Gelombang budaya pop Korea Selatan (”hallyu”) tidak hanya datang membawa K-pop dan K-drama. ”Hallyu” juga membawa gelombang lain ke negara-negara yang diinvasi, industri kecantikan ala Korea Selatan.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·4 menit baca
Gelombang budaya pop Korea Selatan (hallyu) tidak hanya datang membawa K-pop dan K-drama. Apabila diperhatikan lebih detail, hallyu membawa serta kebudayaan dan kebiasaan masyarakat setempat. Perawatan kulit atau skin care adalah salah satunya.
Para tentara lelaki di drama Descendants of the Sun merayakan kepulangan mereka ke Korea Selatan dengan merawat diri. Masker lembaran digunakan selama 10 menit di wajah agar kulit sehat bercahaya. Setelahnya, mereka menepuk-nepuk wajah agar serum dari masker meresap ke kulit.
Di drama The Time We Were Not in Love, Choi Won (Lee Jin-wook) pun ikut merawat kulitnya. Ia bersama adiknya, Mi-hyang (Jin Kyung), bersantai di rumah sambil menempelkan potongan mentimum di wajah.
Adegan-adegan tersebut menggambarkan betapa umumnya budaya merawat kulit di Korea Selatan. Hal ini tidak hanya berlaku untuk perempuan, tetapi juga lelaki. Budaya ini disisipkan secara subtil dalam adegan sejumlah drama sehingga melekat di benak penonton.
Drama televisi itu sedikit banyak telah mengajarkan penonton tentang dasar-dasar merawat kulit. Di Indonesia, demam skin care semakin kentara beberapa tahun terakhir. Kendati tren perawatan wajah sudah ada sejak belasan tahun lalu di Indonesia, hallyu bisa dibilang sebagai katalisator tren ini.
10 tahap perawatan kulit ala Korea
Ada 10 tahap perawatan kulit yang populer di Korsel. Tahap itu dimulai dengan membersihkan wajah sebelum mandi. Produk pembersih wajah yang digunakan beragam, mulai dari pembersih berbasis minyak, air, hingga yang berbentuk gel.
Setelah itu, wajah kembali dibersihkan dengan sabun khusus wajah. Para pemberi pengaruh kecantikan (beauty influencer) mengatakan, sabun harus digosok di tangan hingga berbusa sebelum digunakan untuk membersihkan wajah. Tujuannya, agar kulit wajah tidak kering.
Bermula dari coba-coba, kini ia menjadi konsumen produk kecantikan Korea Selatan. Ia juga memperluas wawasan produk skin care dengan melihat ulasan beauty influencer.
Wajah yang sudah bersih lalu diberi produk pengupas (exofiliator) untuk mengangkat sel kulit mati. Setelah itu, wajah dirawat dengan beragam produk lain, seperti essence, serum, pelembab, krim mata, dan masker lembaran.
Mahasiswa magister di China, Brilliantika (25), turut mengikuti rangkaian perawatan wajah. Wajahnya yang semula berjerawat kini menunjukkan perubahan positif. Jerawat di wajahnya hilang dan kulit wajahnya menjadi lebih lembab.
”Aku membersihkan wajah dengan miscellar water dan sabun wajah pada pagi hari. Perawatan dilanjutkan dengan menggunakan masker. Setelah itu, tabir surya harus dipakai,” katanya, Rabu (12/2/2020).
Ia mengaku tidak melakukan 10 tahap merawat kulit seperti yang dipopulerkan penduduk Korsel. Namun, tahap perawatan kulit yang ia lakukan cukup panjang. Setelah membersihkan wajah dengan beragam produk, ia menggunakan serum wajah, serum untuk area bawah mata, minyak wajah, pelembab, krim mata, masker wajah, dan pelembab bibir. Rangkaian lengkap perawatan itu hanya dilakukan ketika ia punya waktu lebih.
Pengaruh Korsel dalam memopulerkan skin care sedikit banyak telah menarik minat Brilliantika. Menurut dia, merawat kulit wajah secara total butuh kesabaran dan konsistensi. Ia mengagumi keuletan warga Korsel dalam menerapkan ritual skin care setiap hari.
Adapun warga Malang, Fransiska (28), adalah salah satu pengguna skin care Korea karena pengaruh hallyu. Bermula dari coba-coba, kini ia menjadi konsumen produk kecantikan Korea Selatan. Ia juga memperluas wawasan produk skin care dengan melihat ulasan beauty influencer.
”Semua produk skin care-ku berasal dari Korea Selatan. Aku suka karena cocok di kulitku dan ada hasilnya,” katanya.
Skin care tidak hanya membuat kulit wajah jadi terawat, tetapi juga jadi jalan menjadi menawan. Sebagian masyarakat Korsel menilai, penilaian mereka masih harus ditunjang dengan kosmetik. Tujuannya, agar mereka sesuai dengan standar kecantikan Korsel.
Semua produk skin care-ku berasal dari Korea Selatan. Aku suka karena cocok di kulitku dan ada hasilnya.
Ada beberapa kriteria untuk menyatakan ”kecantikan” seseorang. Bagi perempuan, umumnya mereka harus langsing, berkulit putih, bermata besar, berwajah tirus, dan lainnya. Sementara itu, bagi lelaki, mereka dianggap tampan jika berpostur atletis, berwajah tirus, memiliki sorot mata tajam, dan sebagainya.
Di sisi lain, masyarakat mulai bergerak melawan standar kecantikan yang dinilai ”mencekik”. Perlawanan itu disampaikan melalui kampanye Escape the Corset. Masyarakat Korsel—khususnya perempuan—mengunggah video ketika mereka menghancurkan sejumlah kosmetik. Sejumlah perempuan juga membelot dari standar kecantikan dengan memangkas pendek rambutnya.