Presiden Joko Widodo mengungkapkan, tahun 2021 jadi momentum untuk bangkit melewati krisis. Apabila terlewati, bangsa ini diyakini mampu menjawab tantangan ke depan dan bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi baru
Oleh
FX LAKSANA AS
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengajak semua pihak untuk mulai merencanakan kehidupan normal baru dan membidik peluang-peluang usaha pascapandemi. Ini penting disiapkan mulai dari sekarang, paralel bersama ikhtiar percepatan vaksinasi dan pemulihan ekonomi yang saat ini mulai berlangsung.
”Tahun 2021 adalah momentum kita semua untuk bangkit. Dan jika kita mampu melewati masa krisis ini dengan baik, kita akan lebih siap menjawab tantangan-tantangan ke depan. Bertransformasi negara kita menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru, semakin tangguh, dan menjadi negara maju,” kata Presiden pada Kompas100 CEO Forum yang digelar virtual, Kamis (21/1/2021).
Mendampingi Presiden di Istana Kepresidenan Jakarta adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Selain itu, hadir pula sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju. Peserta acara adalah para CEO anggota Kompas100 CEO Forum.
Hadir pula sebagai tuan rumah CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama. Setelah sambutan pembuka Lilik dan keynote speech dari Presiden, acara dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu Yanuar Nugroho.
Tahun 2021 adalah momentum kita semua untuk bangkit. Dan jika kita mampu melewati masa kiris ini dengan baik, kita akan lebih siap menjawab tantangan-tantangan ke depan. Bertransformasi negara kita menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru, semakin tangguh, dan menjadi negara maju (Presiden Joko Widodo)
Dalam paparannya, Presiden pertama-tama menjelaskan tentang upaya penanganan Covid-19, terutama vaksinasi yang menjadi landasan pemulihan kegiatan masyarakat. Dalam perhitungan pemerintah, vaksinasi untuk target 181 juta jiwa warga di Indonesia membutuhkan waktu 15 bulan.
Meski demikian, Presiden bertekad mempercepat. Hal ini bisa dilakukan mengingat Indonesia memiliki 30.000 vaksinator. 10.000 puskesmas, 3.000 rumah sakit. ”Seharusnya tidak sampai satu tahun,” kata Presiden.
Salah satu upaya percepatan, menurut Presiden, adalah mengizinkan perusahaan menyelenggarakan vaskinasi mandiri terhadap karyawan atau buruhnya. Gagasan ini sebagaimana disampaikan Presiden merupakan usulan sejumlah pengusaha.
”Para pengusaha menyampaikan, bisa enggak vaksin mandiri. Ini yang baru akan kita putuskan. Karena kita memang perlu mempercepat. Perlu sebanyak-banyaknya. Apalagi biaya ditanggung perusahaan sendiri. Kenapa tidak. Tetapi, sekali lagi, harus kita kelola isu ini dengan baik. Mungkin bisa diberikan asal merek vaksinnya berbeda. Tempat untuk melakukan vaksin juga berbeda. Bisa dilakukan,” kata Presiden.
Ada optimisme di dunia usaha. Ini didasarkan atas sejumlah indikator ekonomi mutakhir yang membaik sehingga akan membantu pemulihan ekonomi nasional. Misalnya adalah Indeks Kepercayaan Konsumen di 92 dan Indeks Manajer Pembelian di 51,3.
Bersama dengan upaya percepatan vaksinasi tersebut, Presiden menyampaikan optimisime untuk dunia usaha. Ini didasarkan atas sejumlah indikator ekonomi mutakhir yang membaik sehingga akan membantu pemulihan ekonomi nasional. Misalnya adalah Indeks Kepercayaan Konsumen di 92 dan Indeks Manajer Pembelian di 51,3. Harga-harga komoditas juga meningkat, seperti minyak sawit, karet, dan batubara.
Dalam jangka menengah, Presiden melanjutkan, kebiasaan-kebiasaan baru akan memengaruhi seluruh pola kehidupan masyarakat dan struktur ekonomi. Protokol kesehatan akan diterapkan untuk semua kegiatan masyarakat. ”Hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi, juga nanti akan ada protokolnya,” kata Presiden.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga mengangkat empat sektor yang berpeluang besar untuk semakin berkembang di tengah pandemi dan pascapandemi. Sektor itu meliputi pangan, farmasi dan rumah sakit, teknologi, serta jasa keuangan dan pendidikan.
