Pameran, Panggung bagi UMKM
Produk usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia tampil menarik dan bergaya. Tak sedikit hasil karya anak negeri yang sudah melanglang buana. Di dalam negeri, karya perajin Tanah Air kerap kali unjuk gigi. Pameran yang menjadi panggung karya perajin tak luput dari serbuan pencintanya.
Pameran kerap menjadi ajang memperkenalkan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kepada masyarakat. Tak jarang, pembeli atau pelanggan baru digaet dalam pameran.
Mohammad Faruq, salah seorang pengelola Kampung Baduy, beberapa kali berpartisipasi dalam pameran. Menurut dia, pameran bukanlah ajang untuk mencari untung besar atas produk yang dijual. Namun, pameran menjadi sarana yang tepat untuk membentuk hubungan atau jaringan dengan pembeli berskala besar.
Pada Mandiri Pekan Raya Indonesia 2017 di Indonesia Convention Exhibition, BSD City, Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu, stan Kampung Baduy menyediakan hasil karya warga Baduy di Kabupaten Lebak, Banten. Ada gelang, kain tenun, dan baju khas suku Baduy.
"Berdasarkan pengalaman, lewat pameran semacam inilah kami mendapat pelanggan baru dalam skala besar," kata Faruq.
Ia menuturkan, salah satu kunci sukses Kampung Baduy adalah kemampuan produksi dalam jumlah besar dan pengemasan produk. Ketertarikan pembeli diawali dari kemasan produk yang menarik.
"Kami pernah mendapat pesanan dari pengusaha asal Uni Emirat Arab. Ia memesan aksesori dan kain tenun dalam jumlah besar yang harus dipenuhi dalam waktu sebulan. Terus terang, sumber daya kami terbatas dan tak bisa memenuhi permintaan itu," ujar Faruq.
Dari pameran juga, Kampung Baduy berhasil memiliki jaringan penjual baru untuk produk-produk yang dibuat suku Baduy.
Hingga kini, upaya mempromosikan produk masih jadi kendala UMKM. Promosi dan penjualan memang bisa dilakukan secara daring (online). Namun, belum semua UMKM di Indonesia melakukannya.
Akan tetapi, promosi lewat pameran tak serta-merta mendongkrak penjualan. UMKM harus konsisten menjaga kualitas produk agar pembeli tak kecewa.
Irma Husnul Hotimah, pemilik usaha Sagon Bakar dari Tangerang Selatan, Banten, mengakui, mengangkat kuliner kampung atau daerah ke tingkat nasional dan internasional cukup susah. Banyak cara yang dilakukan Irma, antara lain memperbaiki kualitas sagon, menambah ragam rasa sagon, dan mengemas sagon bakar secara menarik. Kemasan tak lagi menggunakan plastik, tetapi kardus dan kaleng.
Peran pemerintah pusat dan daerah dalam mempromosikan makanan khas daerah, menurut Irma, sangat besar. "Pemerintah Kota Tangerang Selatan mempromosikan sagon bakar sebagai oleh-oleh khas Tangerang Selatan. Setiap ada tamu dari luar daerah, pemerintah daerah menjadikan sagon bakar sebagai oleh-olehnya," tuturnya.
Adapun pemerintah pusat, lanjut Irma, mempromosikan sagon bakar bersama kuliner daerah lain dalam Pameran Pangan Nusa yang digelar sekali dalam setahun. Produk Sagon Bakar bahkan telah masuk ke Jerman meski baru tahap tes pasar.
Peluang
General Manager PT Indonesia International Graha, yang menjadi penyelenggara Mandiri Pekan Raya Indonesia 2017, Deddy Andu mengatakan, sebanyak 500 UMKM turut serta dalam pameran tersebut. Ajang itu sengaja untuk memanggungkan UMKM agar bisa berpameran sehingga berpeluang meraih pasar yang lebih besar.
"Pekan Raya Indonesia menjadi pesta rakyat. Konsep kami adalah musik, kuliner, belanja, dan pariwisata. Kami ingin bersama-sama membangun Indonesia melalui pameran dan UMKM sehingga pelaku UMKM bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri," ucap Deddy.
Pameran yang diselenggarakan untuk kedua kali ini diharapkan bisa meningkatkan bisnis UMKM. Beberapa pelaku UMKM yang ikut serta dalam pameran tahun lalu ikut lagi sebagai peserta tahun ini. Ada juga UMKM yang tahun lalu hanya menempati satu stan tahun ini menempati tiga stan.
Tak sembarang UMKM bisa jadi peserta pekan raya itu. Produk mereka dikurasi sehingga layak dipamerkan.
Tahun lalu, Pekan Raya Indonesia dikunjungi sekitar 700.000 orang. Diharapkan pekan raya dikunjungi semakin banyak orang.
Di Indonesia, setidaknya tercatat hampir 60 juta UMKM.
Desain
Upaya meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk UMKM dan nonmigas dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya, melalui Indonesia Design Development Center, wadah pengembangan produk ekspor berbasis desain.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda menyebutkan, upaya lain melalui Export Startup Competition. Kompetisi ini melombakan dekorasi rumah dan kantor serta produk makanan-minuman.
"Pengembangan usaha rintisan berbasis teknologi dan inovasi diperlukan sebagai modal menciptakan nilai tambah dan membangun daya saing," kata Arlinda. (APO/MAR/HEN)