Sejumlah Perusahaan Transportasi Mulai Sediakan Layanan Inklusif untuk Kelompok Rentan
Pemerintah dan swasta berupaya berpihak kepada kelompok rentan dengan menyediakan transportasi yang inklusif.
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah perusahaan transportasi mulai menyediakan layanan inklusif untuk kelompok rentan. Untuk mengembangkannya lebih lanjut, perlu kolaborasi dengan pemangku kepentingan lain, termasuk pemerintah.
PT Blue Bird Tbk, misalnya, meluncurkan layanan taksi inklusif atau Lifecare Taxi di Jakarta, Kamis (25/4/2024). Sebagai awal, perusahaan memiliki lima unit armada. Sebanyak tiga unit di Jakarta dan dua unit di Bali.
Direktur Utama Blue Bird Adrianto Djokosetono menyatakan, permintaan terhadap layanan ini belum semasif layanan taksi reguler. Sebab, masyarakat yang mengetahui program ini masih terbatas.
Layanan taksi inklusif ditujukan untuk kelompok rentan. Di antaranya adalah ibu hamil, lanjut usia, serta penyandang disabilitas. Namun, layanan ini bisa juga untuk pasien yang melakukan rawat jalan.
Adrianto mengatakan, Blue Bird telah bekerja sama dengan RS Kanker Dharmais untuk menawarkan pelayanannya. Sebab, rata-rata pasien adalah masyarakat yang rutin ke RS.
Agar layanannya dapat lebih banyak menjangkau masyarakat luas, Blue Bird tengah mengkaji konsep kerja sama dengan sejumlah instansi. ”Jadi, konsepnya, kami akan kerja sama dengan RS atau instansi tertentu yang bisa memberikan rekomendasi kepada siapa yang membutuhkan dengan harga lebih terjangkau,” ujar Adrianto.
Walau masih dalam pembahasan, perusahaan taksi itu berencana membuka layanan ini seluas-luasnya, terutama bagi kelompok rentan dari seluruh kalangan. Bagi pelanggan yang tak mampu menjangkau tarifnya, mereka dapat mendaftar keringanan biaya di situs Blue Bird.
”Subsidi itu dari kami, tetapi mekanismenya justri kami perlu (kerja sama) intansi terkait juga. Makanya, kami belum bisa launch sekarang untuk fasilitas itu. Namun, ke depan, kami akan launching fasilitas itu,” kata Adrianto.
Baca juga: Setumpuk Pekerjaan Rumah agar Angkutan Umum di Jakarta Memenuhi Aksesibilitas Disabilitas
Untuk saat ini, pelanggan yang tertarik menggunakan Lifecare Taxi dapat memesan melalui telepon ke 021-79171234. Pelanggan direkomendasikan memesan setidaknya sehari sebelum keberangkatan agar memudahkan pembagian jadwal antara konsumen lain serta armada yang tersedia.
Armada yang diimpor langsung dari Toyota Jepang ini berisi lima kursi serta satu kursi yang dapat digeser (power slide up)naik dan turun. Kursi ini dapat keluar dari badan mobil sehingga penumpang tak perlu kesulitan naik ke dalam mobil.
”Ini suatu urgency yang mungkin tak terdengar. Justru sejak 2014, sejak kami launch pertama kali, urgency ini justru terdengar. Kami akan serius kembangkan sesuai kebutuhan nyata di masyarakat, harapannya seperti itu,” tutur Adrianto.
PT Transportasi Jakarta atau Transjakarta juga telah menyediakan armada khusus hingga prasarana atau alat-alat bantu tak bergerak. Direktur Pelayanan dan Bisnis Transjakarta Fadly Hasan mengatakan, pihaknya menyediakan fasilitas dan layanan pendukung bagi kelompok rentan. Di antaranya adalah jalur pemandu (tactile), peta rute braille, dan pin pelanggan prioritas Transjakarta.
Guna mempermudah masyarakat mengaksesnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Transjakarta bekerja sama dengan Bank DKI Jakarta menerbitkan Kartu Layanan Gratis. Kartu ini dapat digunakan khusus bagi pelanggan berkategori kaum rentan, seperti disabilitas dan lansia.
