Jepang Bakal Karantina Pengunjung dari Luar Negeri
Pemerintah Jepang mewajibkan seluruh pengunjung luar negeri yang datang ke Jepang untuk mengikuti program karantina. Peraturan ini dibuat untuk menekan penyebaran virus korona baru atau SARS-CoV-2.
Oleh
sekar gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Jepang mewajibkan seluruh pengunjung luar negeri yang datang ke Jepang untuk mengikuti program karantina. Peraturan ini dibuat untuk menekan penyebaran virus korona baru atau SARS-CoV-2.
Karantina akan berlangsung selama 14 hari di fasilitas yang telah disediakan oleh Pemerintah Jepang. Pemerintah juga melarang mereka menggunakan transportasi publik. Kebijakan ini berlaku mulai Sabtu (28/3/2020) waktu setempat hingga akhir April 2020.
Kebijakan tersebut tidak hanya menyasar pengunjung mancanegara, tetapi juga warga Jepang yang baru kembali dari luar negeri. Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), seperti dilansir dari japan.travel, menyatakan, ada 54 negara yang disoroti untuk kebijakan ini. Beberapa di antaranya adalah Indonesia, China, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Malta, Spanyol, Iran, Israel, Mesir, dan Kongo.
Kebijakan ini merupakan lanjutan dari langkah pemerintah menekan wabah Covid-19 di Jepang. Sebelumnya, Jepang menerapkan kebijakan yang sama bagi pendatang dari China dan Korea Selatan. Hal itu berlaku mulai 9 Maret 2020.
”Mengingat kondisi penyebaran infeksi (Covid-19), kami memutuskan untuk memperluas program karantina untuk 38 negara, termasuk negara-negara Eropa di kawasan Schengen,” kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Rabu (18/3/2020), seperti dikutip dari The Japan Times.
Pemerintah Jepang juga melarang warga negara asing (WNA) dengan paspor keluaran pemerintah Provinsi Hubei dan Zhejiang, China, untuk masuk ke Jepang. Peraturan berlaku bagi WNA yang memiliki riwayat perjalanan ke sejumlah negara, seperti China (Hubei dan Zhejiang), Korea (Daegu, Cheongdo, Gyeongsan, Andong, Yeongcheon, Chilgok, Uiseong, Seongju, Gunwei), Denmark, Italia, Vatikan, Estonia, dan Iran. Aturan ini berlaku mulai hari ini.
Menteri Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang Kato Katsunobu mengatakan, pemerintah berkomitmen menggalakkan karantina dan pengawasan di wilayah perbatasan. Hal ini diputuskan mengingat penyebaran virus korona baru yang masif.
”Pada 21 Maret 2020, kami meminta pendatang dari Eropa dan Mesir untuk tinggal di tempat yang ditunjuk untuk karantina. Mereka juga diminta untuk menghindari transportasi publik selama 14 hari. Kami akan terus melakukan pengawasan wilayah perbatasan dan karantina,” tutur Kato pekan lalu.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), per 26 Maret 2020, ada 1.291 orang terjangkit Covid-19 di Jepang. Pada 27 Maret 2020, ada 465.915 kasus positif korona di 199 negara. Dari jumlah itu, sebanyak 21.031 orang meninggal.
Penutupan sementara
Sejumlah tempat hiburan di Jepang ditutup untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Selain itu, sejumlah festival dan acara besar juga ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.
Salah satu tempat yang ditutup adalah taman hiburan Disneyland Tokyo. Tempat ini mulanya akan dibuka kembali pada awal April 2020. Namun, masa penutupan diperpanjang hingga Mei 2020 karena pandemi Covid-19 belum membaik.
Universal Studio di Osaka juga ditutup sementara akibat wabah. Penutupan akan berlangsung hingga 12 April 2020, sedangkan jadwal pembukaan belum ditentukan. ”Semua tiket bisa dikembalikan bila dibeli di agen perjalanan, bukan di taman (Universal Studio),” kata pihak Universal Studio di laman internet.
Olimpiade Tokyo 2020 dan Paralimpiade Tokyo 2020 pun terpaksa ditunda karena wabah. Olimpiade seharusnya dilaksanakan pada 24 Juli-9 Agustus 2020, sedangkan Paralimpiade pada 25 Agustus-6 September 2020.
Belum ada jadwal baru yang ditentukan untuk menggelar ajang olahraga ini.
Di sisi lain, Kato mengatakan, pemerintah menyiapkan dana untuk menyokong kehidupan warga yang terdampak Covid-19. Pemerintah juga bekerja sama dengan perusahaan penyedia air bersih untuk menunda tagihan bagi warga yang kesulitan membayar.
”Kami juga akan membagikan 21.500.000 masker kain yang dapat digunakan kembali. Masker akan didistribusikan secara bertahap pada akhir Maret hingga awal April 2020,” ujar Kato.