Honda mengembangkan teknologi yang dapat membantu pengemudi terhindar dari mencelakakan diri sendiri dan orang lain. ”Kompas” pun menjajal sendiri berbagai fitur keselamatan aktif nan canggih ini di Jepang.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA
·5 menit baca
Honda mengembangkan teknologi yang dapat membantu pengemudi terhindar dari mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Honda mengundang jurnalis Indonesia ke Jepang untuk mencoba fitur keselamatan pada mobil produksi Honda di kompleks Sirkuit Twin Ring Motegi, Kamis (24/10/2019), dan di lintasan uji coba mobil milik Japan Automobile Research Institute atau JARI, Jumat (25/10).
Fitur-fitur keselamatan pada mobil Honda memakai nama Honda Sensing. Honda Sensing memiliki dua sensor, yakni sensor millimeter-wave radar yang terpasang di moncong mobil dan sensor monocular camera yang terpasang di kaca depan mobil.
Ada lima fitur keselamatan, yaitu Collision Mitigation Braking System (CMBS), Lane Keeping Assist System (LKAS), Road Departure Mitigation (RDM), Adaptive Cruise Control (ACC) with Low Speed Follow (LSF) atau fitur membuntuti, dan Pedestrian Collision Mitigation Steering System.
CMBS adalah fitur menghindari tabrakan ketika sistem mendeteksi kemungkinan tabrakan. Jurnalis mencoba fitur ini pada Honda N Box, yaitu mobil kecil (Kei Car) untuk pasar Jepang. Uji coba dilakukan di kompleks Sirkuit Twin Ring Motegi dengan jarak sekitar 100 meter kemudian di ujungnya dipasang mobil tiruan (dummy).
Kompas yang baru pertama kali mencoba fitur CMBS merasa ”deg-degan” karena mobil meluncur dengan kecepatan 30 km per jam, tetapi tidak boleh menginjak rem. Setelah Kompas melepas pedal gas, mobil berhenti ketika moncong N Box hampir mencium mobil tiruan.
Lega rasanya karena sistem CMBS bekerja dengan baik. Beberapa jurnalis ada yang gugup sehingga lupa melepas pedal gas. Akibatnya, N Box meluncur menabrak mobil tiruan.
CMBS akan aktif pada kecepatan di atas 5 km per jam dan masih efektif membantu pengereman sampai kecepatan 100 km per jam. Namun, keefektifan CMBS juga bergantung pada kondisi cuaca, kondisi ban, dan beban dalam mobil.
Mengaktifkan LKAS
Uji coba fitur LKAS dan ACC-LSF dilakukan di lintasan kompleks JARI pada hari berikutnya setelah uji coba di Sirkuit Motegi. Hujan turun deras saat uji coba di JARI karena dampak Topan Hagibis yang menghantam Jepang pekan sebelumnya.
Fitur LKAS membantu pengemudi agar mobil tetap berada dalam jalurnya. Fitur ini memberikan peringatan dan menggerakkan setir mobil secara otomatis jika mobil melenceng dari marka jalan. LKAS sangat membantu di jalan tol, tetapi tidak ada gunanya di jalan macet seperti di Jakarta.
LKAS dihidupkan dan dimatikan dengan menekan tombol di setir. Sistem secara otomatis akan mati saat pengendara melepas kedua tangannya dari gagang setir, sebaliknya sistem kembali beroperasi saat pengendara menggerakkan setir.
Walaupun terlihat mudah, Kompas gagal merasakan fitur LKAS ini pada mobil Honda Insight Hybrid. Penerjemah meminta Kompas sedikit menggoyang setir ke kanan agar mobil keluar dari marka. Ketika Kompas mengarahkan mobil keluar dari marka, mobil justru menambah kecepatan dengan otomatis.
”Rem, rem! Sekarang silakan coba lagi,” kata penerjemah yang duduk di kursi belakang.
Kompas mencoba lagi mengaktifkan LKAS, tetapi gagal untuk kedua kalinya karena mobil justru semakin kencang. Kegagalan ini kemungkinan karena Kompas terlalu banyak membelokkan setir.
Fitur membuntuti
Fitur yang terasa menyenangkan adalah ACC-LSF. Dengan mengaktifkan fitur ini, mobil akan mengintil alias membuntuti mobil di depannya (target). Kelebihan fitur ini adalah dapat menjaga jarak aman dengan mobil yang diikutinya.
Fitur mengintil ini hanya aktif pada kecepatan 60 km per jam ke atas. Fitur ini cukup membantu jika mobil berjalan di tol. Jika ada kendaraan lain yang menyalip lalu masuk dalam iringan, mobil secara otomatis akan berpindah target mengikuti mobil yang ada di depannya. Fitur ini akan mati ketika mobil yang jadi target meninggalkan jalur atau berhenti.
Kompas sempat ragu ketika penerjemah meminta melepas pedal gas dan tidak perlu menggerakkan setir. Ternyata setelah mengaktifkan ACC-LSF, mobil yang dinaiki Kompas langsung menyinkronkan arah dan kecepatan dengan mobil di depannya yang menjadi target.
Ketika masuk ke tikungan, mobil berbelok sendiri. Ketika mobil yang diikuti tancap gas, mobil yang dinaiki Kompas otomatis menambah kecepatan. Begitu juga ketika mobil yang di depan mengerem, mobil yang dinaiki Kompas ikut mengerem. Dengan mengaktifkan fitur ACC-LSF, kedua kaki bisa istirahat total.
Fitur Honda Sensing lainnya adalah Road Departure Mitigation (RDM), yang berfungsi mengenali garis marka jalan terputus-putus ataupun sambung serta reflektor di jalan. Berbagai peringatan akan muncul saat RDM mendeteksi mobil menyimpang dari marka jalan. Peringatan muncul di layar Driver Information Interface (DII) diikuti getaran pada setir. RDM aktif pada kecepatan di atas 72 km per jam.
Sementara fitur Pedestrian Collision Mitigation Steering System adalah fitur khusus mendeteksi pejalan kaki dan garis batas samping untuk menghindari tabrakan.
Presiden of Honda R&D Asia Pacific Nobuyuki Aoyama mengungkapkan, untuk mewujudkan masyarakat bebas kecelakaan, Honda menyempurnakan fungsi Honda Sensing. Teknologi Honda Sensing lahir dari riset mengenai berkendara secara otonom yang memberikan rasa tenteram dan percaya diri.
”Honda Sensing telah diperkenalkan di wilayah Asia dan Oseania sejak 2014. Sejak saat itu, kami berupaya mengaplikasikan fitur tersebut ke berbagai model,” ujar Aoyama.
Makoto Otabe selaku R&D Honda mengatakan, kunci Honda Sensing adalah gabungan dari fungsi radar gelombang milimeter di bagian depan kendaraan dan kamera di kaca depan. Kamera beresolusi tinggi dapat mengenali kendaraan, marka jalan, dan pejalan kaki. Radar gelombang milimeter dapat mendeteksi obyek dalam jarak jauh yang bergerak dalam berbagai kecepatan.
”Perpaduan radar gelombang milimeter dan kamera meningkatkan efektivitas sistem dalam mitigasi kecelakaan dan mengurangi beban pengemudi,” katanya.
Secanggih apa pun teknologi keselamatan pada mobil masih memiliki kelemahan. Faktor yang terpenting adalah faktor sikap pengemudi itu sendiri karena teknologi hanya membantu bukan menjamin keselamatan 100 persen.
Faktor yang terpenting adalah faktor sikap pengemudi itu sendiri.