Google Berencana Gabungkan Google Cloud, AWS, dan Azure
Google meluncurkan fitur analisis big data lintas platform, memungkinkan pengguna mengakses data di AWS dan Microsoft Azure. Sementara itu, Microsoft melengkapi Azure dengan layanan machine learning analisis teks medis.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Google merilis sebuah fitur baru bagi para pengguna platform komputasi awannya, Google Cloud, bernama BigQuery Omni. Dengan fitur ini, pengguna dapat mengakses data baik yang terdapat di Google Cloud maupun platform komputasi awan lainnya seperti Amazon Web Services dan Microsoft Azure secara sekaligus.
General Manager and Vice President of Engineering dari Google Cloud Debanjan Saha pada Selasa (14/7/2020) mengatakan, BigQuery akan membuat pelanggan bisa langsung mengakses data mereka di Google Cloud, AWS, dan Azure untuk analisis tanpa perlu memindahkan atau menyalin set data.
Berbagai set data dari platform komputasi yang berbeda dapat diakses dari satu tampilan antarmuka (interface).
”BigQuery Omni menyediakan keleluasaan bagi perusahaan untuk menyatukan data dan melakukan analisis tanpa perlu membayar biaya pemindahan data yang mahal dari penyedia layanan cloud lain ke Google Cloud,” ujar Debanjan Saha dalam konferensi pers yang digelar secara virtual.
Saat ini, BigQuery tersedia dalam fase Private Alpha untuk AWS S3, dengan dukungan untuk Azure yang akan segera menyusul. BigQuery Omni mendukung data dengan tipe Avro, CSV, JSON, ORC, dan Parquet.
Selain itu, Google juga memperkenalkan layanan bernama Confidential VM. Ini adalah mesin virtual (virtual machines/VM) di mana data yang diolah oleh prosesor terenkripsi tidak hanya di server penyimpanan, tetapi juga di memory.
”Pelanggan di berbagai industri dihadapkan dengan kompleksitas dari aspek kepatuhan dan privasi di cloud, terutama di industri yang diregulasi seperti jasa keuangan, kesehatan, dan pemerintahan,” kata Sunil Potti, General Manager and VP of Security Google Cloud.
Layanan ini hanya dapat digunakan pada platform mesin virtual yang menggunakan prosesor AMD Epyc generasi kedua. Ini artinya, apabila menilik situs Google Cloud, pelanggan hanya dapat memiliki tipe mesin virtual ”E2” dan ”N2D”.
Pada hari ini, Google juga memulai rangkaian acara ”Google Cloud Next OnAir ’20”. Ini adalah serangkaian webinar gratis dengan total 200 sesi mengenai kondisi industri teknologi saat ini.
Sesi yang digelar memiliki berbagai tema; dari sesi tentang penerapan kecerdasan buatan untuk para pemimpin perusahaan, industri gim, hingga mengenai isu keragaman dan inklusivitas dalam teknologi.
Analisis teks medis
Sementara itu, pada pekan lalu, Microsoft juga meluncurkan fitur baru untuk platform komputasi awan Azure, khususnya pada layanan Azure Cognitive Services. Azure Cognitive Services pada prinsipnya adalah layanan mesin pintar (machine learning) siap pakai.
Menggunakan berbagai aplikasi dalam Azure Cognitive Services, pengguna dapat memanfaatkan sejumlah fitur, dari menerjemahkan teks hingga mengidentifikasi manusia dalam foto; total ada belasan fitur machine learning yang tersedia.
Pada pekan lalu, Microsoft menambahkan empat kemampuan baru, di antaranya Text Analytics for Health, Form Recognizer, dan suara Text-To-Speech yang baru.
Corporate Vice President Azure AI Eric Boyd mengatakan, Text Analytics for Health memungkinkan komputer membantu pengguna untuk memaknai teks yang berkaitan dengan kesehatan dan medis.
Dengan ini, kata Boyd, para tenaga medis, peneliti, dan perusahaan dapat mengekstrak informasi dari data medis yang tidak terstruktur seperti catatan medis biasa hingga dokumen protokol uji klinik.
”Fitur ini bisa memproses berbagai jenis data tanpa harus menyesuaikan aplikasi dengan setiap jenis data yang harus diolah,” kata Boyd.
Fitur Form Recognizer di sisi lain dapat mengekstrak tabel dan formulir dari berbagai dokumen menjadi format yang dapat diolah oleh komputer. Fitur ini tidak hanya mengekstrak dari file PDF, tetapi juga bisa dari file foto.
”Form Recognizer membantu kami mengubah unstructured data menjadi informasi yang bernilai, menghemat 400 jam mengisikan data secara manual. Hal ini membuat karyawan kami dapat melakukan hal-hal yang lebih strategis,” tulis VP Strategy Wilson Allen, Norm Mullock, dalam keterangan tertulis.
Microsoft juga menambah 15 suara yang dapat dijadikan opsi dalam layanan text-to-speech; membacakan teks. Sejumlah suara ini antara lain Salma dan Zariyah dalam bahasa Arab, Alba dalam bahasa Catalan, Swara dalam bahasa Hindi, Colette dalam bahasa Belanda, Dariya dalam bahasa Rusia, Hillevi dalam bahasa Swedia, Achara dalam bahasa Thai, dan HsiaoYu dalam bahasa Mandarin Taiwan.