Jangan Menua Sebelum Kaya
Janganlah menua sebelum sempat menjadi kaya. Inilah idaman semua orang. Maka sebuah cita harus dikejar sejak muda.
Hal serupa berlaku juga untuk negara. Jangan biarkan negara-negara menua sebelum semua warganya sempat menjadi kaya. Jangan biarkan segelintir saja yang memikmati kekayaan.
Tujuan teori ekonomi pembangunan, demikian pula pembangunan Indonesia, adalah kemakmuran bagi semua. Di balik ini tersirat tugas negara untuk meluncurkan kebijakan tepat untuk kemakmuran rakyat.
”Janganlah negara menua sebelum sempat kaya” menjadi peringatan penting seiring pernyataan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde pada 7 September 2017. Lagarde mengatakan, penduduk Asia menua lebih cepat ketimbang kawasan mana pun di dunia ini.
Ini didasarkan pada studi IMF yang diluncurkan pada Mei 2017. Hal serupa disampaikan lagi pada laporan IMF, Oktober 2018.
Definisi negara menua didasarkan pada porsi penduduk berusia di atas 65 tahun membesar, diiringi penurunan porsi penduduk usia produktif. Hal ini terjadi karena tingkat kelahiran menurun dari waktu ke waktu. Berdasarkan kriteria ini, William A Haseltine, mantan profesor di Harvard Medical School dan Harvard School of Public mengingatkan dunia sedang menua.
Kembali pada peringatan IMF, penuaan Asia terjadi pada 2050. Ini karena pertumbuhan penduduk nol persen pada saat itu. Saat bersamaan porsi penduduk usia pekerja, yang kini dalam puncaknya, mulai menurun pada dekade-dekade berikutnya hingga memuncak pada 2050. Rasio warga Asia di atas usia 65 tahun pada 2050 akan 2,5 kali dari level sekarang.
Tak sempat makmur
Asia menua lebih cepat. Inilah masalahnya. Asia menua lebih cepat sebelum kemakmuran seperti yang dirasakan negara-negara industri bisa dinikmati.
Sekarang Asia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan ini akan menaikkan pendapatan per kapita. Akan tetapi, sebelum pendapatan per kapita setara Barat sempat dicapai, Asia sudah keburu menua. ”Penduduk Asia yang menua akan menekan pertumbuhan ekonomi Asia,” kata Lagarde.
Ini karena penduduk usia produktif harus menanggung penduduk usia tua yang tidak produktif lagi. Konsumsi seperti layanan kesehatan akan meningkat bagi warga yang tidak produktif lagi. Inilah salah satu yang menekan pertumbuhan dan menjadi beban bagi warga produktif.
Akibat lanjutannya, pendapatan per kapita Asia akan tertekan. Hal inilah yang diperkirakan akan membuat Asia tidak akan pernah mencapai level pendapatan per kapita yang dicapai Barat. Studi IMF menunjukkan potensi itu.
Berdasarkan data Bank Dunia, pendapatan per kapita di Asia Timur dan Pasifik rata-rata 10.368,5 dollar AS pada 2017. Kelompok negara di kawasan Asia Selatan memiliki pendapatan per kapita 1.842,3 dollar AS. Pendapatan per kapita di Asia ini jauh lebih rendah dari Eropa yang rata-rata sebesar 23.422,2 dollar AS.
Menurut Changyong Rhee, Direktur Departemen Asia Pasifik IMF, saat menua negara China yang kini memiliki pendapatan per kapita 8.827 dollar AS hanya akan mampu mencapai 20 persen dari pendapatan per kapita yang dicapai AS sekarang (sebesar 59.792 dollar AS).
India yang kini memiliki pendapatan per kapita 1.942 dollar AS hanya akan mampu mencapai 34 persen dari pendapatan per kapita AS. Vietnam yang kini memiliki pendapatan per kapita 2.342 dollar AS hanya akan mampu mencapai 10 persen dari level pendapatan per kapita AS saat negara ini menua.
