FotografiKlinik FotoPenyelundupan Kartu Memori...
AP PHOTO/DAR YASIN
Bebas Akses

Penyelundupan Kartu Memori Foto yang Berbuah Pulitzer

Cerita di balik foto pemenang penghargaan jurnalistik Pulitzer.

Oleh
YUNIADHI AGUNG
· 5 menit baca

Di zaman sebuah foto peristiwa bisa ditayangkan oleh siapa pun dan dalam waktu yang singkat, maka seberapa besarkah nilai sebuah karya foto jurnalistik yang dihasilkan oleh pewarta foto?  Foto kebakaran karya warga yang berada di lokasi kejadian telah beredar luas di internet dan menjadi pesan foto bersambung di grup percakapan daring bahkan ketika pewarta foto sedang berusaha menuju ke tempat kebakaran.  Ekskusivitas foto karya pewarta foto kian hilang, mereka tidak bisa menandingi kemajuan teknologi yang telah menjadikan fotografi sebagai bagian hidup setiap orang.

Kerja jurnalistik tidaklah semudah yang dipikir oleh kebanyakan. Ini bukan sekadar membidik obyek, memencet tombol kamera, memindahkan foto dari kamera ke komputer, dan mengirim ke kantor media sebelum kemudian foto tersebut ditayangkan. Ada kalanya, untuk memotret pun seorang pewarta foto harus menghadapi kondisi yang membahayakan jiwa mereka. Belum lagi, jika mengirimkan foto  adalah hal yang sulit untuk dilakukan, upaya menayangkan sebuah peristiwa untuk dilihat oleh semua orang di penjuru dunia adalah sebuah perjuangan yang luar biasa.

Dar Yasin, Mukhtar Khan, dan Channi Anand adalah tiga pewarta foto yang bekerja untuk kantor berita AP. Saat terjadi kekerasan di Khasmir, India, pada 2019 lalu, mereka berada di tempat tersebut. Hanya saja, memotret pada saat itu adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Kawasan Khasmir telah bergolak dalam beberapa tahun. Pada kerusuhan yang terjadi Agustus 2019 tersebut, Khasmir diblokir akses keluar masuknya dan koneksi internet serta telepon dimatikan. Selain itu, di Kahsmir juga dilakukan sweeping menyeluruh. Foto jurnalis dengan kameranya tentu saja menjadi salah satu profesi yang tidak akan lolos ketika kena sweeping. Dalam kondisi yang sulit, ketiga pewarta foto AP saat itu berusaha agar foto yang dihasilkan bisa keluar dari Khasmir. Mereka bahkan harus menerobos jalan yang diblokir, bersembunyi di rumah warga, dan menyembunyikan kamera mereka di tas berisi sayur-mayur.

Tujuan perjalanan berbahaya mereka adalah bandara. Setelah sukses tiba di bandara, mereka masih punya tugas yang sangat berat, yaitu membujuk calon penumpang agar mau membawa foto-foto mereka yang tersimpan di kartu perekam kamera dengan bentuknya kecil dan mudah diselipkan di mana saja. File foto tersebut nantinya diserahkan di kantor AP New Delhi, India. ”Kami selalu kucing-kucingan. Kondisi pembatasan ini membuat kami lebih termotivasi dan tidak bisa dibungkam” tutur Dar Yasin.

https://cdn-assetd.kompas.id/clKtKG03oqXGH1qZdHAnTdFVSJQ=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2FAP_20125695073278-1_1588662225.jpg
AP PHOTO/CHANNI ANAND

Personel keamanan perbatasan India berjaga di perbatasan India-Paksitan di Garkhal, Akhnoor, sekitar 35 kilometer arah barat dari Jammu, India, 13 Agustus 2019.

Upaya para fotografer AP itu tidak sia-sia. Foto tentang kerusuhan di Khasmir yang sangat sulit dilihat berhasil disiarkan. Kerja jurnalistik yang hebat ini mendapatkan penghargaan Pulitzer 2020 untuk kategori feature photography. Penghargaan Pulitzer adalah sebuah penghargaan bergengsi bagi karya di surat kabar, majalah, berita online, literatur, dan komposisi musik. Untuk fotografi, ada dua kategori, yaitu breaking news photography dan feature photography. Pemenang breaking news photography adalah staf fotografer Reuters untuk karya fotografi mereka tentang unjuk rasa warga di Hong Kong.

https://cdn-assetd.kompas.id/0XLa-hNFm75ciFYl8FLksDfbV_o=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2FAP_20125695003966_1588662061.jpg
AP PHOTO/DAR YASIN

Para perempuan berunjuk rasa di Srinagar, Kashmir, 9 Agustus 2019.

