Dengan bahasa desain yang gagah dan kekar menyerupai Mercedes-Benz GLS, mobil baru ini layak dijuluki ”Baby GLS”. Inilah anggota keluarga terbaru merek berlogo bintang sudut tiga ini, Mercedes-Benz GLB.
Oleh
Dahono Fitrianto
·5 menit baca
Bentuknya mengingatkan pada Mercedes-Benz GLS: kekar, gagah, dan macho. Hanya, dalam ukuran lebih kecil. Jadi, cocoklah kiranya jika kita panggil Mercedes-Benz GLB ini dengan julukan ”Baby GLS”.
Wajar belaka, mengingat julukan baby-baby-an ini dulu juga dipopulerkan Mercedes. Kala itu, dekade 1980-an, pabrikan asal Stuttgart, Jerman, ini memperkenalkan pertama kali sedan W201, yang kemudian menjadi cikal bakal sedan C-Class. Di Indonesia, kita lebih mengenal sedan kompak ini dengan nama serinya, Mercedes-Benz 190E.
Karena dimensinya yang lebih kecil dari semua sedan Mercy waktu itu, keluarlah julukan kesayangan ”Baby Benz”. Dari luar, sedan ini memiliki garis-garis desain yang sangat mirip dengan ”kakak”-nya dari seri E-Class, yakni Mercedes-Benz W124, hanya berukuran lebih kompak.
Itu semua sedikit kilas balik dari era kejayaan sedan, saat sebagian besar produk mobil penumpang Mercedes masih berupa sedan. Bahkan, saat si Baby Benz keluar pada 1982, baru ada satu model SUV yang dikelurkan Mercy, yakni Mercedes-Benz G-Wagen yang menjadi cikal bakal G-Class nan legendaris.
Namun, kini di abad SUV ini, saat satu dari tiga produk Mercedes yang terjual di dunia berwujud SUV atau crossover SUV, tak heran jika pabrikan berlogo bintang tiga sudut ini juga membuat versi ”baby” dari SUV terbesar dan termewahnya, Mercedes-Benz GLS-Class. Mercedes-Benz GLB ini adalah produk yang sama sekali baru dan melengkapi lini produk SUV pabrikan tersebut.
Dari sudut pemosisian produk, Mercedes GLB berada di antara GLA dan GLC yang lebih dulu ada. Meski menggunakan platform yang sama dengan GLA, GLB ini memilih bahasa desain yang sama sekali berbeda. Tak ada jejak-jejak crossover yang mengutamakan penampilan sporty, manis, dan mirip-mirip coupe.
Bahasa desain GLB lebih dekat ke GLS atau GLE. Bahkan, desain lampu belakang pun mirip kedua kakaknya itu. Secara umum garis desainnya kekar, dengan sisi-sisi yang tegak dan bentuk keseluruhan cenderung kotak. Overhang pendek di depan dan belakang memberi kesan tampilan mobil yang siap merambah medan off-road.
Disebut ”baby” juga karena ukurannya kompak. Panjang 4,634 meter (m), lebar 2,020 m, dan tinggi 1,663 m, dengan jarak antarporos roda 2,829 m. Bandingkan dengan GLS terbaru yang memiliki panjang 5,214 meter dan lebar 2,030 meter.
Walau dimensinya kompak, dan bahkan lebih pendek daripada GLC, Mercedes GLB ini berisi tiga baris kursi dengan tujuh tempat duduk. Memang, tak banyak ruang di kursi baris ketiga. Stiker yang menempel di dinding pintu baris kedua menyebut, baris ketiga ini untuk orang dengan ketinggian maksimum 169 sentimeter (cm).
Namun, Kompas yang memiliki tinggi badan 160 cm saja sudah merasa klaustrofobik di baris ketiga itu. Selain karena sempit, juga karena sandaran kursi baris kedua di depannya didesain cukup tinggi. Ruang untuk kaki sedikit bisa dinegosiasikan karena kursi baris kedua bisa ditarik maju mundur. Namun, tetap saja kursi baris ketiga ini lebih cocok untuk anak-anak.
