Pelaku Usaha Pariwisata di Lombok Siap Menerapkan Protokol Kesehatan di Masa Libur Tahun Baru
Jasa usaha pariwisata di Lombok, Nusa Tenggara Barat, berharap momen libur tahun baru menggairahkan pariwisata daerah itu. Karena berlangsung saat pandemi, mereka akan berupaya memastikan penegakan protokol kesehatan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS – Libur tahun baru diharapkan bisa menggairahkan kembali pariwisata Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tetapi momen itu akan berlangsung di tengah belum terkendalinya penularan Covid-19. Oleh karena itu, pelaku usaha jasa pariwisata dan pemerintah daerah setempat, akan memastikan penerapan protokol kesehatan sehingga tidak terjadi lonjakan kasus baru.
Sebagai daerah tujuan wisata, Lombok sangat merasakan dampak dari merebaknya Covid-19. Itu terlihat dari sepi dan terhentinya sebagian besar kegiatan pariwisata di seluruh kawasan selama berbulan-bulan. Seperti di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah, Kawasan Tiga Gili di Lombok Utara, hingga destinasi wisata di Taman Nasional Gunung Rinjani.
Saat ini, seiring dengan dibukanya penerbangan tanpa ada pembatasan, kawasan-kawasan wisata itu kembali bergerak. Tetapi masih sangat jauh dari normal. Kawasan Gili misalnya, baru dikunjungi sekitar satu persen wisatawan setiap hari atau sekitar 30 orang dari kondisi normal yang mencapai 3.000 orang.
“Kalau di Mandalika, sekarang sudah jauh lebih baik dari kondisi Agustus lalu. Itu bisa dilihat dari okupansi kamar yang sudah naik menjadi sekitar 20 persen dari sekitar 7.000 kamar siap huni, “ kata Ketua Mandalika Hotel Association (MHA) Samsul Bahri, Senin (30/11/2020).
Samsul menambahkan, tingkat okupansi diprediksikan akan terus meningkat pada Desember besok. Terutama memasuki momen libur akir tahun. “Selama ini kan masyarakat sudah menjalani kerja dari rumah, sehingga saya kira pada tahun baru, akan lebih berani keluar untuk berlibur seperti sebelm ada Covid-19,”kata Samsul.
Kalau di Mandalika, sekarang sudah jauh lebih baik dari kondisi Agustus lalu. Itu bisa dilihat dari okupansi kamar yang sudah naik menjadi sekitar 20 persen dari sekitar 7.000 kamar siap huni (Samsul Bahri)
Samsul memperkirakan, KEK Mandalika termasuk yang akan ramai oleh wisatawan di masa libur tahun baru. Apalagi Mandlika menjadi destinasi super prioritas yang semakin menarik wisatawan.
“Peningkatan kunjungan wisatawan kemungkinan antara tanggal 30 Desember sampai 2 Januari 2020. Okupansi saya perkirakan sampai 70 persen,” kata Samsul.
Menurut Samsul, kondisi itu menjadi perhatian mereka. Apalagi berlangsung di tengah masih belum terkendalinya Covid-19. “Oleh karena itu, semua hotel di Mandalika, terutama yang di bawah asosiasi, memang memberikan perhatian pada keamanan. Terutama soal protokol kesehatan,” kata Samsul.
Menurut Samsul, penerapan protokol kesehatan telah menjadi bagian dari standar operasional prosedur hotel di Mandalika. Apalagi itu juga menjadi syarat bagi mereka sebelum bisa beroperasi kembali.
“Jadi, penerapan protokolnya sama dengan pada umumya. Pengecek suhu tubuh ketika tamu datang, mewajibkan mereka memakai masker, hingga menjaga jarak. Bagi tamu dari luar NTB, kami minta juga hasil tes cepat mereka. Kepatuhan pada protokol kesehatan itu juga menjadi bagian dari sosialisasi kami setiap kali ada tamu datang,”kata Samsul.
Tidak hanya di KEK Mandalika, usaha jasa pariwisata atau penyedia akomodasi di kawasan lain seperti Gili juga mengambil langkah demikian. Koordinator Relasi Tamu Aston Sunset Beach Trawangan Saihun Hadi berharap, akan terjadi peningkatan kunjungan ke gili terutama di masa libur tahun baru.
Oleh karena itu, kata Saihun, penerapan protokol harus benar-benar disiplin. Tidak hanya ke tamu, tetapi juga ke karyawan mereka.
“Kami rencana akan mengadakan pentas musik pada malam pergantian tahun baru. Tentu itu akan ramai. Jadi, penerapan protokol kesehatan akan dijalankan dengan ketat sehingga tidak memunculkan kasus baru”kata Saihun.
Kepatuhan terhadap protokol kesehatan pada masyarakat di daerah tujuan wisata, menurut Pengamat Ekonomi Universitas Mataram M Firmansyah, harus benar-benar didorong.
Menurut dia, saat ini, masyarakat masih memiliki kekhawatiran untuk bepergian. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap protokol di suatu daerah akan menjadi jaminan bagi masyarakat untuk tidak takut datang berwisata.
Pelaku perjalanan
Hingga Senin sore, menurut Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB, total pasien positif Covid-19 di NTB mencapai 4.752 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 3.887 sembuh, 253 orang meninggal, dan 612 orang masih perawatan.
Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Provinsi NTB Lalu Gita Hariadi mengatakan, selain penulusuran riwayat kontak, mereka juga terus menggencarkan sosialisasi terkait penerapan protokol kesehatan sebagai bentuk kewaspadaan terhadap penyebaran Covid-19. Baik itu dengan menggunakan masker, rutin mencuci tangan, menjaga jarak, serta tidak berkerumun.
Di samping itu, perhatian terhadap para pelaku perjalanan, termasuk untuk tujuan wisata, dari daerah zona risiko tinggi juga menjadi perhatian Pemerintah Provinsi NTB. Baik itu dari zona risiko tinggi di dalam NTB maupun dari luar NTB.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi sebelumnya mengatakan, mereka melakukan pencatatan terhadap para pelaku perjalanan tersebut. Hal itu akan memudahkan pencarian atau penelusuran ketika salah satu kontak mereka positif Covid.
Menurut Eka, bagi masyarakat, jika memang tidak terlalu penting sebaiknya menunda perjalanan. Jika harus tetap berangkat, maka ia mengingatkan agar masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan.
“Banyak kasus penularan Covid-19 di area publik seperti bandara, juga dalam pesawat. Oleh karena itu, jangan abaikan protokol kesehatan. Pakai masker, pelindung wajah atau perlindungan ganda saat bepergian atau dalam perjalanan. Sepulang dari daerah zona merah, juga karantina minimal tiga hari untuk melihat ada gejalan yang muncul atau tidak,” kata Eka.