Antisipasi
Bahaya dari negara-negara menua sebelum kaya adalah di masa pensiunan warga lansia hidup miskin dari yang sebelumnya sudah miskin. Negara-negara yang masuk kategori ini tidak memiliki dana pensiunan memadai untuk menghidupi warga lansia.
Changyong Rhee mengatakan, untuk mengantisipasi situasi buruk ini, Asia harus siap dengan jejaring sosial untuk mengantisipasi penuaan warga. ”Masalahnya adalah jika Anda tidak meningkatkan pendapatan mulai sekarang, bagaimana Anda mempersiapkan semua itu,” kata Rhee.
Masalah lain lagi, soal penuaan ini bukan hanya soal mempersiapkan dana pensiunan, melainkan juga mempersiapkan pelayanan kesehatan dan jejaring sosial untuk warga lansia. Dalam kasus Jepang, ada dana banyak, tetapi langka kaum mudanya. Tabungan terlalu tinggi dan tidak diterjemahkan ke dalam investasi karena warga menua. Inilah yang menjadi persoalan Jepang.
Maka untuk itu, saran IMF adalah agar Asia mendorong partisipasi perempuan dalam pekerjaan demikian juga pengikutsertaan warga lansia dalam angkatan kerja. Pemanfaatan pekerja perempuan dan warga lansia masih tergolong rendah.
Cara lain, Gubernur Bank Sentral Korea Selatan Lee Ju-Yeol menyerukan langkah untuk mengatasi rendahnya tingkat kelahiran. Ini adalah antisipasi untuk mengatasi penuaan warga sehingga perekonomian tidak terlalu mandek seperti dialami Jepang. Tingkat kelahiran rendah yang berlangsung lebih cepat saat Asia mulai tumbuh secara ekonomi.
Kelompok paling parah
Jepang diperkirakan menjadi negara dengan penduduk usia tertinggi dengan konsentrasi penduduk menumpuk pada warga berusia tua atau sebesar 28 persen berusia di atas 65 tahun. Negara-negara Asia lainnya yang menua lebih cepat antara lain Korea Selatan dan Thailand.
Indonesia bersama India dan Filipina masuk kategori negara-negara yang proses penuaannya lebih lama. Negara-negara ini masih lebih lama menikmati keberadaan penduduk muda dan pertumbuhan pekerja. Namun, Indonesia, India, dan Filipina seperti tertuang dalam laporan IMF, April 2017, berjudul ”Regional Economic Outlook: Asia and Pacific” disebutkan juga akan menua sebelum sempat kaya.
Menangkap pesan IMF
Oleh sebab itu, kini pesan IMF harus diterjemahkan lebih luas. Kebijakan ekonomi yang dibutuhkan tidak saja soal antisipasi penuaan penduduk. Reformasi ekonomi lebih serius harus dilakukan untuk membuat negara-negara Asia sempat berstatus kaya sebelum menua.
Bagaimana mencapai itu semua? Kebijakan ekonomi memang harus holistik. Memainkan teori ekonomi pembangunan adalah sebuah keharusan. Membangun infrastruktur secepat mungkin dan seluas mungkin menjadi hal urgen untuk Indonesia.
Persiapan secara matang sumber daya manusia termasuk lewat pelatihan dan pendidikan menjadi keharusan lain. Pemanfaatan sumber daya alam milik negara agar bisa menjadi sumber modal untuk investasi harus diupayakan.
Indonesia harus tumbuh lebih tinggi lagi dari sekarang agar bisa menjadi kaya lebih cepat sebelum telanjur menua. Indonesia dan negara-negara di Asia tidak boleh hanya menunggu pertumbuhan alamiah. Kebijakan yang dirancang matang dan dijalankan secara serius menjadi keharusan.
Inilah pesannya, kata Rhee, agar Asia lebih gencar tentang investasi menjelang penuaan.