”Kemenangan foto tentang kondisi di Khasmir adalah wujud dari keterampilan, keberanian, kecerdikan, dan kerja sama tim antara ketiga fotografer dan rekan lainnya,” tambah editor eksekutif AP Sally Buzbee melalui apnews.com. Konflik di Kahsmir telah berlangsung beberapa dekade. Kawasan yang berada di area Himalaya ini menjadi rebutan India dan Pakistan. Saat gejolak pada Agustus 2019, para pewarta foto di Khasmir mendapatkan informasi tentang unjuk rasa dan informasi lain dari mulut ke mulut. Semua sistem komunikasi saat itu telah dimatikan. Saat meliput, mereka juga menghadapi ketidakpercayaan dari pengunjuk rasa dan petugas keamanan. Pekerjaan ini telah membuat mereka meninggalkan keluarga mereka berhari-hari tanpa kabar. Memotret mungkin hal yang termudah karena selanjutnya mereka masih harus melewati sejumlah rintangan untuk membawa file foto ke bandara dan meyakinkan orang untuk mau membawa kartu memori mereka. Dar Yasin berinisiatif menitipkan kartu memori ke penumpang pesawat setelah mendapatkan saran dari kerabatnya, seorang jurnalis yang melakukan hal sama saat Khasmir bergolak pada tahun 1990-an.

Kisah sukses penyelundupan kartu memori berisi foto-foto pergolakan di Khasmir pada 2019 itu membuat seluruh warga dunia dapat melihat apa yang terjadi di tempat tersebut. Dalam salah satu foto terlihat seorang warga Khasmir yang mengenakan topeng melompat dan berupaya melemparkan batu yang digenggam ke arah kendaraan polisi. Momen beku tersebut sangat kuat dan menjadi simbol perlawanan. Foto lainnya menggambarkan suasana surealis kawanan burung yang melintas dengan latar belakang rumah yang terbakar. Foto konflik pengunjuk rasa dan petugas keamanan serta foto keseharian di Khasmir saat berlangsung kerusuhan menjadi pengisi seri foto yang memenangkan penghargaan Pulitzer 2020 itu.

https://cdn-assetd.kompas.id/fMn9NGRJg3ZrjIjG2YPuN-FFrPY=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2FAP_20125694983896_1588661591.jpg
Kompas

Seorang pengunjuk rasa melompat sambil berusaha melempar batu ke kendaraan milik polisi saat berlangsung unjuk rasa di Srinagar, Kashmir, 31 Mei 2019.

https://cdn-assetd.kompas.id/lOpJNheHPGAiXyM7fZuR8piZN0o=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2FAP_20125695437890_1588661787.jpg
AP PHOTO/DAR YASIN

Burung melintas di depan rumah yang dibakar karena diduga menjadi tempat persembunyian para pengungsi di Srinagar, Kashmir, 18 Ferbruari 2019.

Upaya tiga fotografer AP menyelundupkan kartu memori foto keluar dari Khasmir ini memperlihatkan bahwa kerja jurnalistik tidaklah gampang di kondisi-kondisi yang tidak ideal. Bagi pewarta foto, hasil foto adalah aset yang harus dilindungi. Sebagus apa pun karya foto jurnalistik tidak akan berarti jika tidak pernah dipublikasikan dan dilihat oleh khalayak. Setelah berita ditayangkan, hasil karya foto juga harus dijaga sebagai arsip. Pewarta foto Kompas, Arbain Rambey yang meliput di dalam kamar jenazah Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta pascakerusuhan di Kampus Trisakti, 12 Mei 1998, memutuskan untuk menyembunyikan negatif film yang berisi kondisi di dalam kamar jenazah. Atas saran dari senior fotografer Kartono Ryadi, Arbain memisahkan beberapa lembar film negatif ke sejumlah tempat sebagai upaya berjaga-jaga jika ada pihak yang menggeledah kantor-kantor redaksi surat kabar.

https://cdn-assetd.kompas.id/vUEYALzzjKWs4JZt3PgWh-u_PoA=/1024x647/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2FEVq6GtbU0AAATJD_1588661409.jpg
KOMPAS/ARBAIN RAMBEY

Suasana di dalam kamar jenazah Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta (12/5/1998).

Pewarta foto Kompas, Danu Kusworo, yang berada di Aceh untuk meliput masa darurat militer pada tahun 2003 dalam sebuah kesempatan bisa mendapatkan akses untuk bertemu dengan jurnalis televisi RCTI, Ferry Santoro dan Ersa Siregar, yang ditawan oleh pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Danu dan beberapa jurnalis lain bertemu dengan Ferry dan Ersa di sebuah tempat di Aceh Timur pada Minggu (6/7/2003). Setelah memotret Ferry dan Ersa dan mengirimkan foto ke Kompas, Danu dan beberapa jurnalis yang berada di lokasi pemotretan memutuskan untuk meninggalkan Aceh untuk bersembunyi. Saat foto Ferry dan Ersa yang ditawan oleh GAM dipasang di Kompas, beberapa orang mencari Danu dan jurnalis lain di penginapan yang sebelumnya ditinggali mereka di Lhokseumawe, Aceh.

https://cdn-assetd.kompas.id/8etgKFzxV-V5UaXYAPPOkqDhgUY=/1024x707/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2FTAWANAN-GAM-1-01_1588660467.jpg
KOMPAS/DANU KUSWORO

Tawanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) hari Minggu (6/7/2003) dipertemukan dengan sejumlah wartawan di Aceh Timur.

Para jurnalis tidak akan pernah berhenti menyiarkan peristiwa. Terkadang, perjalanan foto dari lokasi pemotretan hingga sampai ke meja redaksi mempunyai cerita berbeda. Foto bisa saja dikirim sembari menyeruput latte di kafe sejuk sebuah mal atau harus melalui perjalanan panjang yang mempertaruhkan nyawa para jurnalis.

Memuat data...
Memuat data...
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000