Rencana usaha sebagai fondasi strategi harus dimiliki oleh pelaku usaha yang ingin terjun ke pasar digital. Tanpa rencana dan persiapan, usaha di dunia digital akan sulit dijalankan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Digitalisasi bagi usaha mikro, kecil, dan menengah dalam masa pandemi Covid-19 dinilai harus cepat dilakukan guna mempertahankan usaha. Namun, sebelum terjun ke pasar digital, termasuk platform e-dagang, pelaku usaha harus menyiapkan strategi agar mampu berdaya saing.
Penjualan produk baik jasa maupun barang kini dapat dilakukan di berbagai platform, antara lain di media sosial, situs web, serta e-dagang. Untuk itu, pelaku usaha harus memiliki pemahaman bagaimana cara kerja penjualan produk secara dalam jaringan (daring) sebelum memulai.
Nanda Ayu Sita (22), pemilik usaha camilan manis dengan nama BoxinAja, juga turut memanfaatkan peluang usaha secara daring. Usaha yang dimulai pada April 2020 ia pasarkan melalui media sosial Instagram serta menjadi mitra dari GoFood dan GrabFood.
”Saya pakai Instagram untuk promosi produk dan alhamdulillah pesanan dalam sehari bisa sampai 50 boks. Baru sekitar dua minggu ini, saya juga coba bermitra dengan GoFood dan GrabFood untuk memperluas pasar,” kata Nandya saat dihubungi Kompas, Minggu (9/8/2020).
Menurut dia, platform daring membuka kesempatan untuk lebih banyak menarik konsumen. Salah satunya karena ada promo-promo yang ditawarkan untuk memberi diskon bagi konsumen sehingga turut meningkatkan daya beli.
Sebagai contoh, pada 12 Agustus 2020 GoFood akan mengadakan promo diskon makanan. ”Saya sudah mendaftar untuk ikut promo itu dan saya coba bagikan di media sosial, ternyata banyak teman yang akhirnya jadi memesan,” ujar Nanda.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki menyampaikan, pemerintah terus berupaya mencapai target 10 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terhubung ke pasar digital pada akhir 2020. Kini, Kemenkop dan UKM bersama Smesco Indonesia mengembangkan program SparcTrade dan E-brochure.
”Saat ini baru 13 persen atau 8 juta UMKM terhubung ke pasar digital. Platform digital sederhana ini semoga bisa membantu UMKM, selain melalui program edukasi dan kurasi yang bekerja sama dengan perusahaan platform e-dagang,” kata Teten.
E-brochure merupakan platform pemasaran produk UMKM yang dibuat oleh Smesco. Platform tersebut berisi katalog produk UMKM dari seluruh Indonesia yang menyediakan fitur transaksi jual beli secara langsung.
Berbagai katalog produk UMKM tersebut dapat dilihat melalui laman shop.smescoindonesia.com. Produk dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain pakaian dan batik, kerajinan tangan, tenun dan songket, tas dan sepatu, herbal dan spa, makanan dan minuman, serta furnitur.
Edukasi UMKM
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, mayoritas pelaku UMKM yang dapat berjualan secara daring adalah yang menengah atas. Sementara yang lain belum paham bagaimana melakukan promosi dan penetrasi pasar dengan media di internet.
Untuk itu, memang harus ada bantuan dari pemerintah untuk mendorong mereka masuk ke e-dagang. Mulai dari memanfaatkan ponsel, memproduksi foto produk, mempromosikan dalam tampilan daring, hingga menggunakan pembayaran digital.
”Ketika masuk platform digital, itu enggak boleh main-main dan harus siap menghadapi berbagai respons konsumen dengan tetap menjaga keramahan. Jadi kalau baru menangani satu konsumen ’cerewet’ kemudian menyerah, tentu sulit untuk bertahan,” kata Tauhid.
Ketika masuk e-commerce, pelaku usaha pun harus menyadari persaingan karena harga produk akan terpampang jelas sehingga bisa dibandingkan dengan produk serupa dari penjual lain. Untuk itu, apabila memang baru memulai usaha, dapat dimulai dari media sosial untuk membangun relasi dengan pelanggan terlebih dahulu.
Dalam buku berjudul Building Your Online Store With WordPress and WooCommerce (2018) disampaikan, menyusun strategi sebelum terjun ke e-dagang akan membantu usaha untuk beradaptasi dan tetap berdaya saing. Rencana usaha menjadi peta jalan bagi proses bisnis untuk mencapai tujuan.
Lisa Sims, penulis buku tersebut yang merupakan asisten profesor dari Web and Mobile Technology for Ashford University’s Forbes School of Business and Technology, menuliskan, platform e-dagang bukan untuk wirausaha berhati lemah. Untuk sukses, perlu ada penelitian dan kerja keras.
”Lakukan analisis strengths, weaknesses, opportunities, dan threats (SWOT) untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dalam membangun usaha. Kemudian tentukan gol yang ingin dicapai agar perkembangan bisnis menjadi terukur,” tulisnya.
Rencana usaha, kata Lisa, merupakan fondasi untuk mencapai kesuksesan berusaha di e-dagang. Tidak ada orang yang membangun rumah tanpa cetak biru dan tidak ada seorang pun yang dapat membangun toko daring tanpa rencana.