalam 30 menit pertama.
”Dengan metode yang saya gunakan, anak-anak bisa lebih fleksibel dalam mengakses materi. Bisa dibuka kapan pun dan di mana pun,” katanya.
Variasi metode belajar juga bisa diterapkan lewat diskusi kelompok kecil, kuis antarsiswa, menghadirkan guru tamu, membuat proyek kelompok atau membuat alat peraga berbasis teknologi. Kuis antarsiswa bisa diberikan melalui platform Kahoot, Quizizz, atau Socrative.
Hal ini terbukti ampuh, menurut Jani. Untuk menghidupkan kelas virtualnya, ia kerap memberikan kuis kepada para siswa melalui aplikasi quizizz. Dari situ, para siswanya harus beradu cepat mengerjakan sejumlah soal yang telah ia susun.
”Setelah membuat soal, tautannya akan saya kirim. Mereka akan adu cepat. Ada waktu, ada poin, dan ada hadiahnya juga,” katanya.
Ia tidak hanya berdiskusi dengan siswa terkait materi pelajaran, tapi juga soal penugasan. Agar siswa tidak terpaksa mengerjakan tugas, ia membuat kesepakatan dengan siswa mengenai jenis tugas yang dikerjakan.
”Misal tugasnya membuat infografik yang nantinya ditampilkan ke Instagram Story. Karena kebanyakan pada main Instagram. Lebih ngikutin maunya mereka,” katanya.
Menurut Yassierli, guru harus mengenali gaya belajar masing-masing siswa. Meski pembelajaran dilakukan secara kolektif, modul yang dirancang harus bisa mengakomodasi gaya belajar semua siswa.
Beberapa gaya belajar siswa antara lain visual, auditory, verbal, physical, logical, interpersonal atau solitary. ”Dari situ, guru bisa menyusun modul yang bisa diikuti semua siswa. Bisa kombinasi video, audio, dan teks atau simulasi yang mendorong keaktifan siswa,” ujarnya.
Di sisi lain, penilaian terhadap siswa juga tidak melulu harus berupa tes tertulis. Namun, bisa juga menggunakan variasi presentasi tugas, tes lisan, unggah video, atau take home test.
Porsi istirahat
Siswa juga harus diberikan porsi istirahat yang pas dalam pembelajaran daring. Menurut Yassierli, jika siswa belajar di depan laptop, harus diterapkan pola istirahat 20-20-20. Artinya, pandangan mata siswa harus dialihkan setiap 20 menit.
”Itu adalah aturan umum penggunaan komputer. Setiap 20 menit alihkan pandangan ke obyek berwarna hijau dengan jarak 20 kaki,” kata Yassierli.
Itu adalah aturan umum penggunaan komputer. Setiap 20 menit alihkan pandangan ke objek berwarna hijau dengan jarak 20 kaki.
Di sisi lain, guru harus memperhatikan beban mental yang diterima siswa dalam pembelajaran daring. Siswa harus diberikan porsi berpikir atau berhitung yang ideal setiap harinya.
”Jika dalam sehari ada delapan jam pelajaran, harus ada perpaduan matematika dengan sejarah atau biologi misalnya,” kata Guru Besar Fakultas Teknologi Industri ITB ini.
Sekolah juga bisa menyediakan klub minat dan bakat secara virtual di luar jam pelajaran untuk menghilangkan kebosanan siswa. Misalnya lewat klub musik, gimnastik, menulis, memasak, dan robotik.
Selain itu, Yassierli juga menyarankan agar siswa diberikan waktu istirahat 15 menit setelah berada di depan laptop selama dua jam. Pada saat bersamaan, siswa bisa melakukan peregangan otot.
Dalam hal ini, posisi duduk dan pengaturan laptop juga penting diperhatikan oleh guru ataupun siswa. Dalam Panduan Ergonomi Belajar di Rumah, posisi duduk harus selalu dalam keadaan tegak. Pastikan kursi dan meja tidak terlalu tinggi.
Selain itu, posisi belajar tidak harus dilakukan dengan cara duduk di kursi dengan laptop berada di atas meja. Bisa juga divariasikan dengan cara duduk di lantai atau sofa sambil memangku laptop. Namun, hal ini idealnya dilakukan selama 30 menit saja.
Jangan lupa, gunakan bantalan atau sandaran punggung untuk mempertahankan posisi tetap tegak. Hindari mengoperasikan laptop sambil rebahan atau berbaring.
”Posisi itu adalah posisi belajar ergonomis yang dapat memberikan tekanan minimum bagi tubuh, lebih semangat, lebih produktif dan lebih sehat,” kata Yassierli.
Sebaliknya, posisi belajar yang tidak ergonomis akan mengakibatkan tubuh cepat pegal dan lelah sehingga cenderung kurang produktif. Dalam jangka panjang, hal itu bisa menyebabkan gangguan nyeri punggung bawah atau sakit pada pergelangan tangan.