Mercedes-Benz E 350, E-Class dengan Dorongan Menyegarkan
Oleh
Dahono Fitrianto
·4 menit baca
Mercedes-Benz E 350 EQ Boost ini adalah mobil baru pertama yang diluncurkan PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia di tahun 2019 ini, tepatnya pada 25 Januari lalu. Tambahan nama ”EQ Boost” menunjukkan keseriusan Mercedes-Benz untuk memasuki era mobil listrik di Tanah Air.
Selain menjadi sedan E-Class termewah yang dipasarkan di Indonesia saat ini, Mercy E 350 juga menjadi mobil ketiga yang dilengkapi teknologi EQ Boost. Sebelumnya PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) meluncurkan Mercedes-Benz CLS 350 EQ Boost pada Oktober 2018 dan Mercedes-Benz C 200 EQ Boost pada Desember 2018.
Radite Erlangga, Department Head of Product and Pricing PT MBDI, mengatakan, E 350 dengan teknologi EQ Boost ini sudah dirakit lokal di pabrik Mercedes-Benz Indonesia di Wanaherang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. E 350 menggunakan basis mesin berkode M264 empat silinder berkapasitas 2.0 liter (1.991 cc) dilengkapi turbo gulungan ganda (twin-scroll), yang sama dengan mesin Mercy CLS 350.
Di atas kertas, mesin ini mengeluarkan tenaga maksimum 299 HP dan torsi puncak 400 Nm. Mesin kemudian mendapat tambahan tenaga dari sebuah motor listrik 48 volt dalam sebuah sistem hibrida ringan (mild-hybrid). Motor listrik ini memberikan dorongan (boost) tenaga sebesar 13 HP dan torsi 150 Nm.
”Sehingga riilnya, tenaga mesin menjadi lebih dari 300 HP dan torsinya melampaui 500 Nm,” ungkap Department Head Public Relations PT MBDI Dennis A Kadaruskan.
Di jalanan nyata, saat Kompas menguji Mercedes-Benz E 350 baru, ini, di seputar Jakarta, 14-17 Februari 2019, terasa bagaimana tenaga sedan premium ini lebih besar jika dibandingkan Mercedes-Benz E 300 yang lebih dulu diuji. Di trek pengujian khusus yang dipilih, kecepatan hingga 200 km per jam dicapai tanpa susah payah saat mode berkendara dialihkan ke mode Sport+.
Selain menambah tenaga mesin, sistem EQ Boost ini juga diklaim akan meningkatkan efisiensi bahan bakar. Tambahan tenaga dari motor listrik ini, misalnya, membantu dalam akselerasi awal saat mobil bergerak dari kondisi diam.
Sehingga riilnya, tenaga mesin menjadi lebih dari 300 HP dan torsinya melampaui 500 Nm.
Sistem ini juga menggunakan energi inersia saat deselerasi, baik saat pedal gas dilepas maupun direm, untuk mengecas ulang baterai buat motor listriknya.
”Mobil juga bisa melakukan gliding atau sailing saat mobil bergerak dalam kecepatan konstan di rentang kecepatan 30-200 km per jam. Ini artinya, mesin melakukan decoupling alias tak terkoneksi dengan transmisi agar tidak terjadi efek beban mesin,” papar Dennis.
Dalam pengujian di dunia nyata selama tiga hari, konsumsi BBM Mercedes E 350 ini berada pada posisi rata-rata 8,3 km per liter berdasarkan layar multi-information display (MID) mobil. Angka ini didapatkan dari berbagai kondisi berkendara yang sebagian besar berada di medan perkotaan, mulai dari bermacet-macet, kecepatan konstan 60-80 km per jam, hingga akselerasi maksimum.
Fitur baru
Selain teknologi EQ Boost, sedan E-Class termewah yang dibanderol Rp 1,499 miliar (off the road), tersebut, juga dipasangi berbagai fitur dan perlengkapan tambahan yang belum ada di varian E 200 dan E 250. Salah satu yang langsung terlihat adalah panoramic sliding roof, atap kaca di bagian kabin depan dan belakang; dan lapisan kulit Nappa yang membungkus seluruh kursi.
Dua fitur keselamatan aktif disematkan, yakni Blind Spot Assist dan Active Lane Keeping Assist. Fitur yang kedua berfungsi dengan lembut saat mobil melanggar marka jalan tanpa pengemudi mengaktifkan lampu sein.
Di jalan dengan marka putus-putus, setir mobil akan bergetar-getar untuk mengingatkan pengemudi. Sementara saat mobil melanggar marka jalan tak terputus, salah satu roda depan mengerem otomatis sehingga mobil ”ditarik” kembali ke jalur yang benar. Pada saat bersamaan tampil grafis indikator di layar instrumen yang menunjukkan mobil melanggar garis marka.
Fitur konektivitas dengan telepon pintar iPhone melalui aplikasi Apple Car Play berfungsi tanpa kendala. Tampilan navigasi aplikasi Waze, misalnya, bisa langsung ditayangkan di layar 12,5 inci di tengah dasbor. Namun, saat dicoba dengan ponsel Android, fitur Android Auto tidak bisa berfungsi. Saat dicek di ponsel, ada notifikasi bahwa aplikasi ini tidak bisa berfungsi di Indonesia.
Lebih dari 40 persen dari pembeli Mercedes mempertimbangkan mobil listrik sebagai pilihan mereka berikutnya.
Tampilan mobil juga lebih sangar karena E 350 yang dipasarkan di Indonesia berasal dari varian AMG Line. Dengan sendirinya, ada berbagai komponen body styling bernuansa sporty khas AMG, termasuk velg palang lima berukuran 19 inci dengan inisial AMG.
Konsekuensi velg yang lebih besar diameternya adalah ban yang profilnya lebih tipis sehingga saat melindas lubang atau jalan tidak rata, bantingan suspensi E 350 ini terasa agak keras. Walau tanpa mengganggu kenyamanan keseluruhan atau pengendalian.
Presiden Direktur MBDI Roelof Lamberts mengatakan, penerapan teknologi EQ Boost ini hanya langkah awal dari pengenalan teknologi EV (electric vehicle) Mercedes-Benz di Indonesia.
”Kami sudah melakukan beberapa langkah untuk menyiapkan pasar (Indonesia) bagi kedatangan kendaraan hybrid dan plug-in hybrid. Dan berdasarkan studi kami, lebih dari 40 persen dari pembeli Mercedes mempertimbangkan mobil listrik sebagai pilihan mereka berikutnya,” kata Lamberts, Januari lalu.