Anak-anak perlu didampingi agar tidak tertekan selama berbulan-bulan di rumah akibat pandemi. Sejumlah orangtua putar otak agar anak betah di rumah. Psikolog menyarankan orangtua menyediakan waktu bermain bersama anak.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan perpanjangan masa pembatasan sosial berskala besar atau PSBB transisi, orangtua mencari akal agar anak-anak tetap terhibur di dalam rumah. Ada yang bersiasat dengan memperbarui mainan, ada pula yang membuat aktivitas keluarga di akhir pekan.
Rini (35), manajer di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, mengaku sempat kesulitan mencari cara agar anak-anaknya betah di rumah selama pandemi Covid-19. Ia mengandalkan gawai dan internet untuk hiburan mulanya. Kini, ia mendorong anak bermain dengan beragam mainan yang ia sewa.
”Saya browsing tips agar anak bisa bermain di dalam rumah supaya mereka tidak main gawai terus. Akhirnya saya sewa mainan. Suatu waktu saya sewa perosotan selama dua minggu, lalu pernah juga sewa satu bak pasir kinetik yang biasa dimainkan anak-anak,” kata ibu dua anak tersebut di Jakarta, Minggu (19/7/2020).
Rini juga membeli beberapa mainan baru untuk anaknya yang berusia 8 tahun dan 3 tahun itu. Beberapa di antaranya ialah puzzle dan plastisin warna-warni. Ia juga mengeluarkan sejumlah mainan lama anak-anaknya dari gudang untuk dimainkan kembali. ”Stok mainan dikeluarkan satu per satu supaya mereka tidak bosan,” ujarnya.
Di akhir pekan, Rini beserta suami kerap mengajak anak-anak bermain permainan yang bisa dilakukan sekeluarga, seperti permainan tebak kata, ular tangga raksasa, dan meniup gelembung. Anak-anak juga melakukan permainan fisik di area rumah, seperti berenang dan bulu tangkis.
”Anak-anak paham bahwa mereka tidak bisa keluar rumah karena pandemi. Anak bungsu saya bahkan memahami virus korona sebagai monster. Walau demikian, untunglah mereka betah di rumah,” kata Rini.
Anak-anak paham bahwa mereka tidak bisa keluar rumah karena pandemi. Anak bungsu saya bahkan memahami virus korona sebagai monster. Walau demikian, untunglah mereka betah di rumah. (Rini)
Warga Bekasi, Eka Mega (34), mengatakan, dirinya tidak terlalu terkendala untuk menjaga putrinya yang berumur 8 tahun terhibur. Sebab, putrinya punya sejumlah jadwal les yang membuat ia sibuk. Les tersebut dilaksanakan secara virtual beberapa kali dalam sepekan.
”Ketika ada waktu luang, anak saya senang bermain gim, menonton video di Youtube, atau menonton televisi. Saya juga beberapa kali mengajak anak membuat makanan ringan, mewarnai gambar, dan membuat prakarya bersama,” kata Eka.
Putri Eka mulai menunjukkan tanda bosan di rumah karena merindukan teman-temannya. Eka pun bersiasat dengan mengajak bersepeda di sekeliling rumah. Ia juga mengajak anaknya bermain ke rumah teman sebaya atau rumah para sepupu.
”Mereka kami biarkan berlari di taman. Tentu dengan pengawasan orangtua dan mereka tetap menggunakan masker,” ujar Eka.
Buat jadwal kegiatan
Sebelumnya, psikolog Mira Amir mengatakan, orangtua perlu mengajak anak untuk membuat rencana kegiatan per hari. Ini untuk membantu anak memahami konsep waktu selama beraktivitas di rumah. Dengan ini, anak pun diarahkan untuk memandang hari esok dengan optimistis.
Mira juga menyarankan orangtua menyediakan waktu bermain bersama anak. Waktu bermain berkisar 15-30 menit selama dua kali dalam sehari.
”Di waktu ini, orangtua melakukan kegiatan yang disukai anaknya, misalnya menggambar atau bermain bola. Kegiatan ini juga harus dievaluasi untuk memantau kondisi emosional anak. Jangan sampai anak tidak bahagia, lalu ’meledak’ kemudian,” kata Mira.