Pengalaman warga China menghadapi Covid-19 dan menjalani hari-hari selama karantina ini bisa menjadi pelajaran bagi warga dunia lain yang juga sedang berada dalam karantina.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Kehidupan warga kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, berangsur-angsur pulih kembali seperti sedia kala. Selama lebih dari dua bulan, warga kota itu harus bertahan di dalam rumah saja agar terhindar dari Covid-19. Akses Wuhan, kota ”tempat lahirnya” Covid-19, ditutup sama sekali dari dunia luar. Untuk melindungi 11 juta warga Wuhan, sejak 23 Januari lalu, Pemerintah China memberlakukan aturan tegas agar mereka patuh tinggal di rumah saja.
Virus pertama kali diyakini muncul di pasar ikan di Wuhan, tahun lalu. Dari Wuhan virus itu lalu menyebar ke seluruh dunia. Kini berbagai negara tunggang langgang kewalahan menangani Covid-19. Sementara di Wuhan dan seluruh China, kasus baru Covid-19 turun drastis. Pemerintah China menyatakan, salah satu kunci keberhasilannya adalah karantina dan penutupan wilayah (lockdown).
Tidak mudah bagi warga mengubah ritme kehidupan dari semula tanpa batas menjadi sangat terbatas karena harus tinggal di rumah saja. Namun, itu harus dijalani agar Covid-19 tak makin merajalela.
Bagi Mu Zi, sopir taksi di Wuhan, awalnya memang tidak mudah harus diam saja di rumah. Namun, ia takut terinfeksi. Sebagai sopir, ia tiap hari bertemu banyak orang. Akhirnya ia memutuskan mengarantina diri sendiri. Setelah pemerintah mengeluarkan aturan yang tegas, ia merasa lebih tenang. Suasana hatinya pun membaik.
”Karena di kompleks rumah saya tak ada kasus Covid-19, pemerintah memperbolehkan kami keluar rumah,” kata Mu.
Ketakutan yang sama juga dirasakan Ding Fan (27), karyawan. Ia sempat panik dan takut karena jumlah kasus di Wuhan terus bertambah setiap hari. Apalagi, penambahan jumlah kasus diumumkan terus oleh pemerintah.
Situasi itu membuat Fan semakin stres. Ia merasa gelisah dan senewen setiap hari. Setiap kali membuka jendela dan melongok keluar, jalanan sepi. Wuhan bagai kota mati. Padahal, biasanya Wuhan tak pernah tidur.
”Kita hidup di dunia yang sama dan kita harus bersama-sama mengalahkan penyakit ini. Jangan sering-sering keluar rumah. Di rumah saja baca buku, nonton TV, atau main gim,” kata Fan.
Pesan yang sama disampaikan Zhang Jianjun (33), karyawan perencanaan properti. Ia mengingatkan untuk tetap semangat dan tetap memegang harapan. ”Batasi kontak dengan orang lain dan tempat-tempat yang ramai. Hanya itu caranya untuk melindungi diri dan keluarga,” ujarnya.
Saling bantu
Melindungi diri itu yang menjadi prioritas Yuan Yanzhong (59). Apalagi ia termasuk di kategori usia yang berisiko terinfeksi. Sejak awal, ia tidak pernah keluar rumah sama sekali karena panik. Beruntung ia menyimpan persediaan makanan dan kebutuhan sebelum libur Tahun Baru Imlek. Ia mulai panik ketika persediaan kebutuhannya menipis.
”Untung saja lingkungan tempat tinggal saya membuat grup chat khusus untuk saling bantu membeli makanan dan nanti dikirim ke rumah. Hidup memang jadi tidak mudah, tetapi tinggal di rumah jauh lebih aman,” kata Yuan.
Bantuan dari sesama sangat penting dan membantu bagi keluarga Yang Yuanfang (39), relawan pekerja sosial. Tantenya didiagnosis positif Covid-19 pada 22 Januari lalu, dan kemudian seluruh keluarganya terinfeksi juga. Ia sempat terguncang. Virus itu baginya sangat menakutkan. Beruntung ia banyak dibantu warga sekitar, mulai dari bantuan semangat sampai makanan.
”Untuk bisa mengalahkan virus ini, kita tetap harus bersatu serta harus berpikir dan bertindak positif,” kata Yang.
Rasa persatuan dan solidaritas inilah yang menjaga semangat warga. Apalagi, kata Geng Yi, karyawan hotel, ketika melihat perjuangan tenaga medis melawan Covid-19. Berkat mereka itulah kehidupan bisa kembali pulih. ”Kami sangat berterima kasih. Pesan saya kepada dunia, jangan patah semangat, harus tetap kuat. Dengan kerja sama, kita bisa mengalahkan ini,” ujarnya.
Pesan saya kepada dunia, jangan patah semangat, harus tetap kuat. Dengan kerja sama, kita bisa mengalahkan ini.
Bagi Hu Yong (40), relawan penyemprot disinfektan, kuncinya hanya ada pada diri dan pengendalian pikiran agar tidak panik. Sebab, panik bisa menular kepada orang lain. Yang penting harus selalu diingat: pastikan mencuci tangan dengan sabun dan tetap berolahraga secara rutin.
Pemilik toko, Qiu Xiaoying (72), memberikan semangat kepada negara-negara lain. Kalau China bisa melawan pandemi ini, negara lain juga pasti bisa. ”Jangan anggap remeh virus ini dan jangan sekali-kali keluar rumah tanpa pakai masker,” ujarnya.
Pengalaman warga China menghadapi Covid-19 dan menjalani hari-hari selama karantina ini bisa menjadi pelajaran bagi warga dunia lain yang juga sedang berada dalam karantina. Badai ini pasti akan berlalu. Yang terpenting adalah tetap menjaga persatuan dan solidaritas, tetap tinggal di rumah, dan tetap berpegang pada harapan akan masa depan yang lebih baik. (REUTERS/LUK)