Uji Coba Vaksin Pengendali Covid-19 Semakin Banyak
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi pandemi ini. Pakar mendesak pengembangan vaksin harus tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Standard keselamatan harus terus diutamakan
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
OSAKA, SELASA — Vaksin untuk mengendalikan wabah virus korona jenis baru atau SARS-CoV-2 terus dikembangkan. Upaya terbaru diumumkan Anges Inc. Bersama Universitas Osaka di Jepang, perusahaan itu telah merampungkan vaksin berbasis DNA dan segera mengujinya pada hewan di laboratorium.
Vaksin berbasis DNA dibuat dengan memanfaatkan virus tidak aktif. Vaksin jenis ini bisa diproduksi lebih cepat dibandingkan yang berbasis protein, demikian tercantum dalam pernyataan resmi Anges Inc, Selasa (24/3/2020).
Selain dengan Universitas Osaka, pengembangan vaksin itu juga melibatkan Takara Bio Co dan Daicel. Takara akan memproduksi, sementara Daicel menyediakan teknologi transfer genetika.
Anges menyusul sejumlah upaya lain untuk pengembangan vaksin Covid-19. Sebelumnya, China dan Amerika Serikat telah mengumumkan uji coba vaksin pada sejumlah sukarelawan. Hasil uji coba itu belum diumumkan sampai sekarang.
Rusia pun telah memulai uji coba vaksin ke hewan di laboratorium yang terletak di Novosibirsk, Siberia. Peneliti di Pusat Bioteknologi dan Virologi Vektor memanfaatkan enam jenis teknologi untuk pengembangan vaksin itu. Kini, peneliti tengah mencari tahu teknologi mana yang paling mungkin dipakai.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi pandemi ini. Perusahaan Jepang, Takeda, mengembangkan perawatan berbasis transfusi plasma. Pola itu pernah dipakai di China dan bisa menyembuhkan sejumlah pasien Covid-19. Fakta itu membuat sejumlah mantan pasien Covid-19 di China mendonorkan darah agar bisa ditransfusi ke pasien yang masih dirawat.
China juga memakai obat flu Avigan yang dikembangkan Fujifilm Holding. Obat lain yang bisa mendukung upaya penyembuhan adalah klorokuin yang merupakan obat malaria.
Namun, para ahli mengingatkan untuk hanya mengonsumsi obat atas petunjuk dokter. Hal itu menyusul kasus keracunan hingga berujung kematian di sejumlah tempat.
Dari Arizona, AS, dilaporkan dua manula kritis karena keracunan klorokuin fosfat yang seharusnya digunakan untuk membersihkan akuarium. Mereka menganggap semua hal yang mengandung klorokuin aman dikonsumsi sehingga menyuntikkan cairan klorokuin fosfat di tengah kekhawatiran tertular Covid-19.
Hati-hati
Para pakar mendesak pengembangan vaksin harus tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Standar keselamatan harus terus diutamakan.
”Penting untuk bekerja keras dan cepat mengembangkan obat dan vaksin agar bisa tersedia segera secara global. Walakin, penting pula untuk tidak melanggar batas. Melawan penyakit ini membutuhkan vaksin yang mana,” tulis pakar virus dari Universitas Shanghari, Shibo Jiang, di jurnal Nature.
Peneliti yang juga bekerja di New York Blood Center itu telah terlibat dalam pengembangan vaksin sejak SARS merebak di 2002. ”Dapat dipahami bahwa pemerintah putus asa dan mencoba apa pun untuk menghentikan laju kematian dan penyebaran Covid-19,” tulisnya.
Pemimpin sejumlah perusahaan farmasi juga mengingatkan pentingnya berhati-hati dalam pengembangan vaksin.
”Jumlah yang harus divaksin miliaran orang. Ini tantangan besar. Harus memastikan keamanan. Akan dibutuhkan antara 12 bulan hingga 18 bulan sampai vaksin tersedia di pasar. Anda memasukkan ini (vaksin) ke orang sehat. Jadi, Anda tidak mau orang tidak mau mendadak sakit gara-gara Anda mau cepat. Hal itu (sakit karena vaksin) juga bisa menghilangkan kepercayaan pada vaksin,” kata Wakil Presiden Sanofi Pasteur, David Loew, seraya menegaskan percepatan pengembangan tetap dilakukan tanpa melanggar batas keamanan.
Uji coba harus dilakukan sebanyak mungkin demi mencegah kegagalan. ”Ini virus baru dan kami harus memulai semua dari dasar,” kata kepala penelitian Johnson and Johnson, Paul Stoffels. (AP/REUTERS)