Pembukaan karantina kota Wuhan direncanakan 8 April 2020 pukul 00.00. Ketabahan dan kekompakan warga yang patuh terhadap arahan pemerintah serta komitmen aparat dalam melayani adalah kunci mengatasi wabah di Wuhan.
Oleh
Iwan Santosa
·2 menit baca
AFP/STR
Foto udara suasana jalanan di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, 10 Maret 2020, yang tampak lengang. Hari itu, otoritas setempat mengendurkan aturan dengan mengizinkan warga yang sehat untuk keluar rumah setelah sebelumnya dilakukan karantina ketat.
Setelah dikarantina sejak 23 Januari 2020, kota Wuhan di China bersiap bangkit. Melalui komunikasi pesan Whatsapp tanggal 26 Maret 2020 dengan Humaidi, warga negara Indonesia yang bertahan di kota Wuhan. terungkap, berbagai aktivitas masyarakat di Wuhan berangsur pulih.
Humaidi yang menempuh pendidikan pascasarjana di Central China Normal University (CCNU), setara IKIP di Indonesia, mengatakan, sudah banyak pasien Covid-19 yang sembuh.
Kota Wuhan yang memiliki berbagai perguruan tinggi cukup banyak menerima mahasiswa asing, seperti Humaidi. Mahasiswa asing asal Korea Selatan, Pakistan, Vietnam, Thailand, Afrika, Timur Tengah, dan Indonesia cukup mendominasi keseluruhan mahasiswa asing di kota Wuhan. Humaidi tinggal di asrama mahasiswa asing di kompleks kampus.
Perguruan tinggi di China biasanya memiliki asrama terpisah untuk mahasiswa setempat dan asing. Di kompleks kampus juga terdapat hotel untuk tamu dan umum, pusat pertokoan yang menjual bahan makanan segar, pusat kuliner, termasuk pusat makanan halal, dan berbagai kemudahan.
KOMPAS/IWAN SANTOSA
Pusat pengembangan teknologi informasi China di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, yang juga memasok berbagai suku cadang bagi perangkat komunikasi dunia, termasuk Indonesia.
Fasilitas internet di kota Wuhan termasuk yang termaju di China karena kota tersebut merupakan pusat pengembangan teknologi informasi sehingga dijuluki sebagai Silicon Valley-nya China.
Saat epidemi terjadi, ada seratusan mahasiswa asing, termasuk Humaidi, yang bertahan di asrama. Sepekan sekali, dua sukarelawan sesama mahasiswa pergi berbelanja kebutuhan harian mereka di pertokoan kompleks kampus.
”Kami belum boleh meninggalkan kompleks kampus demi keselamatan dan kesehatan kami. Kami beraktivitas di kamar dan kalau mengambil makanan di tes suhu badannya. Namun, kami optimistis situasi segera kembali normal,” kata Humaidi yang akrab disapa Omed.
Menurut dirinya, pada awal pemberlakuan karantina kota Wuhan, dirinya sempat kaget. Warga lokal pun, kata Omed, banyak yang terjebak karena tidak bisa kembali ke daerah masing-masing.
REUTERS/STRINGER
Warga Wuhan di Provinsi Hubei, China, mengenakan masker saat berbelanja sayuran di supermarket, 26 Maret 2020. Pada awal Januari lalu, Wuhan menjadi episentrum wabah Covid-19.
Kini, para sukarelawan kesehatan dari seluruh China berangsung-angsur meninggalkan kota berpenduduk 11 juta jiwa di tengah daratan China itu. Rumah sakit darurat untuk menangani pasien Covid-19 pun sudah ditutup.
Dihubungi terpisah, Ahmad Syaifudin Zuhri yang juga menempuh program doktoral di CCNU menjelaskan, warga di Provinsi Hubei sudah diizinkan bepergian ke kota lain di provinsi yang sama sejak 25 Maret 2020. Pemerintah akan membuka transportasi secara bertahap.
Pembukaan karantina kota Wuhan direncanakan 8 April 2020 pukul 00.00. Pekerja migran keluar masuk harus membawa kartu kesehatan. Lalu lintas kota Wuhan akan dibuka bertahap. Warga dari luar Provinsi Hubei harus menunjukan kartu kesehatan (green health code). Sementara lembaga pendidikan masih tutup dan menunggu informasi lebih lanjut.
Menurut Zuhri, ketabahan dan kekompakan warga yang patuh terhadap arahan pemerintah serta komitmen penuh aparat dalam melayani adalah kunci dalam mengatasi wabah penyakit di kota Wuhan.