Meski demikian, Mercedes tetap berusaha membuat kursi baris ketiga ini ”manusiawi” dengan memberikan dua lubang penyimpan gelas (cup holder) dan dua soket USB-C untuk mengecas gawai.
Satu lagi sisi minus saat kursi baris ketiga ini ditegakkan adalah ruang bagasi yang nyaris hilang. Bahkan, koper ukuran kabin (20 inci) pun tak bisa diletakkan di ruang kecil tersisa di balik sandaran kursi baris ketiga. Hanya ransel kecil atau travelling bag yang cukup dimasukkan ke sana.
Begitu kursi paling belakang ini dilipat, baru tersedia ruang bagasi yang cukup luas, hingga mencapai 560 liter. Saat kursi baris kedua juga dilipat, tersedia ruang kargo hingga 1.755 liter.
Platform A-Class
Saat ini hanya ada satu varian GLB yang masuk ke Indonesia, yakni Mercedes-Benz GLB 200 Progressive Line. Sebagai mobil yang dikembangkan dari platform yang sama dengan Mercedes-Benz A-Class, GLB 200 ini mengusung mesin yang sama dengan A 200, yakni mesin bensin 4 silinder berkapasitas 1.3 liter (1.332 cc) dengan turbo.
Mesin berkode M282 yang dikembangkan Mercedes bersama aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi ini menelurkan tenaga maksimum 163 HP pada putaran mesin 5.500 rpm dan torsi puncak 250 Nm pada rentang 1.620-4.000 rpm. Tenaga mesin disalurkan ke roda depan melalui transmisi kopling ganda (DCT) tujuh tingkat percepatan.
Tidak hanya mesin yang diusung dari A-Class ke GLB ini. Interiornya pun mirip-mirip, dengan dua layar berukuran 10,25 inci berdampingan. Satu berfungsi sebagai layar instrumen, dan satu lagi menjadi layar infotainment. Sistem antarmuka MBUX (Mercedes-Benz User Experience) dengan perintah suara ”Hey, Mercedes” pun sudah jadi standar seperti di A-Class.
Yang membedakan, pada desain interior hanya ada pegangan pintu dari bahan berwarna aluminium berbentuk tubular yang mengesankan kekekaran dan kekuatan. Aksen aluminium tubular ini juga ditemukan di konsol dan dasbor di atas laci. Sementara semua kursinya dibalut kulit sintetis Artico.
Kompas mendapat kesempatan menguji GLB 200 berwarna biru metalik Galaxy Blue pekan lalu sebelum mobil ini resmi diluncurkan kepada publik hari ini, Kamis (24/9/2020). Kesan pertama adalah ruangan yang lega meski dari luar kelihatan mobil ini kecil.
Tenaga dari mesin juga tersalur dengan baik sehingga mengemudikan mobil, yang akan bersaing dengan BMW X1 dan Audi Q3 (walau keduanya tak memiliki versi tujuh tempat duduk), ini cukup menyenangkan. Mobil terasa lincah dikemudikan dan percaya diri untuk dibawa masuk ke jalan-jalan sempit atau bermanuver di tengah kemacetan. Apalagi, posisi kursi pengemudi cukup tinggi (commanding position) sehingga pandangan ke jalan lebih leluasa.
Rasa premium sebuah Mercedes-Benz juga masih didapatkan pada mobil yang akan dibanderol Rp 829 juta (off the road) ini. Bantingan suspensi masih terasa nyaman dan kekedapan kabin cukup bagus. Walau demikian, berbagai bahan plastik keras masih mudah ditemukan di mobil untuk kelas pemula ini.
Berbagai fitur canggih juga sudah standar di mobil yang dirakit di pabrik Mercedes di Aguascalientes, Meksiko, ini, mulai dari ambient lighting dengan kombinasi warna yang sangat banyak, AC dua zona, Active Brake Assist, Blind Spot Assist, hingga sistem parkir swakemudi Parktronic. Yang terasa hilang pada mobil kompak premium ini hanya sunroof dan head up display.
GLB memang tampil gagah untuk mereka yang menginginkan versi kecil dari GLS. Selamat datang, ”Baby GLS”!