Kini ”Streaming” Video Bisa Hemat 50 Persen Kuota Internet
”Codec” video terbaru, VVC memungkinkan penggunaan data 50 persen lebih hemat untuk kualitas video yang sama.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·3 menit baca
BERLIN, KOMPAS — Dengan kecepatan internet yang sama, kualitas video yang Anda putar akan dua kali lipat lebih bagus. Ini adalah kemampuan yang dijanjikan standar codec video terbaru bernama H.266/versatile video coding atau VVC.
Standar codec ini diperkenalkan oleh Fraunhofer Heinrich Hertz Institute (Fraunhofer HHI) pada Rabu (6/7/2020). Codec adalah sebuah sirkuit elektronik ataupun perangkat lunak yang digunakan untuk menerjemahkan baris kode pada sebuah file menjadi video yang bisa ditonton, dan sebaliknya.
VVC menjanjikan penggunaan data 50 persen yang lebih efisien untuk kulaitas yang sama dibandingkan dengan standar pendahulunya, H.265/high efficiency video coding atau HEVC.
Sebagai contoh, apabila HEVC membutuhkan 10 gigabit (GB) data untuk menampung video beresolusi 4K berdurasi 90 menit, VVC hanya membutuhkan 5 GB. Ini akan membuat streaming video berkualitas tinggi melalui jaringan internet menjadi lebih ringan.
Dengan efisiensi yang dijanjikan ini, diharapkan VVC dapat berguna untuk berbagai macam penggunaan; dari video 360º realitas virtual hingga menonton konten di layar televisi beresoluti ultra-tinggi. Hal ini sesuai dengan namanya, ”versatile”, yang artinya serba guna.
”Setelah pengembangan yang berjalan sekitar tiga tahun, kami bangga sudah berkontribusi besar pada VVC. Dengan efisiensi yang dapat diraih VVC, penggunaan video akan meningkat tajam di seluruh dunia,” kata Kepala Video Coding System Group di Fraunhofer HHI.
Pengembangan ini hasil kerja sama Fraunhofer HHI beserta pelaku industri, antara lain Apple, Ericsson, Intel, Huawei, Microsoft, Qualcomm, dan Sony.
Kepala Departement Video Coding and Analytics Fraunhofer HHI Thomas Schierl mengatakan, pihaknya akan merilis perangkat lunak encoder dan decoder pertama VVC pada musim gugur 2020 ini.
Masih beberapa tahun lagi
VVC memang menjanjikan kemampuan yang sangat menarik. Namun, menilik sejarahnya, sebuah codec baru akan dipergunakan luas setelah beberapa tahun. Pendahulu VVC, yakni HEVC, dirilis pada 2013. Apple baru menerapkan codec ini pada iOS 11 pada 2017. Bagi pengguna iPhone, pengaturan codec dapat dilihat di Settings > Camera > Formats.
Bahkan, standar pendahulu HEVC, yakni H.264 atau AVC, masih mendominasi konten video yang beredar di internet. Berdasarkan hasil riset pasar yang dilakukan perusahaan teknologi Bitmovin, AVC adalah codec yang digunakan 91 persen pelaku industri video pada 2019.
Anggota Board of Governors dari perhimpunan editor film Inggris British Film Editors, Alex Gollner, mengantisipasi VVC baru akan marak digunakan oleh masyarakat dan industri pada 7-8 tahun mendatang.
”Draf H.265 (HEVC) diperkenalkan pada 2010. Format ini masih sedikit menggunakan sampai 8 tahun kemudian,” katanya melalui akun Twitternya.
”Open source”
Dalam daftar perusahaan yang turut mengembangkan VVC tidak tampak raksasa teknologi Google. Hal ini karena Google telah mengembangkan codec formatnya sendiri yang bebas royalti.
Untuk menyaingi HEVC, Google merilis codec bernama VP9 pada 2013. Hal utama yang membedakan adalah VP9 merupakan codec yang terbuka dan bebas royalti.
Artinya, setiap perusahaan yang membaut perangkat lunak berkemampuan menulis dan membaca file video ber-codec VP9 tidak perlu membayar. VP9 ini adalah codec video yang digunakan oleh Youtube.
Ini berbeda dengan HEVC. Setiap gawai yang memiliki kemampuan membaca atau menulis file video HEVC, baik itu konsol gim, kamera, maupun aplikasi pemutar HEVC, harus membayar royalti.
Berdasarkan HEVCAdvance, perusahaan administrator lisensi HEVC per Juli 2020, setiap gawai yang dijual dikenai royalti 0,2-0,8 dollar AS.
Sikap untuk meninggalkan codec berbayar ini tidak hanya dimiliki oleh Google. Pada 2015, Google bersama Amazon, Intel, Cisco, Microsoft, Mozilla, dan Netflix mendirikan Alliance for Open Media (AOMedia) untuk mengembangkan codec tanpa royalti. Kemudian bergabung Facebook, Apple, Samsung, dan Tencent.
Kini AOMedia mengembangkan penerus VP9, yakni AV1. AV1 lebih efisien 34 persen dibandingkan VP9.
Pada Maret 2020, Netflix mengumumkan bahwa aplikasi Netflix di Android sudah bisa menampilkan video dalam bentuk AV1. Pengguna dapat memakai ini untuk mengurangi penggunaan data mereka.
”Dengan fondasi penggunaan AV1 sudah kami buat, kami akan membuat aplikasi Netflix yang mampu membaca AV1 di PS4,” kata Manager of Android Player Infrastructure Netflix Jeff Watts.