Soal pangan dan farmasi, Presiden menekankan pentingnya mengembangkan produksi dalam negeri. Selama ini, kedua sektor ini banyak melakukan impor. Di bidang pangan, misalnya, Indonesia masih banyak mengimpor gula, jagung, kedelai, dan bawang putih. Di bidang farmasi, impornya berkisar 80-85 persen.
”Dalam hal itu, saya mengajak agar para CEO bisa merancang kolaborasi antara yang besar daan para petani sehingga komoditas yang saya sampaikan bisa kita selesaikan,” kata Presiden.
Di bidang teknologi, Presiden menyatakan, Indonesia mempunyai kesempatan besar dalam membangun industri hulu hingga hilir untuk mobil listrik. Dengan deposit terbesar nikel, Indonesia potensial menjadi produsen baterai lithium yang menjadi sumber energi kendaraan listrik.
”Peluang-peluang seperti ini harus segera kita lihat dan harus didorong agar segera bisa kita laksanakan dan memberi kontribusi yang besar bagi negara,” kata Presiden.
Presiden menilai tuntutan akan ekonomi hijau dan produk hijau akan semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kelestarian lingkungan hidup.
Adapun untuk jangka panjang, Presiden menilai tuntutan akan ekonomi hijau dan produk hijau akan semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kelestarian lingkungan hidup.
Prasyarat produk hijau, antara lain, rendah karbon, efisien sumber daya, dan inklusif secara sosial. ”Kita mempunyai kesempatan besar untuk masuk ke green product dan green economy, baik dari produksi, distribusi, maupun konsumsi. Semuanya. Sebab, ke depan, kesadaran masyarakat akan lingkungan hidup akan semakin tinggi. Ini akan berpengaruh terhadap ekonomi, bisnis global, dan ekonomi kita,” kata Presiden.
Di bidang digital, Presiden mengingatkan bahwa mau tidak mau, bangsa Indonesia akan masuk pada digitalisasi dan ekonomi digital. Semua industri pasti harus masuk ke tren ini agar makin efisien dan berdaya saing.
Pada sambutannya, Lilik, menyampaikan Kompas100 CEO Forum merupakan forum dialog tahunan pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mencari keputusan terbaik dan rekomendasi kebijakan untuk menjawab berbagai isu ekonomi di Indonesia.
Kompas100 CEO Forum kali ini merupakan yang ke-11 sejak diselenggarakan pertama kali pada 2008. Biasanya acara ini diselenggarakan di akhir tahun dalam bentuk konferensi tatap muka. Namun, karena pandemi, acara yang mestinya digelar akhir 2020 diundur menjadi awal 2021 dan diselenggarakan secara virtual.
Pandemi berdampak luar biasa terhadap kemanusiaan, ekonomi, dan tatanan kehidupan, baik dari skala maupun kecepatannya.
Dampak pandemi, menurut Lilik, luar biasa terhadap kemanusiaan, ekonomi, dan tatanan kehidupan, baik dari skala maupun kecepatannya. Dampaknya pun jauh lebih besar ketimbang pandemi sebelumya dan krisis ekonomi yang pernah terjadi.
Meski demikian, perekonomian global mulai membaik. Pertumbuhan ekonomi nasional pun mulai membaik sejak triwulan III-2020. Lilik berharap pertumbuhan ekonomi nasional akan terus meningkat di 2021. Ketepatan, kecepatan, dan keserempakan penanganan pandemi di masa-masa selanjutnya menjadi sangat menentukan.
Lilik juga menyampaikan, menormalkan secara bertahap sektor-sektor ekonomi yang mempunyai daya ungkit untuk menggerakkan roda ekonomi sekaligus aman terhadap ancaman pandemik perlu dipersiapkan secara matang. Demikian pula antisipasi situasi yang sudah sangat berubah pascapandemi.
”Di tengah kompleksitas persoalan, kami memahami, pengambilan kebijakan pasti tidak mudah. Namun, kami yakin terhadap kemampuan bangsa ini untuk beradaptasi dan semangat berkolaborasi,” kata Lilik Oetama.