Berdasarkan studi dan pemodelan muncul hipotesis bahwa infeksi virus korona baru penyebab Covid-19 akan bersifat musiman, seperti halnya virus influenza. Virus ini lebih cocok berkembang biak pada musim dingin.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Ada peluang besar bahwa penyakit Covid-19 menjadi penyakit musiman, seperti halnya influenza. Itu sebabnya, pengembangan vaksin dan terapi yang efektif mendesak dilakukan agar ketika penyakit tersebut kembali lagi, negara akan lebih siap.
Hal itu disampaikan Anthony Fauci, Direktur Institut Kesehatan Nasional (NHI) Amerika Serikat, dalam jumpa pers, Kamis (26/3/2020). Menurut Fauci, virus korona baru atau SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 kini tengah menjangkiti negara-negara di belahan bumi selatan yang sedang menjelang musim dingin.
”Apa yang mulai kita lihat sekarang, di selatan Afrika dan di negara-negara bagian selatan bumi adalah kasus-kasus Covid-19 yang muncul seiring dengan musim dingin tiba,” kata Fauci. ”Dan apabila terjadi wabah yang besar di sana, tidak akan terhindarkan bahwa kita harus bersiap menghadapi siklus wabah ini berikutnya.”
”Hal itu semakin memperkuat kebutuhan kita akan vaksin, mengujinya segera, dan menyediakan secepatnya sehingga ketika wabah ini datang kembali, kita sudah siap,” ujar Fauci. ”Saya tahu kita akan berhasil melewati wabah ini sekarang, tetapi kita benar-benar perlu bersiap untuk siklus wabah berikutnya.”
Pernyataan Fauci itu menyiratkan bahwa virus korona baru lebih cocok berkembang dalam cuaca yang dingin dibandingkan dengan di cuaca panas dan lembab. Kesimpulan itu sesuai dengan studi awal dari China baru-baru ini yang masih menunggu tinjauan.
Argumentasinya adalah percikan pernapasan tetap berada di udara dalam waktu yang lebih lama di cuaca dingin. Selain itu, cuaca yang dingin juga melemahkan kekebalan tubuh manusia.
Alasan lainnya adalah banyak virus terdegradasi lebih cepat pada permukaan yang lebih panas, kemungkinan karena lapisan lemak pelindungnya mengering lebih cepat.
Akan tetapi, menurunnya tingkat penularan bukan berarti virus tersebut hilang.
Sebelumnya, para pejabat kesehatan AS menyebutkan bahwa ada hipotesis di antara ahli pemodelan matematika bahwa wabah Covid-19 ”berpotensi menjadi musiman” dan cenderung melemah pada cuaca panas.
”Virus penyebab penyakit pernapasan lainnya bersifat musiman, termasuk flu, dan karena itulah di banyak virus penyebab penyakit pernapasan, kita melihat penurunan penyakit pada musim semi dan panas,” kata Nancy Messonnier, Direktur Pusat Imunisasi dan Penyakit Respirasi Nasional di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS, dalam sebuah video call, Rabu (25/3), seperti dimuat CNBC. ”Kita bisa optimistis bahwa penyakit ini akan sama seperti itu.”
Pada laman resmi Harvard University, Marc Lipsitch, Guru Besar Epidemiologi sekaligus Direktur Pusat Dinamika Penyakit Menular Harvard TH Chan School of Public Health, mengatakan, hipotesis bahwa SARS-CoV-2 menyebar lebih efisien pada musim dingin, seperti halnya virus korona beta lainnya, memiliki alasan. Meski para pakar juga tidak mengetahui pasti bagaimana mekanismenya.
Akan tetapi, itu tidak cukup untuk menghentikan penyebarannya saat ini. Selain itu, ada faktor-faktor lain yang turut memengaruhi dinamika penyebaran SARS-CoV-2, seperti lingkungan, perilaku manusia, dan sistem kekebalan inang, yang membuatnya berbeda dengan perilaku virus korona lain yang menyebabkan flu. (AFP)