Saat ini, menurut Fadly, jumlah pelanggan berkategori rentan masih 5 persen dari total konsumen Transjakarta. Bus khusus perempuan tersedia 20 unit yang tersebar di koridor Jakarta.
Baca juga: Tingkatkan Aksesibilitas Transportasi Publik untuk Penyandang Disabilitas
Transjakarta juga memiliki layanan khusus bagi penyandang disabilitas DKI Jakarta, seperti jalur menuju halte Transjakarta ramah disabilitas. Masyarakat yang tertarik program ”Transjakarta Cares” ini bisa memesan melalui telepon 1500-102 atau via aplikasi pesan singkat Whatsapp ke 08111545001.
”Kami melakukan survei atau mendata kebutuhan pelanggan lebih dulu agar improvement yang dilakukan menjadi optimal dan tepat sasaran,” ujar Fadly.
Infrastruktur serta fasilitas terbatas menjadi tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan sistem transportasi inklusif. Selain itu, kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap kelompok rentan turut menghambat.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno menyatakan, Pemerintah Indonesia telah memberlakukan standar pelayanan minimal (SPM) transportasi. Hal ini mencakup seluruh moda transportasi di darat, laut, dan udara. Aspek inklusivitas bagi kelompok rentan, seperti perempuan dan orang lanjut usia (lansia), wajib dipenuhi.
Namun, masalah mendasar yang masih menjadi pekerjaan rumah mengenai jumlah armada angkutan darat desa-kota yang minim. Kebutuhan akan angkutan umum ini harus dipenuhi terlebih dahulu sehingga kebutuhan kelompok rentan pun bisa terpenuhi.
”Secara umum, perhatian sudah diberikan. Semua bus yang diproduksi sudah ada perhatian pada kelompok rentan. Misalnya dari 20 bus, setidaknya 4-5 bus itu ada wheelchair lift agar pengguna kursi roda bisa naik,” ujar Djoko saat dihubungi dari Jakarta.
Di berbagai daerah, misalnya, pemasangan fasilitas khusus hanya asal jadi.
Sopir-sopir taksi swasta yang menyediakan layanan inklusif bagi masyarakat pun telah dilatih. Mereka tahu bagaimana membantu lansia, serta berhadapan dengan pelanggan berkebutuhan khusus lainnya.
Hanya saja, Djoko menambahkan, kesadaran masyarakat serta pemerintah daerah masih kurang. Di sejumlah daerah, misalnya, pemasangan fasilitas khusus hanya asal jadi. Pemerintah daerah tak memahami fungsi fasilitas-fasilitas yang dipasang. Akibatnya, bukannya membantu, fasilitas itu justru mempersulit orang-orang berkebutuhan khusus.
Dalam laporan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) pada Desember 2023, sistem transportasi publik yang baik mampu menghubungkan seseorang ke banyak tempat dengan aman dan cepat menggunakan transportasi umum.
Transportasi publik juga memprioritaskan kelompok rentan dan mereka yang memiliki mobilitas lebih sedikit, antara lain perempuan, anak-anak, orang miskin, dan penyandang disabilitas.
Tonton juga: Warna-warni Mobil Listrik Mini, Moda Transportasi Ramah Kantong
Transportasi publik yang memadai bisa dinilai dari konektivitas, kenyamanan, konsistensi, kemudahan, efektivitas biaya, ramah pelanggan, dan kebersihan. Sebuah sistem yang mampu terus meningkatkan kualitas-kualitas aspek tersebut akan semakin mendukung masyarakat penumpang.
Menurut riset ITDP, mayoritas pengguna transportasi umum di sejumlah kota besar Indonesia merupakan kelompok rentan. Surakarta, misalnya, 56 persen pengguna Trans Surakarta Batik Solo adalah perempuan. Di Jakarta, 49 persen penumpang mikro bus Transjakarta adalah orang-orang lansia.
”Meski populasi perempuan dan lansia paling bergantung pada transportasi publik, banyak desain sistem dan fasilitas tak mempertimbangkan kebutuhan perpindahan, perjalanan multimoda, kemampuan fisik, serta destinasi mereka,” ujar para peneliti ITDP Indonesia; Annisa Lazuardini, Deliani Siregar, serta Fani Rachmita, secara tertulis, dikutip dari laman ITDP.