Pandemi Covid-19, Saatnya Orangtua Mengajarkan Anak Jadi Lebih Tangguh
Orangtua dapat memanfaatkan waktu di rumah untuk membangun ketahanan pada diri anak. Sebelumnya, orangtua perlu mengidentifikasi dan menghadapi tantangan yang mereka hadapi di rumah.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masa pandemi Covid-19 dinilai tepat untuk membangun ketangguhan dalam diri anak. Orangtua berperan besar dalam hal ini. Namun, orangtua perlu mengatasi tantangan yang mereka hadapi di rumah terlebih dahulu.
Psikolog anak, remaja, dan keluarga Rosdiana Setyaningrum mengatakan, anak dan orangtua mengalami sejumlah tantangan saat pandemi. Pertama, fokus anak menurun selama belajar di rumah. Ini karena anak tidak lagi mengalami variasi kegiatan fisik yang didapat di sekolah. Padahal, anak perlu bergerak untuk meningkatkan fokus belajar.
Kedua, anak-anak remaja punya keinginan besar untuk bergaul dengan teman-teman sebaya. Ketiga, orangtua punya beban ganda untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, pekerjaan kantor, dan membimbing anak di rumah.
”Keadaan ini tidak ideal. Banyak keluarga yang kesulitan karena ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Tetapi, tantangan harus dihadapi,” kata Rosdiana, Senin (28/9/2020), melalui pertemuan virtual berjudul ”Mencetak Anak Unggul dengan Cara Hidup Bijaksana dan Baik di Era PSBB”.
Menurut survei Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selama April-Mei 2020, ada 95 persen keluarga mengalami stres akibat pandemi dan pembatasan sosial. Survei dilakukan secara daring terhadap lebih dari 20.000 keluarga di Indonesia.
Pandemi dinilai tidak hanya mengancam publik dengan infeksi Covid-19. Stres yang dialami masyarakat juga terkait dengan tekanan ekonomi.
Pembatasan sosial pun membuat orangtua mengalami stres. Menurut American Psychological Association, 46 persen orangtua mengalami stres tinggi. Tingkat stres mereka mencapai skor 8-10 (semakin mendekati angka 1, semakin kecil tingkat stresnya). Adapun 71 persen orangtua menyatakan mendampingi anak belajar jarak jauh adalah sumber stres yang signifikan.
Keadaan ini tidak ideal. Banyak keluarga yang kesulitan karena ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Tetapi, tantangan harus dihadapi.
Survei tersebut dilakukan terhadap lebih dari 3.000 orang dewasa berusia di atas 18 tahun di Amerika Serikat. Survei berlangsung pada 24 April hingga 4 Mei 2020.
Ketangguhan
Tantangan itu perlu diatasi agar orangtua bisa mengajarkan ketangguhan kepada anak. Ada beberapa cara mengatasinya, seperti membangun suasana seperti ruang kelas di rumah agar anak fokus belajar, mengajak anak beraktivitas fisik ringan sebelum belajar, dan berdiskusi dengan guru terkait pelajaran yang perlu pendampingan orangtua.
Selain itu, Rosdiana juga menekankan pentingnya memanfaatkan waktu di rumah untuk mendidik kepribadian anak. Ini penting karena masa perkembangan itu selesai di usia 12 tahun. Pengembangan kepribadian di usia dewasa masih mungkin, tetapi sulit.
”Mari ajarkan mereka soal kemandirian, tanggung jawab, emosi, dan menerima risiko. Gunakan kesempatan ini untuk mendidik anak yang tangguh. Pada saat bersamaan, kesempatan ini juga membuat kita menjadi orangtua tangguh,” ucapnya.
Pada acara yang sama, aktris dan ibu rumah tangga Fanny Fabriana berucap bahwa komunikasi dengan pasangan esensial untuk mengatur pola asuh anak. Kerja sama keduanya dibutuhkan agar anak bisa dididik dengan optimal.
Saat dihubungi secara terpisah, Manajer Program Keluarga Kita Siti Nur Andini mengatakan, anak hanya akan bisa tangguh jika orangtuanya siap menghadapi tantangan. Itu sebabnya, orangtua perlu terus belajar, seperti cara berkomunikasi yang tepat dengan anak, mengatur emosi, dan belajar melepas anak agar mandiri.
”Salah satu tantangan besar orangtua sekarang adalah membiarkan anak mengerjakan pekerjaan rumah. Orangtua hanya perlu jadi fasilitator anak dan tidak boleh mengambil alih. Biasanya ada orangtua yang tidak sabar sehingga mengambil alih tugas anak. Ini membuat anak ketergantungan,” kata Siti.